13 Kenang kenangan milik Bintang

Kini Aditya berharap jika saja yang bersama Bintang mampu membahagiakan bintang dan mampu menjadi sosok yang bisa melindungi Bintang . Aditya perlahan berjalan menjauhi gerai itu dengan langkah patah hati menuju ke tempat dimana ia meninggalkan Dinar ia ingin segera pulang tak sanggup lagi berada di tempat itu.

Aditya berjalan tergesa gesa. Ia berjalan kembali dimana ia meninggalkan Dinar di sebuah stand minuman. "Ayo kita pulang." ucap Adit dengan suara tegas, ia mengambil semua tas belanjaan hasil berburu mereka hari ini.

Dinar yang baru saja menyeruput minumannya yang baru saja dibuat tampak heran dengan sikap Aditya yang seolah sangat terbaru-buru. Ia minum sampai hampir tersedak. Namun Dinar tak mau protes ia menurut dan berjalan mengikuti Aditya. Langkah aditya yang bertubuh tinggi tentu memiliki langkah yang lebih lebar dari dirinya. Terlebih hamil membuat Dinar tak bisa berjalan cepat hingga ia kesulitan mengimbangi langkah kaki pria di depannya.

"Adit, ada apa? Apakah terjadi sesuatu?"

"Tidak ada." jawab aditya dengan singkat.

"Lalu kenapa sepertinya kau tergesa-gesa seperti ada sesuatu yang penting."

"Aku lapar. Aku ingin makan dirumah." jawab Aditya beralasan, padahal yang sesungguhnya ia tak ingin berada di mall itu lagi karena ada Bintang dan seseorang yang sepertinya adalah kekasih baru Bintang. Aditya tampak terbakar cemburu melihat kedekatan keduanya, seolah ia tak rela melihat Bintang bahagia dengan pria lain. Karena jujur saja di dalam hatinya masih ada rasa untuk gadis cleaning servicenya itu.

Dinar yang tak tau apapun hanya mencoba untuk memahami Aditya yang sepertinya tampak sedang kelaparan, karena biasanya orang yang kelaparan memang sedang mudah emosi.

Begitu keluar dari mall hingga selama di perjalanan keduanya hanya diam saja. Terlebih Aditya yang masih harus dalam pikirannya sendiri. Wajahnya mengeras menahan emosi di dalam hatinya. Sementara Dinar yabg melihat tingkah Aditya yang seperti ini sama sekali tak berkutik. Wajah Aditya dan sikap dinginnya sudah mirip harimau yang siap menerkam mangsanya. Bahkan melirik pria utu saja Dinar tak berani. Ia heran apakah Adit memang selalu seperti ini di saat ia lapar?

Tanpa terasa kini Aditya dan Dinar telah sampai di kediaman Danudirja. Mama Ani menyambut kedatangan keduanya di ruang tamu. Ia begitu senang mendapati calon menantunya yang kini sedang mengandung calon cucunya datang berkunjung. Ani memeluk Dinar dengan sangat hangat dan mengecup puncak kepala Dinar dengan lembut dan penuh kasih sayang. Sudah seperti ibu kandung ke putrinya sendiri.

"Kalian sudah datang..? Mama udah nunggu dari tadi. Udah makan belom? Mama udah nyiapain makanan buat kalian. Yuk kita makan."

"Belom tante. Itu tadi Adit katanya lgi laper." jawab Dinar sambil tersenyum.

Diluar dugaan Adit langsung menuju keatas menuju ke kamar nya. Dinar merasa sangat aneh karena bah kan tadi Adit bilang jika ia sedang kelaparan sampai menjadi emosional. Namun begitu sampai rumah ia malah langsung pergi menuju kamarnya.

"Wah kalian sudah dapet apa aja tadi?" Ani begitu antusias dengan barang belanjaan Dinar dan Aditya yang di geletakkan begitu saja oleh adit dj atas sebuah meja dan memenuhi meja tersebut.

"Belum semuanya tante. Tapi sudah lebih dari sebagian."

"Ya sudah kita lihat nanti saja. Sekarang kita makan siang dulu kamu pasti juga capek dan laper kan?"

Ani langsung membimbing Dinar menuju ke ruang makan dimana kini aneka hidangan sudah tersaji di atas meja. Hidangan yang di sediakan cukup banyak walah hanya untuk menyambut Dinar.

