24 MOVE ON!

Satu minggu kemudian...

Hari minggu,Pukul 16.54

Saat itu sedang turun hujan,Adisti memandang embun pada kaca kamarnya,sambil menulis sebuah puisi yang ditujukan kepada farhan.

"Jangan tanyakan padaku mengapa aku menyukai hujan

Tapi tanyakan pada hatimu

Mengapa kamu pergi disaat cintaku menghujanimu💧

Kau mendung seolah-olah memanggilku untuk membasahimu..💦

Setelah ku hujani kau dengan rintikan-rintikan syahduku

Kau malah pergi berteduh☔

Lalu untuk siapa mendungmu itu?

#Farhan💔"

Adisti duduk terdiam dimeja belajar dikamarnya. Ia memikirkan tentang hubungannya dengan farhan. Apakah mereka sudah resmi putus?

"Duh kok gue kepikian farhan ya" gerutu adisti pada dirinya sendiri.

"TINKK"

Suara telpon genggam adisti membuyarkan lamunannya. Adisti mengambil telpon genggamnya dan melihat siapa yang mengirimi nya pesan.

Disitu tertulis nama nauval..

Nauval.                        📹 📞 :

Dis mau martabak ga?Gue bawain ya sekalian,Soalnya ini lagi beli martabak.

Adisti tak membalasnya,Ia pun menelpon nauval saat itu.

"Iya dis kenapa?" tanya nauval saat mengangkat telpon adisti.

"Lo bawa aja martabaknya ketaman deket rumah gue,Ntar gue kesana" kata adisti.

"Kan lagi hujan dis... Kalo lo keluar ntar sakit" kata nauval mencegah.

"Atau kita ketemuan aja di cafe gimana?" tanya nauval.

"Oke deh,Tunggu disana ya dis" kata nauval sambil mematikan telfonnya.

Adisti beranjak dari tempat duduknya lalu mengambil jas hujan dilemari bajunya dan mengambil kunci motornya dirak. Lalu adisti pergi dari kamarnya menuju gerasi samping rumahnya.

Adisti pergi ke cafe yang ia janjikan tadi,Adisti sengaja tidak memberi tau mama nya.

Sesampainya dicafe....

Adisti tak melihat dimana nauval,Adisti pun menelpon nauval.

"Hallo val,Lo dimana?Gue udah ada di cafe" tanya adisti setelah nauval mengangkat telponnya.

"Bentar lagi nyampe dis,Ini gue nganter dulu kakak gue" kata nauval.

"Oh oke,Gue duduk dideket pintu masuk ya" kata adisti lalu mematikan telponnya.

Setelah menunggu beberapa lama akhirnya nauval datang dengan membawa sekotak martabak.

Nauval melihat adisti sedang mengotak-atik telpon genggamnya,Nauval menghampirnya lalu duduk didepan adisti.

Adisti menoleh kearah nauval dengan kesal. "Lama amat sih,Ngapain aja?Ditungguin lama amat" gerutu adisti pada nauval.

"Ehm mau ngomong apa nih?" tanya nauval to the point.

"Gak mau ngomong apa-apa cuman pengen ketemu aja" kata adisti.

"Pasti mau nanya tentang farhan kan?" tanya nauval.

"Apa sih val" ucap adisti sambil membalikan bola matanya.

Mereka pun bercanda bersama dengan lelucon receh nauval.

Tak lama kemudian....

Hujan sudah mereda,Hanya ada rintikan air diluar. Nauval pamit pada adisti karena dirumahnya akan ada keluarga besarnya,Adisti pun meng-iyakan dan pulang setelah nauval pergi dari cafe itu.

Sesampainya dirumah,Mama nya sudah menunggu di ruang tamu. Adisti berjalan tak bersuara,Dan betapa kagetnya ketika sang mama memanggilnya.

"Dis" panggil mama.

"Ehm iya ma?" jawab adisti.

"Darimana?Kamu tau kan disana lagi ujan,Ngapain keluar?.. Nemuin siapa?Kenapa gak bilang sama mama dulu,Gimana kalo kamu sakit... Kamu tuh bukan anak kecil lagi ya adis!Harus ngerti sama peraturan dirumah ini.." ucap mama panjang.

Adisti hanya menunduk mendengar perkataan mama-nya.

"Kamu pergi kekamar sekarang,Ganti pakaian kamu terus makan abis itu tidur" ucap mama.

Adisti hanya mengangguk dan berlari kekamarnya untuk berganti pakaian.

Setelah berganti pakaian adisti turun kebawah untuk makan,Mama dan ayahnya sudah berada di meja makan.

Adisti duduk disamping mama-nya. Mamanya mengambilkan nya nasi dan lauk pauknya.

"Segini aja?" tanya mama.

"Ehm iya ma" kata adisti menunduk.

Adisti pun makan dan selesai makan,Ia pergi kekamarnya untuk pergi tidur.

Adisti membuka telpon genggamnya dan masih tidak ada pesan dari farhan. Mungkin ia telah melupakan semuanya tentang adisti.

Adisti menghela nafas sebentar dan meletakan kembali telpon genggamnya. Lalu ia berbaring ditempat tidur dan menarik selimutnya.

Adisti mengambil boneka yang farhan berikan padanya dan memeluk erat boneka itu,Seolah-olah ia sedang rindu pada pemberi dari boneka itu.

avataravatar
Next chapter