11 Belanja bersama

Dua minggu lagi pernikahan antara Aditya dan Dinar akan di dj selenggarakan sementara itu di kediaman Danudirja tampak sangat sibuk menyiapkan segala sesuatunya terutama mama Ani yang begitu antusias karena akan menikahkan putranya.

"Adit kapan kamu mau belanja seserahan buat Dinar?"

"Kenapa harus aku? Mama aja deh."

"Kan yang maj menikah kamu sama Dinar."

"Tapi gak harus aku juga kan? Lagian aku sibuk Ma.. Ayah nyuruh aku mempelajari masalah perusahaan."

"Bagaimanapun kamu harus menyempatkan diri kamu untuk belanja seserahan dan ini penting. Kalau mama yang beli kan belum tentu cocok sama selera Dinar."

"Memangnya begitu ya?"

"Ya iya lah sayang. Kalau Dinar gak suka juga gak bakalan dipake sama dia. Beda dong kalau dia yang pilih sendiri sesuai sama selera dia kan udah pasti di pakai karena dia menyukainya."

"Hmm.. Trus yang perlu di beli apa aja?"

"Mama sudah buatkan daftarnya apa aja yang harus di beli tapi kau harus belanjanya berdua sama Dinar."

"Tapi kan dia di Bandung."

"Ajak dia kemari nginep di sini sehari dua hari juga gak masalah. Biar mama bisa deket sama dia. Lagian kan Dinar udah gak punya ibu jadi dia pasti seneng."

"Oke.. Oke.. Adit akan ajak dia kemari."

Aditya hanya bisa pasrah dan terpaksa menuruti semua keinginan Mamanya karena jika tidak Mama Ani akan ngomel dari A sampai Z seolah tak ada habisnya.

Aditya sudah mengantongi sebuah catatan tentang apa saja yang harus ia beli untuk dinar. Pemuda itu memandang deretan daftar itu dari atas hingga bawah yang menurutnya sangat banyak. Mulai dari alat make up, tas, sepatu, skincare, dan lain-lain. Namun ada satu daftar yang Membuat matanya terbelalak yaitu mengenai tiga Set pakaian dalam dan juga baju tidur. Aditya heran haruskan ia membeli seperti ini bersama Dinar? Perempuan itu tentu saja pasti akan merasa canggung belanja pakaian dalam bersamanya.

Pagi ini ia berangkat ke Bandung untuk menjemput Dinar. Ia juga meminta izin kepada Adinata Ayh dinar untuk mengajak Dinar menginap di kediamannya selama dua hari sesuai permintaan mamanya. Adinata hanya bisa mengijinkan karena tentu saja calon besannya punya niat baik untuk putrinya.

"Adit kenapa kita gak belanja kebutuhan seserahan nya di Bandung saja?"

"Ini semua kemauan mama. Mama ingin nanti bisa membungkus dan menghiasinya sendiri. Mama kan orangnya begitu paling suka heboh kalau masalah yang begenian."

"Hmm.. Memangnya apa saja yang harus kita beli?"

"Banyak. Mama sudah memberikan catatan untuk itu tapi sebagian aku tak mengerti karena masalah perempuan." mendengar hal itu Dinar hanya bisa manggut-mamggut.

Kini keduanya telah berada di dalam mobil menuju ke jakarta. Sepanjang perjalanan keduanya lebih banyak diam. Karena tak tau harus membahas dan membicarakan tentang apa.

Aditya yang notabene memang tipikal orang pendiam santai saja sekalipun dua jam perjalanan tak saling bicara. Namun tentu saja berbeda dengan Dinar yang pada aslinya adalah orang yang cerewet dan juga heboh. Namun ketika bersama dengan Aditya ia seolah tak bisa dan tak mampu berkata banyak hal. Karena ia merasa malu pada Aditya setelah apa yang terjadi hingga pada akhirnya Aditya bersedia menolongnya.

"Hmm Dit. Memangnya apakah mamamu dulu saat menyiapkan pernikahan untuk kak Amanda juga seheboh ini?"

"Entahlah. Saat itu aku kan masih kuliah dan aku pulang sehari sebelum pesta pernikahan jadi aku sama sekali tak tau tentang persiapan yang mama lakukan." thkas Aditya.

"Sepertinya mamamu orang yang menyenangkan."

