1 Worldwide's cafe

3rd POV.

...

"Apa ini??" Laki-laki itu berteriak kesal, sementara gadis di depannya tertunduk takut.

"P-piring,"

"Ya, semua orang tau ini piring. Bahkan Jimin Aliano yang telminya kebangetan pun juga tau!" Sahutnya masih kesal, bahkan dirinya membawa-bawa nama Jimin, manusia paling polos itu didalam percakapan.

"K-kan tadi Mas nanya itu apa, ya saya jawab."

"Sssstttt banyak omong kamu! Satu menit yang lalu ini adalah piring, sebelum kamu pecahkan. Astaga Siti..." Yang di panggil Siti mendongak takut, dilihatnya si pemilik cafe tempatnya bekerja, menenteng piring yang tinggal separo itu di tangan.

"N-Nila, Mas." Cicitnya pelan, laki-laki di depannya mendengus jengkel.

"Mau Siti, mau Nila kek. Itu hak saya manggil kamu! Saya bos disini." Dirinya menghela nafas, lalu membuang pecahan piring itu ke tong sampah.

"M-maaf, Mas Seokjin. Saya gak sengaja, saya akan ganti rugi kok." Ucap Nila yakin, Seokjin tersenyum remeh.

"Ganti rugi? Coba hitung berapa piring yang kamu pecahkan dalam sebulan ini, Siti. Di tambah kemarin kamu bakar panci kesayangan saya. Mau aku potong sampai habis gaji kamu???" Nila mendelik, tak menyangka kalo sudah sebanyak itu tanggungan hutangnya.

"Gak masalah, Mas. Saya yang teledor dan ceroboh." Mau gak mau Nila harus merelakan bulan ini tanpa gaji.

"Kamu pikir saya ini laki-laki apaan? Saya memang tegas sama semua karyawan, tapi bukan berarti saya bisa seenaknya gak kasih kamu gaji."

"J-jadi..."

"Udahlah, mending beresin sekarang. Dan inget, kamu harus lebih hati-hati lagi." Ucap Seokjin memberi saran sebelum akhirnya berlalu meninggalkan dapur cafe.

Seokjin berjalan keluar, hendak menemui kedua sahabatnya yang tengah menunggu.

"WOW—," Seokjin kaget melihat bayangannya sendiri didalam cermin. Di amati baik-baik dirinya, lalu tersenyum alay.

"—Aku berharap bisa melihat wajahku sepanjang hari. Tidak ada permainan yang lebih menyenangkan daripada melihat wajahku. Aku berharap dunia ini adalah cermin." Monolognya sambil tertawa kecil, tangannya ia bawa untuk membenarkan poni rambut. Lalu kembali berjalan ke arah luar, mencari dua sahabatnya yang sudah menunggu.

"Sorry gaes, lama ya?" Tanya Seokjin begitu menghampiri keduanya.

"Aku yakin sekali, kamu habis memarahi Nila lagi. Ngaku?!"

"Kok kamu tau? Wah, sejak kapan seorang Elya Diora yang notabene seorang dokter, pindah profesi jadi mama Loren?" Goda Seokjin pada satu-satunya gadis diantara mereka.

"Tanpa harus Elya jadi mama Loren, kita pasti tau, Jin. Suara cemprengmu yang mirip wiper mobil itu terlalu nyaring sampai kemari." Seokjin berdecak sebal, dua sahabatnya ini hobi sekali mencela dirinya.

Seokjin mengangkat tangan, memanggil salah satu pelayan cafenya untuk membuat makanan tambahan untuk kedua sahabatnya.

"Eh ngomong-ngomong, gimana sama cowo yang kamu ceritain tadi, El?" Tanya Chanyeol Galang yang merasa penasaran.

Pasalnya, Elya Diora yang saat ini tengah menjabat jadi dosen di fakultas Kedokteran Universitas BigHit itu mengaku, saat mengajar hari ini di recoki sama cowo aneh.

"Huh? Tunggu bentar, kamu gak ada cerita nih ama aku?" Seokjin menginterupsi keduanya yang asik ngobrol sendiri, kenapa cuma dia aja yang gak tau apa-apa? Jelas saja Seokjin tak tahu apapun, dirinya sibuk memarahi Siti Nila di belakang.

"Ya ini aku minta Elya buat ceritainnya. Gak usah ngambekan deh!" Ledek Galang yang dapet kekehan laknat dari Elya.