Di ruang makan juga sudah ada Adinda yang sudah siap di atas kursinya dengan masih mengenakan seragam putih abu-abunya sepertinya gadis itu baru saja pulang sekolah. "Hai kak? Jadi bener kak Dinar nanti mau nginep disini. Wah pasti seru nih." Adinda begitu antusias melihat ada dinar dirumahnya ia senang karena mereka berdua pasti akan cocok.

Ani dan Dinar mulai duduk merapat kearah meja makan. Namun mata Dinar masih memandang kearah lain berharap Aditya juga akan ikut makan bersama mereka.

"Tante, Adit kemana? Tadi dia bilang ia lapar kenapa tidak ikut makan bersama kita?" tanya Dinar yang penasaran.

"Entahlah. Dinda coba panggil kakakmu!!" Adinda pun menurut saja dan segera beranjak dari tempatnya menuju ke kamar kakaknya.

Setelah beberapa menit menunggu Adinda kembali tanpa Aditya yang mengikutinya. ani dan Dinar jadi saling memandang dengan heran. "Mana Adit?"

"Mas Adit katanya lagi pusing nanti saja makannya." jawab Adinda sambil menaikkan kedua bahunya ia sendiri juga tak mengerti karena bahkan kakaknya itu tak membukakan pintu kamar untuknya.

Dinar menjadi tidak enak. Mungkinkah dia tadi belanja dan memilih terlalu lama hingga membuat Adit menjadi pusing. Ataukah ia tadi salah bicara hingga membuat Adit marah?

"Sudah biarkan saja. Mungkin dia kelelahan dari jakarta ke bandung jemput kamu trus ke jakarta lagi dan lanjut belanja. Pasti dia kecapekan." ujar Ani. "Sudah nak Dinar lanjut makan aja ya, makan yang banyak. Kamu kan lagi hamil jadi harus makan yang banyak dan makan-makanan yang bergizi." Ani menyodorkan beberapa menu makanan ke dekat Dinar agar perempuan itu bisa meraihnya dengan mudah.

Meski Dinar masih bertanya-tanya tentang perubahan sikap Aditya yang tiba-tiba, ia tetap tersenyum dan makan bersama mama Ani dan Adinda dengan khidmat karena kedua orang ini begitu perduli dan bersikap sangat baim kepadanya.

.

.

Sementara itu di dalam kamarnya Aditya tampak sangat gelisah. Ia bahkan membuang bantal nya dengan kasar dan juga membuang selimutnya ke sembarang tempat.

"Hahhh.." Aditya mengerang dan membuang napasnya dengan kasar mengekspresikan kekesalannya.

Ia kembali teringat apa yang ia lihat di mall. Dimana ia dengan mata kepalanya sendiri melihat Bintang berjalan dan berbelanja dengan pria lain. Aditya seolah menjadi egois ia tak rela melihat Bintang bersama dengan pria lain sementara dirinya sendiri juga bahkan jalan berdua bersama dengan Dinar bahkan keduanya juga akan segera menikah 2 minggu lagi.

"Begitu mudahnya kau mendapatkan ke masih baru Bintang. Apakah memang selama ini kau telah membuka hatimu dan membiarkannya terisi oleh hati yang lain selama aku ada di singapore?" gumam Aditya.

Aditya yang merasa frustasi memegang kepalanya dan menjambak rambutnya sendiri, ia merasa tak rela melihat bintang bahagia dengan orang lain tapi ia sendiri juga tak bisa berbuat apapun karena diantara mereka sudah tak ada hubungan apapun lagi bahkan ia sendiri yang telah memutuskan hubungannya dengan Bintang dan melepaskannya dengan cara yang sangat menyakitkan.

Kini pria itu berjalan mendekati laci nakasnya ia membuka laci paling atas dan mengambil sebuah benda dari dalam. Ia memandang benda itu dengan sangat dalam. Sebuah ikat rambut lusuh berwarna ungu, kenang-kenangan terakhir milik bintang yang selama ini ia anggap sebagai jimatnya. Bukan hanya jimat namun juga sebagai benda yang selalu memberinya semangat dalam kuliahnya.

Bersambung..!

avataravatar
Next chapter