webnovel

Pelukan hangat seorang ibu

Malam ini Dinar tidur di sebuah kamar tamu di keluarga Danudirja. Rumah ini cukup besar bahkan lebih besar dari rumahnya. Terlebih semua kluarga Aditya sangat hangat kepadanya. Seolah ia bahkan bukan seorang tamu tapi sudah menjadi anggota keluarga walaupun belum resmi menikah.

Terlebih mama Ani dan Adinda yang begitu hangat padanya membuatnya merasa sangat nyaman berada disana. Dinar berbaring di tempat tidurnya yang empuk, ia mengingat semua yang terjadi hari ini. Mulai dari Aditya yang menjemputnya ke Bandung. Belanja bersama bahkan Aditya juga memilihkan sebuah kalung yang indah untuknya. Tanpa sadar Dinar tersenyum mengenang semua itu.

Jujur saja Dinar merasa begitu beruntung mendapatkan keluarga baru seperti keluarga Aditya. Pemuda berhati besat dan berjiwa besar itu telah mengeluarkannya dari lembah kelam yang bahkan hampir menyeretnya dalam dosa yang semakin besar.

Pasalnya setelah James mengalami kecelakaan dan di kabarkan meninggal dunia, Dinar merasa frustasi dan hampir melakukan percobaan bunuh diri. Ia merasa bingung dengan apa yang harus ia lakukan jika james tak ada sementara dirinya sedang mengandung anak james. Ia bahkan sangat takut membayangkan kemarahan ayahnya jika tau dirinya hamil dengan orang yang bahkan kini sudah tidak ada lagi.

Untunglah Aditya datang menyelamatkannya yang hampir melompat ke sungai. Aditya telah menyelamatkan nyawanya yang hampir ia bunuh sendiri. Tak hanya sampai disitu Aditya juga telah menyelamatkan kehidupan dan juga nama baik keluarganya dengan bertanggung jawab untuk menikahi dan memberikan status yang jelas bagi Dinar dan Bayi yang dikandungnya.

Perasaan Dinar yang dulu benci dan kesal tiap kali bertemu dengan Aditya yang dingin dan jutek kini berubah menjadi sebuah perasaan kagum. Kagum karena hutang budi yang tak akan bisa ia balas.

"Apa ini ini? Kenapa aku tersenyum tiap mengingat Adit?" gumam Dinar yang menyadari dirinya sedang tersenyum sambil membayangkan adit, pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya itu.

"Gak. Aku gak boleh jatuh cinta padanya." Dinar mencoba untuk mengingkari perasaan yang nyatanya mulai tumbuh dalam hatinya. Dinar menggelengkan kepalanya dengan kuat lalu menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya karena merasa malu.

Kini Dinar memutuskan untuk bersikap baik kepada Aditya karena pria itu juga sudah bersikap baik kepadanya walau kadang juga masih terasa sifatnya yang dingin. Setidaknya ia ingin membalas kebaikan Aditya.

Entah hubungan apa yang akan mereka jalani nantinya setelah menikah. Apakah mereka masih akan saling jaga image masing-masing atau justru menjadi suami istri pura-pura yang kompak?

Tok tok tok..

Suara ketukan terdengar di pintu kamar Dinar. Perempuan itu buru-buru bangun dan berjalan kearah pintu. Dinar membuka pintu tersebut dan mendapati mama Ani yang berada di depannya membawa segelas susu.

"Sudah tidur ya?"

"Belum kok. Mama Ani kenapa malam-malam begini kesini?" tanya Dinar yang penasaran.

"Sebelum tidur sebaiknya kau minum susu ini dulu. Trimester pertama kehamilan itu penting banget lo. Jadi kamu harus makan makanan yang bergizi dan jangan lupa untuk selaku meminum susu hamil, nih.. Jangan lupa dihabiskan ya!!" mama Ani meletakkan segelas susu coklat itu di atas meja.

"Makasih tante. Eh, Mama." Dinar segera meralat ucapannya.

"Santai saja. Anggap saja mama inj mama kamu sendiri." Ani mengusap lembut pipi kanan Dinar.

