3 Sesak

Disaat Sheril hanyut dengan semua pikirannya, tiba-tiba saja ponselnya berdering dan membuat dirinya terkejut.

"Iya Mah, Sheril ada di rumah, Dipo sudah berangkat beberapa saat lalu, ada apa Mah?" ibu mertuanya menelpon dan menanyakan keberadaannya serta putranya yang tidak lain adalah Dipo.

"Cepat kemari!!!! Ada yang ingin mamah bicarakan dengan kamu dan Dipo" Tanpa menunggu jawaban dari Sheril, sambungan telepon itu dimatikan oleh ibu mertuanya.

"Apa yang mamah maksud?? Bukankah aku sudah bilang bahwa Dipo sudah berangkat ke rumahnya tadi, apa dia tidak mendengarku?" segera Sheril bangkit dari sofa dan masuk ke kamarnya untuk bersiap mendatangi rumah mertuanya yang tidak jauh dari rumah yang ia tempati saat itu.

Setelah ia selesai bersiap dan memasuki mobilnya, Sheril berpikir akan menelpon Dipo terlebih dahulu untuk memastikan, ada apa sebenarnya yang membuat ibu mertuanya menelpon di pagi hari, tidak seperti biasanya.

Namun setelah mencoba beberapa kali, teleponnya tidak juga menerima jawaban dari Dipo, yang akhirnya membuat ia kesal sendiri dan langsung menyalakan mesin mobil. Perjalanan yang hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja untuk tiba di rumah ibu mertuanya membuat Sheril masih belum bisa menghilangkan rasa kesalnya pada Dipo yang tidak menjawab telepon darinya sepanjang perjalanan menuju rumah orang tuanya.

"Assalamualaikum Mah!!" Sheril melihat ke sekeliling rumah mertuanya, namun tidak ada tanda-tanda keberadaan orang disana, lebih tepatnya di ruang tamu, karena ia tidak mendapatkan jawaban dari salam pertamanya tadi, akhirnya sambil terus berjalan lebih dalam ke rumah yang jauh lebih besar dari rumah yang ia miliki bersama Dipo, untuk mencari keberadaan ibu mertuanya, ia kembali mengucapkan salam, "Mah, Assalamualaikum".

Tiba-tiba saja langkahnya terhenti ketika ia melihat ke arah dapur dan ada beberapa orang yang sudah biasa dia lihat di rumah itu, yaitu para asisten rumah tangga yang biasa menyiapkan makanan untuk seluruh anggota keluarga di rumah yang nan megah dan mewah itu.

"Bi Sita, ibu dimana? Kenapa aku tidak melihat semua orang di rumah ini? Lalu, ada apa ini? Tumben kalian masak banyak banget, bukankah tidak ada jadwal arisan atau pengajian hari ini?".

Tanpa mengetahui apa-apa Sheril bertanya polos kepada salah satu asisten rumah tangga yang sudah lebih lama bekerja di sana. "Nganu nyonya, Emmmmm,, emmmm,,," Sheril menangkap nada kebingungan dan kecemasan pada suara Bi Sita. "Ada apa Bi? Kenapa bibi jadi cemas begitu? Sari !!! Ibu kemana? Lalu ada acara apa ini?".

Sheril yang semakin penasaran karena melihat reaksi salah satu asisten rumah tangga di rumah itu, tidak seperti biasanya, dan kemudian bertanya pada pekerja lainnya yang tengah sangat sibuk dengan semua persiapan seperti jamuan makan besar di rumah.

"Nyonya tanya langsung ke Ibu saja, beliau ada di atas, di ruang keluarga". Tiba-tiba Sheril merasa terhenyak sejenak mendengar jawaban dari Sari, asisten rumah tangga yang jauh lebih muda darinya, terdengar seperti tengah menyembunyikan sesuatu darinya.

Sheril mengikuti rasa penasarannya berjalan menuju ruang keluarga yang berada di lantai dua rumah itu. Dia terus melihat ke sekeliling ruangan, dia melihat ada hawa yang berbeda yang ia rasakan di sana "sungguh ini tidak seperti biasanya, bahkan perasaanku ini, kenapa aku merasa sangat sesak berada disini?".

Sampai akhirnya dia berada di depan pintu menuju ruang keluarga yanng berada di salah satu sudut ruangan luas yang ada di lantai 2 rumah itu. "Mah!!!!" Sheril memasuki ruangan itu sambil memanggil ibu mertuanya, dan ya... betul saja, ibu mertua yang sedari tadi dia cari ternyata ada disana saat itu.

"Mah, aku mencarimu tadi di bawah, aku pikir mamah ada disana, tapi mah, aku melihat Si Bibi semua sedang masak di dapur, tapi banyak banget yang mereka siapkan, memang ada acara apa hari ini?".

Tanpa berpikir kemana-mana lagi, Sheril langsung bertanya tentang hal yang dari tadi membuatnya penasaran. Ibu Devi hanya memandang wajah menantunya itu, dia seperti sudah tahu bahwa Sheril pasti menanyakan perihal itu.

"Dipo sudah berangkat bersama ayah, dan sekarang saatnya Mamah memberitahu kamu sesuatu yang seharusnya telah kamu ketahui sejak lama, Mamah sendiri tidak mengerti bagaimana bisa kamu tidak juga menyadari semua hal yang telah berubah sejak lama". Ibu Devi seperti hanya menambah kebingungan Sheril, ia tidak mengerti dengan semua maksud dari kata-kata ibu mertuanya itu.

"Apa maksud dari semua yang Mamah katakan sebenarnya, dan Mas Dipo, dia bilang memang akan pergi bersama ayah ke Bandung pagi ini, lalu ada apa sebenarnya Mah, apa yang tidak aku ketahui dan tidak aku sadari selama ini?".

Sheril berjalan mendekati ibu mertuanya dan terus bertanya dengan wajah semakin menunjukan rasa penasaran yang sudah tidak bisa ia tutupi lagi.

Kemudian Ibu Devi berjalan menjauh dari Sheril dan mendekati sebuah lemari hias besar yang ada di ruangan itu dan membuka salah satu pintu kaca yang terdapat pada lemari.

Kemudian ia melemparkan sebuah map berwarna biru muda yang terikat oleh benang simpul kecil. "Bukalah!!!! Dan mamah harap kamu bisa langsung mengerti hanya dengan melihatnya satu kali".

Sheril langsung membenarkan apa yang telah ia rasakan sejak mulai memasuki rumah itu, perasaan berbeda dan sesak menganggunya sedari tadi, dan apa yang tengah ia lihat saat ini di hadapannya, membuat perasaannya menjadi lebih tidak nyaman, Sheril seperti menebak sesuatu hal yang tidak baik ada di dalam map itu.

Tanpa bertanya, Sheril langsung mendekati map yang tergeletak di atas meja itu, dengan langkah penuh dengan tanda tanya besar, Sheril tidak lagi melihat ke arah mertuanya, matanya hanya fokus pada map biru muda yang tergelatak pasrah di atas meja.

"Sheril buka mapnya mah" Sheril meminta izin kepada ibu mertuanya dan Ibu Devi langsung menganggukan kepalanya seraya membalikkan tubuhnya membelakangi Sheril yang tengah mulai membuka tali simpul yang mengikat map biru muda yang sekarang telah berada di tangan Sheril.

avataravatar
Next chapter