"Jangan ketawa, El." Seloroh Seokjin gak mau kalah.

Elya mendengus dengan mata membulat lucu. "Sorry,"

"Oke serius nih, jadi siapa sebenernya cowo itu?" Tanya Seokjin yang ikut-ikutan penasaran.

Elya menghela nafas, mengurut pelipisnya yang mendadak puyeng kala memorinya terputar dengan kejadian beberapa jam yang lalu.

-

-

-

"Oke, kelas kita tutup hari ini. Jangan lupa kerjakan tugas kalian. Saya harap kalian bisa membuat referensi dari buku yang bagus." Tutup Elya di akhir kelas. Namun, dari arah belakang salah satu mahasiswa berteriak memanggil namanya, sambil mengangkat tangan.

"Ya, yang di belakang. Ada pertanyaan??" Elya mengamati tubuh itu berdiri, sosok pemuda dengan pakaian yang terbilang mahal untuk ukurannya. Serba bermerk dari ujung kepala sampai kaki. Kesan pertama Elya; anak orang kaya yang manja, yang hobi menghambur-hamburkan uang orangtua.

Bukan tipe Elya sekali, terlebih dia ini mahasiswa yang notabene adalah anak didiknya.

"Nama saya Taehyung Aji Natanegara, Ms. Elya. Dan yang ingin saya tanyakan adalah..." Elya menanti Taehyung meneruskan kembali ucapannya. Menghiraukan bunyi bel tanda kelas berakhir.

"Ms. Elya, apa anda single?" Tanyanya yang langsung dapet sorak sorai dari seluruh penghuni kelas.

"Dek Taehyung, dari pada menanyakan hal yang bukan urusan anda. Lebih baik belajar dan kerjakan tugasmu dengan benar." Ucap Elya sebelum akhirnya membereskan buku miliknya dan keluar kelas, di iringi tawa menggema mahasiswa yang menertawakan kebodohan Taehyung.

...

"BHAHAHAHHA... gila, nekat banget itu anak? Tapi, aku salut sih sama keberanian dia." Seru Seokjin sembari bertepuk tangan bangga.

"Apaan njir, bikin malu kali. Urusannya apa coba, nanya-nanya status single atau ga?" Sungut Elya lalu mengambil keripik kentang yang disuguhkan pelayan cafe beberapa menit yang lalu.

"Kayaknya sih... itu anak love at first sight deh El ama kamu." Ledek Chanyeol yang dibarengi cie-cie'an dari Seokjin. Atensi Elya teralihkan dengan getar ponsel disaku celananya. Dengan sigap dia mengambil dan mengangkat panggilan.

"Seira, ada apa??"

"Mbak, lagi dimana?"

"Aku lagi di cafe deket Rumah Sakit,emang kenapa?"

"Ada pasien gawat mbak, bisa kesini sekarang kan?" Elya melihat jam dipergelangan tangan, waktu udah menunjukkan jam sembilan lewat sepuluh menit. Lagipula jadwal mengajar di kampus juga kosong.

"O-oh oke." Elya segera menutup panggilan,

"Kenapa El?" Tanya Chanyeol Galang penasaran,

"Aku mesti balik ke Rumah Sakit. Ga apa kan aku tinggal?" Tanya Elya gak enak hati, Seokjin mengangguk sambil mengacungkan jempol kirinya.

"Yang dokter mah beda. Ati-ati ya." Seru Seokjin sebelum Elya keluar cafe yang dibalas kepalan tangan terangkat seolah-olah Elya tengah meninju udara.

"Kayaknya aku juga harus balik nih, besok aku ada penerbangan pagi ke Surabaya." Ucap Galang yang udah beresin bawaannya.

"Jahat! Gak bantuin aku tutup cafe dulu??"

"Karyawan kamu banyak ya, Mas. Buat apa kamu gaji mereka kalo kamu masih minta bantuan aku, ha?" Ucap Galang ketus, Seokjin meringis. Galang yang dari dulu dia kenal, ucapannya selalu pedes-pedes cabe rawit.

"Canda Lang, canda... sensitip amat sih." Belum sempat Galang membalas, suara kedumprang nyaring dari arah dapur mengagetkan keduanya.

Seokjin menggeram marah. Melihat gelagat sohibnya, Galang buru-buru menutup kedua telinganya.

"SITI NILAAAAAAAAA."

Dan teriakan Seokjin menutup malam panjang Nila, yang bakalan kena omelan lagi.

avataravatar
Next chapter