"Mama. Boleh gak aku meluk mama?" tanya Dinar dengan tatapan mata penuh harap.

"Meluk? Tentu saja boleh dong..!!" Ani langsung meletakan nampan yang ia bawa lalu merentangankan tangannya dengan lebar memberi sebuah pelukan hangat kepada Dinar.

Dinar maju ke depan dan memeluk Ani dengan erat. "Makasih. Makasih banget udah mau menerima Dinar dalam keluarga ini dengan semua kekurangan dan kesalahan yang Dinar perbuat." ucap Dinar sambil terisak.

"Kamu ini ngomong apa sayang? Sudah sepatutnya mama bersikap seperti ini. Kau adalah perempuan yang di cintai Aditya. Dan kini kau sekarang bahkan sedang mengandung anaknya. Kau mengandung cucu dan keturunan dari keluarga Danudirja, tentu saja mama akan bersikap seperti ini kepadamu. Ini adalah sebuah kasih sayang. Dan mama bahkan juga tidak sabar ingin segera mencurahkan kasih sayang mama ini kepada cucu mama yang ada di perutmh ini." Ani mengusap perut Dinar dengan lembut.

Deg..

Jantung Dinar serasa berhenti sejenak seolah waktu bahkan juga ikut berhenti. Dinar yang memeluk Ani dan meletakkan satunya di atas bahu Ani. Tercengang mendengar ucapan wanita yang sangat hangat tersebut. Ani begitu tulus sayang kepada dirinya bahkan sudah menganggapnya seperti anak sendiri. Namajn apa yang Dinar dan Adit berikan justru hanya sebuah kebohongan dan ke pura-puraan.

Bagaimana jika suatu saat nanti mama Ani tau jika semua ini bukanlah sebuah kenyataan? Bagaimana jika mama Ani tau jika dirinya telah berbohong karena bahkan bayi yang ia kandung bukanlah anak Adit dan bukan cucu yang mama ani tunggu dan harapkan selama ini.

Mendadak tubuh Dinar menjadi kaku dan hanya terdiam, ia tampu lagi berucap, ada perasaan malu dan bahkan merasa tak pantas mendapat perlakuan baik seperti ini karena ia bahkan telah menipu semua orang.

"Diminum susunya lalu tidur. Ingat jangan tidur malam-malam. Istirahat yang cukup." Dinar hanya mengangguk tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Ani melepas pelukannya lalu kembali mengelus pipi Dinar sebelum akhirnya keluar ruangan.

Setelah Ani pergi, Dinar memandang kearah segelas susu yang di bawa Ani untuknya. Ia mendapati dan meraih gelas itu. Ia mulai menyeruput dan meminumnya. Namun air mata nya meleleh ketika meminum susu itu. Perasaannya campur aduk berkecamuk menjadi satu.

Dinar menangis sambil meminum susu itu. Baru pertama kali semenjak ibunya meninggal dunia ada seseorang yang begitu baik kepadanya bahkan rasanya seperti ibu kandungnya sendiri, ia telah di perlakukan sangat baik bahkan statusnya saja belum resmi menjadi menantu. Tapi ia justru telah membuat kesalahan dengan berbohong dan bahkan akan melukai hati orang itu jika suatu hari nanti segalanya terbongkar. Batinnya berkecamuk karena berada dalam situasi yang rumit.

Dinar meminum habis susu dalam gelas tersebut lalu mengusap air matanya. Bagaimanapun ia harus tetap bangkit dan tegas demi bayi yang ia kandung. Bayi yang merupakan kenang-kenangan dari James. Meski james tak ada lagi namun bayi itu adalah wujud nyata yang tersisa dari kisah cinta Dinar dan James.

"Kamu harus kuat sayang. Kamu harus menemani mama melewati semua ini. Apapun yang terjadi nantinya kamu adalah anak mama. Dan hanya akan menjadi anak mama." Dinar mengelus perutnya dengan lembut, ia sedang berkomunikasi dengan bayi dalam kandungannya. Mencoba untuk menguatkan dirinya sendiri bahwa ia bisa melewati semua ini.

Bersambung..!

Next chapter