21 20

Di sebuah teras yang terdapat berbagai macam sarang burung yang menggantung, lelaki itu menelpon kekasih yang sebenarnya tidak dia cintai. Dia sudah tak kuat lagi berpura-pura manis di hadapan cewek itu. Akhirnya dia memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan cewek itu.

"Tapi kenapa? Kamu udah nggak sayang lagi sama aku?" tanya Via dengan suara yang dirinya rasakan bergetar.

"Bukan, bukan gitu. Aku masih sayang banget sama kamu." jawab Dio cepat.

"Terus?"

"Kamu inget 'kan waktu itu aku pernah cerita ke kamu tentang Bunda sama Papa yang nyuruh aku fokus cita-cita?"

"Iya, inget."

"Nah, iya mereka bener-bener ngelarang aku buat pacaran sama siapapun."

"..."

Harus banget, ya, lo tinggalin gue di saat gue lagi sayang-sayangnya banget? Batin Via sedih.

"Via?" kata Dio lagi. "Maafin aku."

Oke mungkin ini yang terbaik. Batin Via lagi masih dengan kebingungan dibenaknya.

"Oke, kalo emang ini yang terbaik. Tapi kamu bener masih sayang sama aku 'kan?"

"Iya, banget." Jawab Dio pasti

"Tapi kita harus tetep deket kayak gini, ya?"

"Iya, Vi. Tenang aja. Kalo jodoh nggak akan kemana."

"Awas aja nanti kamu malah pacaran sama cewek lain, haha."

"Engga, kok, cantik."

Tiba-tiba sambungan terputus.

***

Hari-hari berjalan sebagaimana mestinya. Tak ada yang unik. Dio tidak pernah merubah sikap manisnya pada Via. Via merasa seperti dirinya tidak jomblo walaupun pada kenyataannya dia sekarang jomblo. Ponselnya bergetar. Ada BBM masuk.

Mira stitch: Via?

Kenapa Mira tiba-tiba bm?

Alivia Anna: iya?

Mira stitch: lo putus sama Dio?

Kok dia tau sih?

Alivia Anna: lo tau dari mana?

Mira stitch: dari Dionya langsung.

Alivia Anna: kapan? Kok bisa?

Mira stitch: jadi gini, hari jum'at 'kan gue nginep di rumah Sivi. Pas sabtu subuh, Sivi ngajakin gue lari pagi. Taunya dia modus mau ke rumah Dio. Katanya mau ngajak lari pagi bareng. Gue ngikut aja tuh. Pas Dio keluar, kita joging bertiga. Dan Sivi seperti biasa manja-manja gitu. Gue berasa kambing conge. Pas kita lagi istirahat, gue nanya ke Dio gimana hubungan dia sama lo. Dia jawab udah putus. Ya gue kaget, lha. Pas di tanya kenapa nggak di jawab.

Bentar deh, ini apa maksudnya? Gue 'kan putus sabtu malem. Tapi kenapa Dio sabtu pagi udah bilang ke orang kita udah putus? Batin Via.

Alivia Anna: buset, lo ngedongeng? Panjang amit, wkwk. Eh, btw, gue putusnya sabtu malem lho.

Mira stitch: lha?! Terus maksud si Dio kemaren apaan dong pagi-pagi bilang kalo kalian udah putus?

Alivia Anna: i don't know. Thank you, ya!

Mira stitch: urwell, Vi.

Banyak pertanyaan dan pikiran buruk yang memenuhi otak Via. Dia bingung menyimpulkan dari cerita Mira. Via tahu, Mira tak akan berbohong pada siapa pun. Lalu, siapa yang harus Via percaya? Ponselnya bergetar. Sebuah BBM masuk.

Fira F: dek?

Tumben Kak Fira bm?

Kak Fira ini teman dekatnya Dio. Sekaligus orang yang Via anggap sebagai seorang kakak walaupun satu angkatan dengannya.

Alivia Anna: iya, Kak?

Fira F: gue mau kasih tau lo sesuatu yang mungkin bakal bikin lo sakit hati. Tapi gue mohon lo jangan nangis, oke?

Alivia Anna: ada apa sih, Kak? Jangan bikin gue kepo tingkat dewa, deh!

Voice note diterima.

Via pun memutar voice note yang di kirim Fira.

"Dek, gue shock banget sumpah denger ini," terdengar Fira menarik nafas berat. "Dio curhat langsung sama gue tadi siang lewat telepon, kalo dia tadi malem putus sama lo. Langsung gue interogasi, lha, tuh anak. Dan tanpa dosa dia bilang kalo sebenernya dia.. Cuma jadiin lo pelampiasan. Biar mantannya si Fitri Fitri itu cemburu. Dan Dio nggak ada perasaan sama sekali, dek, sama lo. Gue marah, lha, ya. Beraninya mainin perasaan cewek. Emangnya lo boneka? Pokoknya gue maki-maki!"

Jleb!

Seketika air mata yang di larang Fira jatuh pun terjatuh dengan derasnya dari mata Via.

Jadi selama ini gue cuma pelarian aja?! Jadi semua yang lo lakuin ke gue cuma sandiwara?! Jadi selama ini cuma gue yang bener-bener sayang?! Ini yang namanya hubungan? Ini yang namanya romantis? Hahaha! Gue tau! Jadi ini, ya, bukti dari janji janji manis lo?! Oh salah! Janji busuk! Batin Via. Rahangnya mengeras.

Via pun mengirimi Fira sebuah voice note.

"Jadi selama ini gue cuma pelarian aja?! Jadi semua yang Dio lakuin ke gue cuma sandiwara?! Jadi selama ini cuma gue yang bener bener sayang?! Kak?! Jawab!! Ah, bodohnya guueeeee!!!!!" kata Via geram.

