1 pertikaian

"Kamu dimana? Apa tidak bisa kamu pulang sekarang? aku sangat takut berada di rumah sendiri, saat ini ada pemadaman listrik, dan aku terus saja mendengar suara-suara aneh di luar rumah, aku mohon cepatlah pulang!!!!!".

Sheril, seorang ibu rumahtangga yang kesehariannya hanya menghabiskan waktu di rumah, dengan segala kesibukan yang sangat biasa-biasa saja baginya atau bagi siapapun yang melihatnya.

"Tunggu sebentar lagi, aku masih mengurus pekerjaan, apa kamu tidak bisa mengerti kesibukanku?". Sang suami selalu memiliki alasan untuk mengundur waktu kepulangannya dari aktifitasnya di luar rumah.

"Apa kamu sadar ini sudah jam berapa? Dan kamu ingin aku percaya dengan semua omong kosongmu itu? Terserah kamu! Aku tidak ingin berdebat, aku hanya ingin kamu cepat pulang".

Pertengkaran sering kali terjadi antara kedua pasangan suami istri yang telah berjalan selama lima tahun. Dalam kehidupan berumahtangga, pertikaian seperti itu sudah pasti biasa terjadi.

Namun yang dialami oleh Sheril dan suaminya yang bernama Dipo, bukan hanya pertikaian yang sesekali terjadi, melainkan, rangkaian pertikaian yang setiap hari terjadi.

"Sudahlah! Jangan seperti anak kecil!!'. Tuuuut. Sambungan telepon mati, Dipo memutuskan panggilan ditengah-tengah perdebatannya bersama Sheril.

Sheril kemudian meletakkan ponselnya di atas meja, kemudian kembali mata bulatnya berburu keheningan di seluruh ruangan rumahnya yang terbilang sangat besar, untuk ukuran dua orang yang menempati rumah mewah itu.

Rumah dua lantai dengan lampu hias besar dan berkilauan tergantung tepat di atas kepala sheril saat ini, "kenapa lampunya lama banget sih, kapan nyalanya ini?" sheril menengadahkan kepalanya dan memandangi lampu besar yang menggantung diatasnya, pantulan cahaya dari lilin yang ia nyalakan cukup membuat lampu berbahan kaca itu terlihat berkilau.

Sheril dan Dipo belum dikaruniai keturunan dari pernikahannya yang sudah di bangun selama lima tahun, sehingga rumah mewah nan megah mereka selalu terasa sepi dan hening, tanpa suara tangis dan tawa malaikat kecil yang sudah lama di idamkan oleh Sheril.

Sheril bahkan merasa tidak membutuhkan seorang asisten rumah tangga tetap untuk membantunya mengurus rumah, akan lebih tidak ada kegiatan untuknya jika pekerjaan rumah saja sudah ada yang mengerjakan. Dia merasa sanggup melakukan hal-hal ringan untuk perawatan rumahnya.

Asisten rumah tangga panggilan yang hanya akan datang tiga kali dalam seminggu untuk membersihkan hal-hal yang tidak sheril kerjakan.

Malam itu, ia tengah menunggu suaminya pulang kerja hingga pukul 01.30 WIB, dan sudah 2 jam terakhir lampu padam, ia gelisah, ia merupakan seorang wanita penakut, ia memiliki kepercayaan bahwa mahluk halus itu ada, sehingga di pikirannya selalu terbayangkan hala-hal seram.

"Apa aku tidur saja? Aaaah baiklah, lebih baik aku tidur, lagian ngapain aku nungguin Dipo dari tadi?" Sheril sudah biasa sebetulnya dengan kebiasaan suaminya yang selalu pulang malam bahkan terkadang dini hari, seperti yang terjadi malam itu.

Sheril kemudian berjalan perlahan menuju kamarnya sambil menggenggam ponselnya, dan sebuah lilin kecil yang sedari tadi menemaninya.

