5 Mengobrak-abrik relung hati

"Ibuk apakah ini nasi goreng nya kang yono?" dilihat dari warna nasi goreng dan aromanya Bintang tau betul jika itu adalah nasis goreng kang yono yang berjualan pada pertigaan kecil di depan tower.

"ah nggak. Ini tadi ibu masak sendiri." kilah ibu Bintang. Dari segi aroma dan rasa memang mirip namun disini terdapat tambahan sayuran dan telur orak-arik sementara di tempat kang yono telurnya biasanya di ceplok.

Bintang mencoba untuk tidak perduli toh hanya berupa nasi goreng. Ia mulai melahapnya mengunyahnya tanpa menikmatinya. Pikirannya masih terbang pada kenangan pertemuannya dengan Adit tadi. Pikirannya melayang-layang pada janji yang pernah mereka buat beberapa bulan lalu. Kini semuanya sudah berakhir tak ada yang tersisa.

"Bintang apakah kau baik-baik saja?" ibunya menatap Bintang yang tampak aneh.

"Ah tentu saja. Memangnya kenapa?"

"Ibuk rasa kau agak aneh."

"Aku hanya kecapekan kok buk. Setelah ini aku mau mandi dan istirahat saja."

Ibu Bintang menyadari ada yang aneh dengan putrinya namun ia tak banyak bertanya. Ia lebih memilih diam. Mungkin memang benar jika putrinya hanya sedang kecapekan saja.

Setelah menghabiskan nasi goreng nya. Bintang menuju kamarnya ia meletakkan tasnya dan juga merebahkan tubuhnya diatas kasur. Ia menatap langit-langit kamarnya dan kembali membayangkan Adit.

"Cukup bintang cukup. Tak perlu kau sesali dan tak perlu diingat-ingat lagi. Semua yang terjadi biarlah terjadi. Kini kau sudah bebas dari janji itu. Kau sekarang akan menjadi dirimu sendiri yang bebas dan tanpa lagi harus menunggu seseorang yang tak jelas. Lebih baik kau move on dan jangan memikirkan hal yang tak penting lagi." Bintang bermonolog pada dirinya sendiri sambil memegangi kepalanya mencoba menasehati dirinya sendiri agar tersadar dan tak lagi memikirkan Adit.

Namun sayangnya tak semudah itu. Tak semudah itu melupakan seseorang dan tak semudah itu move on dari putus cinta. Terlebih ini adalah cinta pertama untuknya.

Kini Bintang bangkit ia meraih handuknya dan keluar dari kamarnya untuk menuju ke bilik kamar mandi. Ia perlu mandi dan menyegarkan dirinya termasuk menyegarkan kepalanya. Namun nyatanya didalam kamar mandi Bintang justru menangis se jadi jadinya ia sampai bersimpuh di lantai kamar mandi dan membiarkan air mengalir dengan suara gemericik agar ibunya tak curiga dengan suara tangisnya. Perasaan yang hancur kini terasa sangat menyayat hati. Tangisan pilunya membuatnya tak mampu lagi untuk berdiri. Rasa sayang dan tulus kasihnya kepada Aditya rupanya berujung dengan pil pahit yang harus ia telan mentah-mentah. Orang yang sebelumnya ia anggap sebagai seorang malaikat kini justru menjelma menjadi iblis yang mengobrak abrik relung hatinya membuatnya terpuruk jauh kedalam sebuah lubang kenistapaan.

Kini ia bahkan seolah tak mampu lagi untuk bertemu dengan Bu Amanda orang yang sudah sangat baik kepadanya. Bu Amanda merupakan kakak dari Aditya yang sebelumnya mendukung hubungannya. Dia juga seolah menyemangatinya meski Adit tak pernah menghubunginya. Namun kini Adit datang dengan sebuah kabar jika ia akan menikah dengan seseorang. Seseorang yang menurut pak Arya gadis yang ia lihat di singapore waktu itu adalah adik dari sahabat pak Arya dan Bu Amanda. Kini ia sudah kalah telak, tak ada lagi yang tersisa. Ternyata seperti inj rasanya putus cinta. Sudah dikhianati, di putuskan bahkan sebentar lagi ditinggal menikah. Perasaan dan hati Bintang telah remuk dan hancur berkeping-keping. Namun ia tetap harus berusaha untuk bersikap tegar. Ia tak mau terlihat lemah di depan ibunya.

