webnovel

18

Via baru sadar dengan tatapan aneh laki-laki itu padanya. Ya, mungkin karena dia tak memanggilnya dengan embel-embel kakak seperti biasanya.

"Eh, sorry, ya, Kak Tri. Kejadian tadi nggak sengaja." kata Via.

"Santai aja kali. Gue duluan, ya?" kata Kak Tri lalu pergi meninggalkan Via yang masih berdiri mematung bersama sebuah kenangan yang melintasi otaknya.

Tri adalah salah satu sobat Aldo. Dan jangan di tanya seberapa jahilnya dia. Ingat 'kan jahilnya Aldo 'dulu'? Oh ya ampun. Sudahlah. Dia pasti sudah tenang di sana.

***

Selama liburan Dio jarang sekali ke rumah Via. Dan hari ini Via sudah tidak sabar untuk bertemunya. Mereka akan datang ke acara ulangtahun Mira.

Via pun sudah siap dengan t-shirt berwarna peach dan celana jeans panjang biru dongker serta sepatu kets kesayangannya. Via pun berjalan menuruni tangga dengan satu batang coklat green tea di tangannya.

"Hai, Ma, Pa." sapa Via lalu duduk di kursi tepat depan tv.

"Hai anak gadis Papa yang hobinya ngabisin stok cemilan," kata Papa Via dengan wajah mengejek.

"Ih, Papa." kata Via pura-pura sebal. "Kalo ngomong suka bener." sambungnya di sambut tawa oleh orangtuanya.

"Mana Dio nya? Katanya mau jemput?" tanya Papa Via.

"Lagi otw, Pa," jawab Via lalu mulai menggigit coklat green tea nya.

Tak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu. Via pun membukanya lalu mengajaknya masuk. Dio pun menyalimi orangtua Via.

"Oh iya, Pak. Saya mau langsung jalan aja." kata Dio to the point.

"Jangan kemaleman, ya, Dio." kata Papa Via.

"Oke, Pak."

Mereka pun menyalimi tangan kedua orangtua Via lalu berjalan menuju motor Dio. Dan langsung menancap gas.

"Dingin nggak?" tanya Dio yang suaranya sedikit kabur karena kecepatan dia membawa motornya itu tidak kira-kira.

"Nggak, kok." jawab Via.

Setelah itu tak lagi ada percakapan di antara mereka. Dan sampailah mereka di sebuah mall ternama di kota itu. Mereka pun berjalan memasuki mall yang mulai padat oleh pengunjung karena nanti malam akan ada perayaan malam takbiran. Via terkejut oleh sentuhan sebuah tangan kekar yang menarik lengannya dan membuat tubuhnya menabrak tubuh itu. Lalu dengan gerakan cepat Dio merangkul Via. Melindungi Via dari padatnya mall saat ini. 

Mereka pun sampai di tempat makan out door dan menghampiri Mira dan beberapa teman mereka yang duduk bersamanya. Dio masih merangkul Via.

"Kalian sweet banget sih!" kata Puspa dengan kedua tangan menopang dagunya dan menatap Via dan Dio.

Via hanya bisa tersenyum lalu duduk di hadapan Puspa diikuti Dio yang sudah pasti duduk disamping Via.

"Cuma seginian aja?" tanya Via pada Mira.

"Iya, Vi. Yang lain pada pulang kampung soalnya." jawab Mira.

"Oh gitu." jawab Via sambil menikmati angin yang terus berhembus menerpa wajahnya dengan menutup mata.

"Gue ke toilet dulu, ya?" kata Dio pada mereka.

"Oke." jawab mereka serempak.

Tiba-tiba Via merasakan ada seseorang yang duduk disampingnya.

"Hai cewek, boleh kenalan nggak?" kata sebuah suara yang entah tertuju pada siapa.

Via merasakan suasana mendadak hening dan Via pun membuka matanya yang langsung bertatapan dengan mata Puspa. Puspa pun mengisyaratkan dengan dagunya agar Via menoleh ke samping. Via pun menurutinya.

"Boleh kenalan?" kata lelaki itu lalu mengulurkan sebelah tangannya.

Via terdiam ketika matanya bertemu dengan sepasang mata milik seseorang yang sedang berjalan menghampiri mereka dengan tatapan cemburu.

"Ngapain lo di sini?" tanya Dio datar. Yang di tanya pun menoleh.

"Cuma mau ngajak kenalan. Kenapa? Nggak boleh? Emangnya lo siapa?" tanya laki-laki itu dengan nada menantang.

"Gue pacarnya." jawab Dio datar yang langsung membuat laki-laki itu pergi lalu menghampiri teman-temannya.

