12 Tambatan hati yang baru

Kini mereka sampai di gerai yang menjual perhiasan keduanya memutuskan untuk mencari satu set perhiasan untuk seserahan. Dinar mulai melihat-lihat mana yang ia inginkan karena semua yang di tawarkan bagus-bagus.

"Adit maukah kau membantu memilihkan untukku?" walaupun sebenarnya Aditya ingin terima beres dan tak ambil pusing tapi sepertinya Dinar memang sedang butuh bantuannya untuk memilih.

"Kau suka yang seperti apa?"

"Kalau kau suka yang seperti apa?" Dinar malah balik bertanya.

"Aku suka yang simpel."

"Baiklah aku terserah padamu saja."

Aditya mulai berkeliling mencari sebuah kalung yang cocok untuk Dinar. Matanya menemukan sesuai yang sesuai dengan selera nya. "Yang ini bagus. Aku mau lihat ini." punya Adit kepada karyawan toko perhiasan tersebut.

Sebuah kalung emas putih dengan liontin berbentuk lingkaran kecil yang ada di dalam sebuah lingkaran yang lebih besar dan terdapat satu mata berlian berkilauan di tengahnya. Menurut Aditya ini cukup simpel, unik dan juga cantik. Pemuda itu menunjukkannya pada Dinar dan perempuan itu langsung menyetujuinya. Kalung itu ternyata punya ada satu set dengan gelang dan antingnya yang memiliki bentuk yang serupa.

Kini keduanya tinggal mencari cincin pernikahan. Kali ini yang memilih adalah Dinar. Perempuan itu sedari tadi sudah melirik cincin yang sangat indah. Cincin dengan berlian kecil yang mengelilingi lingkaran kecil itu dan terdapat satu dengan ukuran sedikit lebih besar. Tak terlalu mencolok namun saat terkena cahaya berlian nya mampu memancarkan kilauan yang indah. Aditya setuju dengan pilihan Dinar dan minta pasangan untuk cincin tersebut.

"Silahkan dicoba dulu apakah ukurannya sesuai atau tidak." punya pelayan toko tersebut.

Aditya membantu memakaikan cincin itu di jemari Dinar. Perempuan itu seketika jadi merinding. Bulu kuduknya sampai berdiri, ia memandang lekat mata pria tampan di depannya. Entah mengapa jantungnya berdegup dengan kencang.

Jika dulu ia pernah suka dengan Amanda yang menyamar sebagai seorang lelaki. Kini penampakan adiknya sungguh berbeda, Aditya jauh lebih tampan dari itu dan Dinar baru menyadarinya kali ini.

"Apakah sakit di jarimu?" tanya Aditya yang memecah lamunan Dinar.

"Tidak." jawab Dinar sambil menggeleng tanpa mengalihkan pandangan padanya mengamati wajah Aditya dari jarak yang cukup dekat.

"Emm. Yang ini juga bagus." ucap Aditya dengan standart. Ia juga menyematkan cincin di jemarinya sendiri dan merasa ukurannya kebesaran. "mbak ini tolong yang ukuran sedikit lebih kecil!!"

"Oh baik tuan." Pelayan toko itu segera mengambilkan ukuran yang satu tingkat di bawahnya. Dan benar saja ukuran yang baru lebih pas di jari tengah Aditya.

Aditya mendekatkan tangannya di dekat tangan Dinar dan merasa jika cincin keduanya memang cocok. "Baiklah kita ambil yang ini mbak. Tolong di bungkus dan Boxnya minta yang bagus soalnya mau untuk mahar." ujar Aditya."

Jujur saja kali ini Dinar tampak bahagia, entah atas dasar apa namun hatinya merasa bahagia melihat Aditya yang tak lagi bersikap ketus dan jutek kepada dirinya. Ia sebagai perempuan merasa lebih dihargai. Tanpa sadar Dinar tersenyum, namun segera bersikap biasa ketika Adit memandang ke arahnya.

"Sekarang tinggal apa lagi yang belum di beli?"

"Tinggal tas, sepatu, alat sholat dan… itu Anu.. Anu.."

"Apa??"

"Sesuatu yang sensitif." jawab lirih Dinar.