"Maafin gue, dek. Gue nggak bisa bantu apa apa. Tapi sumpah ini nggak bohong, dek. Jangan nangis! Cowok kayak gitu nggak pantes di tangisin!" balas Fira masih dengan voice note.

Via menangis sejadi-jadinya. Hatinya sakit. Sakit sekali! Semua kenangan indah bersama Dio pun seolah berputar kembali di dalam otaknya yang membuatnya muak. Semua janji itu? Perlakuan manisnya itu? Arrggghhh!!!

Damn it!!!!! Batin Via berapi-api.

Dengan gerakan cepat Via pun mencari nama Dio pada kontaknya.

"Halo? Eh, tumben nelpon? Kangen, ya?" kata Dio di seberang telepon yang membuat Via semakin muak.

"Heh! Brengs*k! Jadi selama ini lo jadiin gue pelampiasan, ha?! Emang lo pikir hati cewek itu mainan?! Seenak jidat lo mainin! HAHAHA! Kayaknya lo cocok banget deh jadi artis! Gila, akting lo, man!!!!!! Ajib benerrr!!!" kata Via berapi-api.

"Gue nggak jadiin lo, pelampisan, kok, lo tau dari siapa?"

"Nggak usah ngeles lo! Gue harap lo hapus kontak bm plus nomor gue, begitu juga kontak plus nomor nyokap gue! Nggak usah dateng lagi ke rumah! Makasih udah bohongin gue! Makasiiiihhhhh banget!" kata Via lalu langsung menggeser simbol merah pada layar ponselnya dengan kasar dan melempar ponsel itu asal.

Menurut kalian gimana rasanya di putusin pas lagi sayang-sayangnya? Dan tahu selama ini perlakuan manis dia itu cuma drama? Dan kalian cuma di jadiin pelarian?

Lo nggak pernah anggep gue sebagai, Alivia. Tapi lo anggep gue sebagai Fitri. Mantan lo. Batin Via.

Sekarang, Via merasa menjadi gadis paling bodoh yang tiba-tiba lemah karena tersakiti oleh cinta. Dio pergi justru disaat Via berharap semua mimpi mereka bisa menjadi nyata. Via kira Dio berbeda dan di otaknya telah muncul banyak khayalan yang suatu saat bisa mereka abadikan. Telah tergambar jelas bagaimana kelak mereka bisa masuk masjid bersama, dan merapal do'a yang sama. Via telah membangun semua mimpi itu meskipun Dio tidak pernah tahu, tapi tiba-tiba Dio remukan semua, Dio hancurkan tanpa pikir panjang, dan Dio meninggalkan Via sekeji itu.

Saat Via sedang menangis sejadi-jadinya terdengar ponselnya berdering terus-menerus. Dan tiba-tiba Via merasakan seseorang memeluknya erat. Dan sesekali bertanya "kenapa?" yang tak dia hiraukan. Ya, itu Gito.

"Kak, please, jangan nangis terus, cerita sama gue," kata Gito yang langsung membuat Via mendongakkan kepalanya menatap mata Gito dan Via pun menangis lagi dipelukan adiknya itu.

Tak lama Via pun berhenti menangis. Tapi Via mengisyaratkan pada Gito, bahwa dia belum siap menceritakan apapun padanya sekarang. Gito pun mengangguk dan masih diam di tempat untuk menemani Via.

***

Hari ini sudah mulai masuk sekolah. Via masih tak bisa membuka suara. Tatapannya kosong. Tubuhnya lemas, mungkin karena terlalu lama menangis. Hatinya sakit sekali. Masih belum menerima kenyataan itu.

Mandi dengan asal. Makan pun tak selera. Via hanya mengaduk-aduk bubur ayam kesukaannya. Keluarganya terus menasehati agar Via tak seperti itu. Tapi semua itu masuk kuping kanan, lalu keluar kuping kiri. Via bertingkah seperti mayat. Hanya ada raga, namun jiwanya tak ada. Setiap melihat makhluk yang notabene disebut lelaki Via merasa sangat muak. Dan membuat hatinya semakin sakit.

Sekolah pun percuma, Via selalu saja di tuntun menuju UKS. Dua hari berturut-turut Via masih seperti mayat. Pada hari ketiga mungkin teman-temannya mulai geram dengan sikapnya itu. Mereka mengelilingi Via dan sepertinya sudah menyiapkan sesuatu dalam otaknya untuk dikatakan pads Via.

"Lo nggak boleh kayak gini terus, Vi," kata Sophie lembut.

"Coba lo jawab gue, sebenernya ada apa sih?" tanya Sophie lagi.

"Oke, kita di sini sebagai sahabat lo sedih liat lo yang kayak mayat hidup gini. Lo cerita sama kita. Kita bakal bantu lo. Jangan lo pendem sendiri kayak gini. Nggak baik, Vi," kata Vina.

"Kita ada di samping lo bukan cuma buat mampang nama sahabat, bukan. Kita di sini sebagai pundak buat lo bersandar, Vi," tambah Geta. Yang membuat Via terharu dan mulai berpikir betapa bodohnya dia.

Ya Allah, aku tak ingin membalasnya. Tapi aku mohon kepada-Mu Tuhan yang Maha adil, balaslah dia sebagaimana harusnya. Batin Via.

Biarkan Allah dan karma yang akan membalasnya.

🧁🧁🧁

anggap aja updatenya chapter ini sebagai hadiah tahun baru yg pertama dari gue yaaa!!

have fun semuanyaaa

avataravatar
Next chapter