Via menoleh ke arah July yang sedari tadi menatapnya dan Dio.

"Lo kenapa sih dari tadi liatin gue? Lo naksir sama gue?" kata Via dengan wajah imut yang di buat-buat.

"Najis! Masa jeruk makan jeruk," kata July tanpa mengalihkan pandangannya dari Via dan Dio. "Gue masih nggak nyangka aja kalo kalian pacaran." sambungnya.

"Iya, ya. 'Kan mereka itu musuh, ya, jaman smp." timpal Puspa.

"Iya tuh bener. Tapi, kok, sekarang bisa seromantis ini, ya," kata July.

"Karma tuh!" kata Mira sambil terkekeh.

"Makanya, kalo sama orang itu biasa biasa aja, jangan benci. Nah, jadi gini 'kan sekarang, lo kena karma, Alivia Anna!" kata Mira pada Via dengan nada mengejek.

"Aish! Kata-kata lo boleh juga," jawab Via lalu yang di puji malah melakukan kiss bye berkali-kali lalu menyalami tangan kami satu persatu sambil mengucapkan terimakasih.

"Ya ampun adzan maghrib tuh bikin gereget tau. Giliran nggak ditungguin cepet, giliran ditungguin lama." keluh Puspa.

"Eh, kita mau makan apa? Mending mesen dari sekarang. Soalnya 5 menit lagi adzan," kata Mira. Dan langsung memanggil seorang waitress.

Dan benar saja. Sekitar 5 menit mereka menunggu, akhirnya adzan pun berkumandang bersamaan itu pesanan pun datang. Mereka pun membaca doa buka puasa lalu dengan rakusnya melahap makanan yang telah mereka pesan.

Saat Via sedang asyik makan sambil mencocol ayam pada sambel, Dio menjauhkan mangkuk sambel darinya. Via pun cemberut.

"Kamu 'kan punya mag, nggak boleh makan sambel kebanyakan! Tuh liat sambel yang tadinya semangkok tinggal seperempatnya." kata Dio garang.

"Tapi kalo makannya nggak pake sambel itu kurang nikmat tauu," kata Via merajuk.

"Pokoknya nggak boleh!" kata Dio lalu dia melanjutkan makannya yang sempat tertunda. Ketiga teman Via diam-diam menertawainya yang sedang menatap mangkuk sambelnya dengan sedih. Menyebalkan.

Mereka pun berjalan menuju wastafel untuk mencuci tangan. Lalu kembali pada tempat duduk mereka. Lalu mereka mengeluarkan sekotak kue black forrest yang tadi July beli memakai uang mereka berempat, sambil menyanyikan lagu happy birthday pada Mira.

"Kalian sweet banget sih, gue jadi terharu," kata Mira yang tak lama kemudian kembang api pun mulai bermunculan dengan riuhnya di langit dari berbagai arah. Tapi itu bukan dari mereka. Itu orang-orang yang sedang merayakan malam takbiran.

"Berasa di rayain sama semua umat islam gue," kata Mira lagi yang di sambut tawa mereka.

"Mending kita jalan-jalan ke bawah, yuk!" kata July karena kembang api yang mulai tak nampak lagi.

"Ayo!" jawab mereka serempak lalu berjalan menuju escalator.

Tepat di atas escalator, atap gedung mall ini transparan yang memperlihatkan langit yang begitu indah meski sudah gelap. Dio merangkul Via. Lagi. Yang langsung membuat jantung Via melompat-lompat dengan lincahnya.

Saat sudah sampai di sebuah pelataran yang luas di halaman mall ini, seluruh peserta mulai mempersiapkan dirinya dan pada hitungan ketiga semua kembang api yang indah sudah berada di langit. Indah sekali. Dio yang masih merangkul Via pun tersenyum dengan tampannya melihat indahnya langit malam ini. Via pun mulai melingkarkan tangannya di pinggang belakang Dio.

***

Setelah shalat subuh Via dan keluarganya pun mulai mandi pada kamar mandi di masing-masing kamar lalu keluar menggunakan baju lebaran. Via memakai gamis putih yang berkerut pada bagian pinggul serta membawa sepasang mukena dan sajadah yang dia simpan di bagian lengan kirinya. Mereka pun langsung berjalan menuju sebuah masjid berkubah emas (warnanya saja) yang ada di komplek mereka.

🧁🧁🧁

maaf bgt gais telat upload 😂 jgn lupa masukin ke koleksi dan mengundi cerita ini tiap minggunya yaa 🥰 thx uuuuu

Next chapter