Tiba di dalam kamarnya, Sheril kemudian terkejut ketika lampu akhirnya kembali menyala. "Alhamdulillah,,, akhirnya nyala juga ni lampu" Sheril kemudian meniup lilin yang ia pegang dan berjalan ke kasur berukuran king dan ia tertidur di atasnya seorang diri.

Keesokan harinya, pagi, pukul 7.00 WIB, Sheril sudah kembali disibukkan dengan kegiatan hari-harinya, membersihkan rumah besarnya dan menyirami bunga-bunga yang sengaja ia tanam di halaman rumahnya.

Dipo datang pukul 3.00 pagi, dan jam 7 pagi merupakan hal yang tidak mngkin bagi dirinya sudah bangun dan duduk di kursi sambil menyantap teh dan sarapan sebelum berangkat kerja seperti suami-suami kebanyakan di lauran sana.

Dipo merupakan putra dari keluarga kaya raya, dia memiliki perusahaan diberbagai bidang, dan salah satunya perusahaan yang bergerak di bidang properti. Dan perusahaan itulah yang selalu menjadi prioritas, karena ayahnya memberikan tanggungjawab kepadanya untuk memimpin usaha keluarga mereka.

Jam kerja yang seenak dirinya membuat dia tidak memiliki kebiasaan yang baik dalam mengatur waktunya sendiri, dia termasuk pria pemalas, namun karena dia harus mengikuti perintah ayahnya, maka seperti mau tidak mau dia mengerjakan semua taggung jawab yang sudah diberikan padanya.

Karena hal itu juga yang akhirnya membuatnya selalu saja memiliki alasan untuk pulang di waktu yang ia inginkan, dengan alasan pekerjaan yang tidak bisa diselesaikan dengan cepat, sehingga ia baru bisa pulang ke rumahnya malam hari atau tidak jarang juga ia pulang di waktu dini hari.

"Waaah, apa ini?" Sheril terkejut melihat salah satu pohonnya mulai berbunga. "cantik sekali, aku akan mengambil gambar dengan ponsel, ini akan sangat indah nanti jika semua sudah berbunga" Sheril meletakkan selang air dan berjalan ke dalam rumahnya untuk mengambil ponsel di dalam kamar.

Namun tiba di kamar, ia terkejut melihat suaminya tengah selesai mandi dan sedang bersiap di depan cermin.

"Apa yang sedang terjadi disini? Apa kamu sudah bangun dan bahkan sudah selesai mandi? Apa ini tidak salah?" Sheril menyindir suaminya, yang tidak biasanya di pukul 7 pagi sudah bangun dan bersiap di depan cermin sambil merapihkan rambutnya.

"Aku harus ke Bandung, ayah menelponku tadi malam dan bilang bahwa aku harus mengantarnya ertemu dengan kliennya di Bandung". Dipo dengan wajah dingin menjelaskan alasan kenapa ia bangun pagi.

"Kamu sudah tahu akan pergi ke Bandung di pagi seperti ini, dan masih pulang ke rumah di jam 3 dini hari tadi? Apa kamu sudah gila? Apa pekerjaanmu begitu membuatmu seperti budak begini?" Sheril tidak bisa lagi menahan emosi yang dari semalam ia tahan.

Saat suaminya pulang semalam, ia hanya membukakn pintu dan langsung meninggalkannya tidur, dia tidak ingin berdebat malam tadi karena sudah telalu lelah untuk suaminya, dia membiarkan Dipo untuk beristirahat dan bersikap seperti tidak terjadi apa-apa.

Namun pagi ini, ketika dia menyaksikan betapa Dipo tidak terlihat sama sekali niatnya untuk meminta maaf atau menjelaskan kenapa semalam ia harus pulang jam 3 tanpa menggubris keinginan Sheril yang sudah memintanya untuk segera pulang, dan akan kembali berangkat di pagi hari tanpa memberitahu rencananya untuk ke Bandung, Sheril berpikir Dipo tidak akan memberitahunya jika ia tidak bertanya secara langsung tadi.

avataravatar
Next chapter