1 My Best Friend

"Heiiii Putraaaaaa!!! Jangan lari kauu!"

Teriakku lantang sambil berlari mengejar laki-laki bertubuh semampai, berkulit putih, dan bermata sedikit sipit yang baru saja ku panggil namanya.

Sedangkan oknum yang teriaki sambil ku kejar hanya tetap berlari sembari mengeluarkan tawaan keras yang membuatku sangat ingin memukul mulutnya.

Ah, omong-omong aku belum memperkenalkan diriku. Namaku Meisya Putriana, atau biasanya di panggil Sya. Aku ini perempuan 'tulen', ingat poin penting ini baik-baik. Dan aku ini seorang pelajar kelas 12. Ya uhh, sebentar lagi kelulusan. Padahal aku tidak ingin cepat pergi dari sekolah tercintaku ini. Meskipun guru disini menyebalkan.

Ummm, apa aku perlu memperkenalkan laki-laki menyebalkan itu juga? Aku rasa tidak perlu. Lagipula ia hanya laki-laki yang sangat menyebalkan. Tidak ada hal bagus lain dalam dirinya.

Apa? Kalian ingin aku menceritakan tentangnya? Uh, malas sekali. Baiklah-baiklah. Dia itu temanku, oh atau sahabat? Aku sudah mengenalnya sejak TK. Ya itu gila kan? Bisa-bisanya selama ini aku bersama dengannya kurang lebih 7 tahun. Aku hampir gila sekarang. Namanya Putra Ferdiana. Jangan mengira kami saudara. Kami bukan saudara hanya karena nama akhiran kami terdapat 'na'. Aku sangat tidak sudi memiliki saudara sepertinya. Hanya membuat darahku naik.

"Kau tuli!?" Saat sudah hampir dekat dengannya, aku menarik daun telinganya keras.

"Akh aw aw aw." Rintihnya mengernyit kesakitan.

"Kembalikan ponselku!" Aku semakin menarik telinganya tanpa belas kasih.

"B-baiklah, tapi lepaskan dulu telingaku. Nanti telingaku menjadi panjang bagaimana jika terus ditarik olehmu."

"Peduli apa denganku!? Itu kan telingamu bukan telingaku! Lagipula ini balasan karna ulah kau sendiri! Jika kau terus menerus menggangguku, aku akan menarik telingamu hingga panjang menyentuh tanah!"

Putra menatap kearahku dengan wajah memelas, pupil mata membesar dan berkaca kaca.

Aku menghela nafas dan melepaskan telinganya dengan sangat berat hati.

Tapi baru sepersekian detik ya tanganku terlepas, air wajahnya langsung kembali berubah cerah dan berlari mengangkat ponselku tinggi-tinggi.

Memang, seharusnya aku tidak mempercayai jelmaan setan itu.

avataravatar