webnovel

24

Via sedang duduk di balkon kamarnya dengan secangkir coklat hangat kesukaannya sambil melihat derasnya air yang jatuh dari langit. Tiba-tiba tangannya tergerak untuk meraih ponsel lalu membuka akun facebook miliknya.

Dan pada beranda lewat sebuah akun milik sang mantan. Tertera di sana, "Dio telah berpacaran dengan Silvi". Jujur, Via tak bisa mengatakan bahwa hatinya saat ini baik-baik saja.

Via pun melempar ponselnya ke atas kasur dengan asal tanpa merubah posisinya yang sedang duduk di balkon. Air matanya jatuh sama derasnya dengan air yang jatuh dari langit.

Sebelumnya Via tidak secengeng ini. Bahkan Via tak pernah menjatuhkan satu bulir air mata pun untuk lelaki. Sampai pada akhirnya Dio melukis luka yang sempurna di hatinya. Sangat sempurna. Sampai membuat Via sempat berfikir untuk membenci semua makhluk laki-laki. Tetapi logikanya mengatakan sebaliknya. Via harus menunjukkan pada Dio bahwa dirinya bisa hidup tanpa dia. Bahwa dirinya bisa lebih bahagia dibanding saat bersamanya.

Via pun meneguk habis secangkir coklat hangatnya dengan sarkas. Lalu berjalan menuju dapur untuk menyimpan cangkir. Dan kembali menuju kamar.

Sandy N: PING!!!

Alivia Anna: apa?

Sandy N: gue boleh nanya nggak?

Alivia Anna: itu lo udah nanya

Sandy N: anjir

Alivia Anna: wkwk emang mau nanya apaan?

Sandy N: boleh nggak gue suka sama lo?

"Duh, gue bales apa dong?" Gumam Via sambil menggigit jari telunjuknya gelisah.

Alivia Anna: boleh

Dan akhirnya satu kata itu yang Via kirim setelah beribu kata yang telah dia ketik lalu dia hapus lagi. Mungkin ini saatnya Via untuk membuka hati. Dan ada dua kandidat, Sandy dan Dava.

***

Via berjalan memasuki kelas yang entah mengapa menjadi salah satu tempat favoritnya sekarang. Dan tanpa sengaja Via bertabrakan dengan seseorang. Mata mereka pun sempat bertemu cukup lama tanpa merubah posisi. Dan Via tak sanggup lagi menahan tawa.

"Anjir!" pekik Via dan dirinya bersama Virsya pun terbahak. Ya, yang tadi Via tabrak adalah Virsya.

"Ftv banget, ye, nggak?" kata Vina yang ikut terbahak melihat adegan tadi.

"Jijik gue." Kata Via sambil berjalan menuju tempat duduknya.

Entah ada apa gerangan, sekolah akhir-akhir ini jarang sekali ada guru. Mereka sedari tadi asik mengobrol. Ya, mereka. Via, Sophie, Mila, Virsya, Geta, Vina, Diany, Rasty, Yasha, Dava dan Sandy. Tiba-tiba Sandy menatap Via dengan cengiran khasnya. Eh, sebentar, itu giginya, kok, item?

Mereka semua langsung tertawa geli. Lihatlah, Sandy dengan kocaknya memakan oreo lalu entah diapakan akhirnya oreo hancur itu melekat pada giginya. Yang membuat dirinya terlihat seperti ompong.

"Ih, ampun, dah! Anak siapa sih lo?" kata Via masih dengan tawa yang sulit dia hentikan.

Bel pun berbunyi. Mereka menyudahi tawa mereka dan bersiap-siap untuk pulang. Via mulai sibuk mencari kunci motornya yang entah dia simpan dimana.

"Huaaa!!" rengek Via sambil mengeluarkan semua yang ada di dalam tasnya.

"Ngapa lo?" tanya Diany.

"Kunci motor gue nggak ada!" kata Via lesu setelah dia keluarkan semua isi tasnya ternyata nihil.

"Coba inget inget lagi lo nyimpen kuncinya dimana." Kata Yasha.

"Apa jangan jangan lo nggak bawa motor?" kata Dava seolah mengingatkan Via sesuatu.

"Oh iya, gue kan nggak bawa motor," jawab Via dengan cengiran dan sudah pasti semburat merah muda ini muncul.

"Idiot dasar!" kata Vina lalu menoyor kepala Via.

"Dasar! Anak siapa sih?" kata Sophie sambil mencubit kencang pipi chubby Via.

"Sakiiittt!!" rengek Via sambil mengelus pipinya yang panas bekas cubitan Sophie.

"Ya udah, lo nebeng gue aja," kata Sophie bagaikan malaikat.

"Asikkk!"

Kalau dipikir-pikir, dari hari ke hari Sandy dan Dava semakin menunjukkan perasaannya terhadap Via melalui tindakan. Tanpa di beri tahu pun teman satu kelasnya tahu bahwa mereka berdua menyukai Via. Tapi entah kenapa hati Via memilih dia, si mata sayu dengan segala kegilaan yang sering dia lakukan di kelas.