Bintang yang selama ini di kenal orang adalah Bintang yang kuat dan berani. Ia bukanlah Bulan. saudara kembarnya yang telah meninggal, yang terkesan kalem dan lemah bahkan selalu saja menangis tiap ada masalah kecil. Ia adalah Bintang yang tegar. Sesuai namanya. Meski banyak ribuan bintang yang ada di langit namun ia tetap bersinar meski kadang cahayanya tak seterang yang lain.

***

Keluarga Danudirja dan keluarga Adinata sama-sama sibuk menyiapkan pernikahan untuk anak-anak mereka. Karena dari pihak Danudirja yang akan menikah aditya adalah satu-satunya putra. Sementara dari dari keluarga Adinatadinar merupakan satu-satunya putri jadi tak heran masing-masing orang tua ingin memberikan yang terbaik. Meskipun kedua calon mempelai kompak untuk hanya ingin pernikahan yang sederhana saja namun tak semudah itu.

Pak adinata kekeuh ingin pesta yang meriah sebab kini hanya tinggal putrinya yang belum menikah. Terlebih ia merupakan seorang juragan perkebunan teh. Sementara keluarga Danudirja yang merupakan keluarga pebisnis yang memiliki beberapa bisnis properti tentu saja ingin satu-satunya putra di keluarganya menikah dengan pesta yang meriah.

Segala persiapan sudah mulai dilakukan. Undangan juga mulai disebar. Gedung dan catering juga sudah dipersiapkan. Sementara itu kini Dinar dan Aditya tengah melakukan sesi pemotretan untuk prewedding mereka. Keduanya yang memang sama-sama tak saling mencintai sama sekali tak terpancar rona kegembiraan dan kebahagiaan di wajah keduanya.

"Maaf bisa lebih dekat lagi?" tanya fotografer yang kesulitan mengambil foto yang bagus lantaran keduanya seolah saling menejauh.

Aditya menatap ragu kearah Dinar. Namun ternyata perempuan ith mengangguk seolah memberi kesempatan kepada Aditya untuk lebih dekat dengannya.

Adityapun awalnya ragu, namun ia mencoba untuk bisa profesional dalam sesi pemotretan inj agar cepat selesai. Aditya menyentuh bahu Dinar dan menatapnya dengan jarak yang sangat dekat. Sebenarnya ia tak bisa melakukan hal ini hanya saja sang fotografer memberi arahan seperti itu dan mau tak mah ia harus menurut.

Jarak yang begitu dekat membuat desah napas keduanya bisa di rasakan oleh masing-masing dari mereka. Jujur saja keduanya belum pernah berada dalam jarak sedekat ini. Bahkan degupan jantung keduanya sama-sama bertendum berirama.

"Yak bagus banget. Sekali lagi tahan sebentar..!!"

Cekrekk..

Cekrekk..

Kini fotografer tampak lebih puas dengan hasil fotonya dari pada yang sebelumnya seolah tak ada camistry sama sekali. Namun berkat arahan dan keduanya menurutinya kini hasil foto yang di ambil tampak begitu memukau. Adit dan Dinar tampak bagai dua insan yang saling mencintai. Padahal yang sesungguhnya keduanya tak pernah punya rasa seperti itu.

Keduanya berfoto dalam berbagai gaya dan dengan beberapa trma yang berbeda. Termasuk tata rias dan tata busana yang berbeda pula. Keduanya menjalaninya dalam kurun waktu satu hari saja. Karena memang segala sesuatunya di buru waktu yang sangat mepet.

"Kau lelah?"

"Heem.." Dinar mengangguk. Jujur saja ia sangat haus dan lelah. Terlebih ia sedang dalam kondisi hamil muda. Perempuan yang rambutnya di warna coklat muda dengan dandanan yang biasanya lebih mirip para girl band korea itu kini berdandan khas indonesia dengan rambut yang di sanggul indah. Membuatnya tentu saja tampil berbeda. Dinar kini justru tampak lebih dewasa dan seperti seorang perempuan yang sangat anggun terlebih gaun yang mengembang indah yang ia kenakan membuatnya semakin tampak sempurna.

"Biar aku ambilkan kah minum. Jika memang lelah istirahat saja."

Bersambung..!

avataravatar
Next chapter