"Menurutku malah menjengkelkan. Dia setipe dengan dirimu sebenarnya. Apa lagi jika sudah kumpul dengan Adinda. Kalian bertiga sepertinya akan cocok."

"Benarkah?"

Dinar tampak tertarik mendengar cerita Aditya mengenai mamanya dan adiknya. Sudah bertahun-tahun ia tak merasakan lagi kasih sayang seorang ibu pasca ibunya meninggal akibat penyakit yang di deritanya sekitar 8 tahun yang lalu.

"Nanti kita langsung cari kebutuhannya dulu ya. Baru pulang kerumah..?"

"Aku sih terserah kamu saja."

Bagi Aditya semakin cepat selesai semakin bagus karena ia bahkan berasa malas untuk berbelanja. Terlebih lagi Dinar juga sedang hamil dan yang ia tau wanita hamil tak boleh kelelahan.

Keduanya kini berhenti di sebuah mall yang cukup besar Aditya memutuskan untuk berbelanja di sana.

"Ini adalah daftar apa saja yang harus kita beli. Mall di sini cukup lengkap mulai dari brand terkenal juga ada. Pilihlah semuanya sesuai yang kamu mau dan sesuai dengan seleramu." Aditya menyerahkan selembar kertas pada Dinar. Deratan daftar yang telah mamanya berikan tentang apa saja yang harus di beli.

"Baiklah." Dinar menatap deretan itu dan membacanya dengan seksama. Kali ini ia tampak bersemangat untuk belanja. Tentu saja. Perempuan mana yang tak suka berbelanja.

Dinar dan Aditya masuk ke dalam mall, Aditya jiga membantu Dinar ketika naik eskalator dengan mengulurkan tangannya. Dinar mulai memasuki satu persatu gerai dan memilih apa yang ia suka.

Melihat Dinar yang sedang memilih-milih pakaian, ingatan Aditya terbang melayang teringat akan dirinya dan bintang yang juga pernah berbelanja bersama. Dinar sangat berbeda dengan Bintang. Dinar langsung memilih dan mengambil apa yang ia suka. Sedangkan Bintang dulu bahkan tak mau memilih sehingga dirinya yang terpaksa memborong semua baju untuk Bintang.

"Adit.. Adit.." Dinar memanggil-manggil Pemuda yang tampak sedang melamun itu ia butuh bantuan Adit untuk memastikan mana yang lebih bagus menurut Adit.

"Oh emm.. Ya?"

"Bagus yang kanan atau yang kiri?" Dinar menawarkan dua gaun yang sama cantiknya yanv satu berwarna coklat latte dan yang satu berwarna pink pastel. Keduanya memiliki model yang hampir mirip dengan warna yang soft.

"Terserah kamu aja suka yang mana."

"Tapi aku ingin minta pendapatmu."

"Dua-duanya bagus. Ambil semua saja." ucap Aditya dengan entengnya. Ia tak mau pusing ikut memikirkan masalah pilihan baju. Karena bahkan mungkin saja Dinar menyukai keduanya jadi lebih baik ambil semuanya.

Sedangkan Dinar justru malah cemberut. Ia merasa jika Aditya tak mau membantunya hanya untuk di mintai pendapat. Namun Dinar tau diri, Aditya melakukan semua ini karena memang terpaksa. Mungkin akan beda ceritanya jika mereka berdua adalah sepasang calon pengantin yang saling mencintai, mungkin keduanya akan menikmati moment belanja bersama seperti ini.

Setelah mendapatkan apa yang Dinar perlukan, mereka melanjutkan mencari barang lain di toko lain. Sementara Aditya dengan cekatan membantu Dinar membawakan barang belanjaannya.

"Apa kau lelah?" Djnar menggeleng.

"Jika kau lelah istirahat dulu. Atau mau kita makan dulu?" tawar Aditya.

"Tidak perlu. Aku baik-baik saja kok. Kita hanya pergi ke dmgerai itu dulu baru nanti kita istirahat."

"Baiklah.. Kau yang paling tau tubuhmu sendiri. Tapi jangan kau paksakan jika memang sudah lelah."

Entah mengapa mendengar ucapan Aditya dada Dinar jadi bergetar, ia merasa terharu dengan Aditya yang kini berubah 180 derajat menjadi pemuda yang penuh perhatian tak seperti yang ia kenal dulu.

Bersambung...!

avataravatar
Next chapter