Via berjalan menuju gerbang parkiran. Dia lihat Sandy dengan motor maticnya melaju menuju gerbang area parkir. Dan berhenti tepat dihadapannya.

"Duluan, ya." Kata Sandy dengan senyuman manis yang dia berikan.

Kenapa gue baru sadar senyuman lo semanis ini? Sesejuk ini? Batin Via.

"Woi!" katanya mengejutkan Via.

"Eh, apa?" kata Via gugup.

"Gue duluan, ya." kata Sandy lagi.

"Oh, iya. Hati-hati, ya," kata Via membalas senyumannya.

Sandy pun mengangguk lalu melajukan motornya meninggalkan Via yang sibuk mengontrol detak jantungnya yang dia sadari berpacu dengan cepat.

Apaan nih? Kok, jantung gue deg degan sih? Batin Via.

Tak lama setelah itu Sophie datang dan mereka pun melaju menuju rumah Via. Setelah berterimakasih pada Sophie, Via berjalan masuk menuju pintu rumahnya dengan tangan yang masih dia simpan di dada. Jantungnya berdebar bila mengingat senyuman cowok itu.

"Assalamualaikum," kata Via sambil membuka pintu rumah.

"Wa'alaikumsalam," jawab Mama Via. Via pun menyalimi tangan Mamanya lalu berjalan menuju kamar.

Via segera mandi lalu mengeringkan rambutnya sambil menonton film. Ponselnya bergetar. Ternyata itu pesan dari Dava.

Dava A: gimana mau nonton nggak?

Alivia Anna: kayaknya gue nggak bisa deh

Dava A: oh, ya udah kalo gitu. Gue tau lo mulai ada rasa 'kan sama Sandy?

Dava cenanyang? Batin Via.

Alivia Anna: kenapa lo bisa ngomong gitu?

Dava A: gue liat ekspresi lo tadi pas lagi ngobrol sama Sandy di gerbang parkiran

Sedetik setelahnya Dava membuat status di BBM-nya.

Dava A

"Setiap gue suka sama cewe, pasti sahabat gue juga suka."

Alivia Anna: maaf, ya, Dav

Dava A: nggak apa, kok. Semoga sukses, ya.

Sandy N: PING!!!

Sandy N: udah liat status Dava?

Alivia Anna: udah, kenapa?

Sandy N: apa gue harus mundur?

Alivia Anna: kenapa lo mau mundur disaat gue udah milih lo?

Sandy N: gue nggak enak sama Dava

Alivia Anna: ya percuma aja lo mundur, nyatanya hati gue tetep milih lo

Ah, laki laki memang sulit ditebak. Batin Via.

Alivia Anna: oke, kalo emang kalian bersaing sehat buat rebut hati gue, ya, mau nggak mau salah satu dari kalian bakal ada yang tersakiti. 'Kan nggak mungkin gue milih kalian berdua

Sandy N: iya sih

Sandy N: oke, kalo gitu kita lanjut ya pedekatean kita?

Alivia Anna: iya

***

Hari-hari berjalan dengan cerah. Perasaan Via pada Sandy mulai tersusun hampir utuh. Mereka semakin dekat. Bahkan mereka seperti sepasang kekasih selama satu bulan terakhir ini. Semoga saja tempat singgah Via kali ini tidak salah lagi.

Sepulang sekolah, Via dan Sandy akan pergi ke bioskop. Tidak hanya berdua, tetapi juga dengan Yasha dan Virsya. Sesampainya di rumah, Via segera bersiap siap mengganti pakaiannya untuk hari pertama jalan dengan gebetan baru.

Sandy menjemputnya di depan gerbang rumah. Di sana sudah ada Yasha. Saat Via sedang berjalan menuju mereka, Sandy terus menatapnya dengan tatapan seolah-olah Via adalah bidadari yang turun dari surga.

Cantik banget! Batin Sandy.

"Lo kenapa sih?" tanya Via bingung. "Penampilan gue aneh, ya?" sambungnya sambil mengecek pakaiannya. Yang di tanya masih menatap Via.

"Lo cantik banget hari ini." Kata Sandy pelan sambil sedikit mendekatkan wajahnya dengan wajah Via. Yang sukses membuat pipi Via memanas.

Via menaiki motor Sandy dan mereka pun mulai berjalan menuju rumah Virsya. Via masih bingung dengan tatapan Sandy tadi. Padahal Via hanya menggunakan celana jeans panjang dengan kaos berwarna peach. Dan Via tak memakai kosmetik berbeda daei biasanya, yaitu bedak tabur yang dia pakai asal dan lip ice warna alami. Tapi kenapa?

🧁🧁🧁

khusus hari ini, jam update dimajuin ya gais!

happy reading and stay safe everyone 💟

Next chapter