Mendengar jawaban Dinar Aditya jadi salah tingkah. Ia sendiri bingung harus bersikap bagaimana. Ia memutar bola matanya mencoba mengalihkan pikiran kotornya.

"Hmm. Besok lagi aja deh. Sekarang kita pulang dulu, kamu pasti lelah." ujar Aditya mengalihkan pembicaraan.

Dinar hanya mengangguk karena ia sendiri juga sudah merasa lelah. Banyak barang yang telah mereka beli hari ini terlebih setelah tiba dari bandung mereka belum istirahat dan belum makan.

Keduanya pun kini turun dari mall tersebut beranjak pulang. Namun di tengah jalan Dinar menarik tangan Aditya membuat pemuda itu spontan berhenti lalu membuat gerakan dengan dagunya seolah bertanya. Karena kedua tangannya sudah di penuhi dengan kantong belanjaan.

"Aku haus." Dinar melirik ke arah stand penjual minuman. Dan Aditpun mengerti ia sendiripun juga merasakan haus. Keduanya pun menuju stand minuman tersebut.

Saat menunggu minuman dibuat Aditya sekilas melihat sosok yang ia kenal. Matanya terbelalak antara percaya dan tidak percaya. Ia meletakkan semua kantong belanjaan Dinar di bawah lalu segera beranjak pergi berniat mengikuti sesuatu dan berharap tidak ketinggalan.

"Dit mau kemana?" Dinar tak mengerti dengan tingkah Aditya yang mendadak aneh seperti orang yang terlewatkan sesuatu.

"Kamu disini dulu aku mau ke toilet." ujarnya sambil bergegas pergi sambil berlari kecil.

Dinar hanya tersenyum melihat kepergian Aditya. "Sepertinya dia benar-benar kebelet." gumam Dinar sambil tersenyum geli.

Disisi lain Aditya ternyata mengejar sosok perempuan yang membuatnya tertarik. Ia seperti melihat Bintang juga ada di mall yang sama. Entah matanya yang salah melihat ataukah memang dirinya yang terlalu merindukan gadis itu sehingga bayangannya bisa muncul kapan saja bagaikan fatamorgana? Ataukah memang yang ia lihat benar-benar Bintang? Aditya berusaha mengejar dan mencarinya, ia ingin memastikan apa yang ia lihat barusan.

Setelah berjalan cukup jauh langkah Aditya terhenti di depan salah satu gerai butik dalam mall tersebut, Aditya terpaku di luar dinding kaca yang memperlihatkan dengan jelas apa yang ada di dalam dan sosok yang ia kejar sedari tadi.

Ternyata matanya dan feelingnya memang tidak salah, gadis yang ia lihat memang adalah Bintang dan dia sedang berjalan dengan seorang pria yang jika dilihat usianya terpaut beberapa tahun di atas Bintang. Pria berkaca mata itu tampak menyodorkan sebuah gaun yang indah kepada Bintang namun Bintang sepertinya tampak tak suka dengan pilihan pria itu tampak dari gerakan kepalanya yang menggeleng.

Seketika Aditya yang terpaku membalik badannya tak ingin bintang melihat keberadaanya di depan gerai tersebut. Jujur saja perasaan Aditya juga terluka melihat gadis yang pernah ia sukai dan ia sakiti kini berjalan dengan pria lain di depan matanya.

Hubungan diantara mereka memang sudah berakhir, Bintang kini memang sudah bebas akan berjalan dengan siapapun juga sesuai dengan pilihannya Karena sekarang tidak ada lagi yang mengikat diantara dirinya ataupun Bintang jadi gadis itu mungkin kini telah memiliki kekasih yang baru.

Ada dia memang menyadari hal itu dalam hatinya ia tentu saja masih tak suka melihat orang yang ia sukai dan ia sayangi begitu cepat mendapatkan Tambatan hati yang baru setelah belum lama ini keduanya memutuskan untuk putus.

Namun tentu saja ada dia tidak bisa menyalakan bintang begitu saja semua ini adalah kesalahannya tak ada yang salah dengan bintang justru ia yang tak tahu diri lalu beberapa waktu memutuskan tentang sudah sudah akan menikah dengan kan wanita lain tentu saja perasaan bintang jauh lebih hancur daripada perasaannya saat ini.

Bersambung..!

avataravatar
Next chapter