4 awal menikah

5 Tahun lalu.....

"Dipo, kamu yakin kita akan menikah setelah lulus kuliah? Apa kita tidak mencoba untuk bekerja dulu, lalu setelah itu kita bisa menikah dengan semua yang kita miliki, aku tidak percaya diri menghadapi keluargamu jika hanya dengan diriku saat ini" Sheril masih mempertimbangkan ajakan dari kekasihnya untuk menikah, yaitu Dipo.

Sheril tahu betul, latar belakang keluarga Dipo tidak bisa dianggap sepele, keluarga kaya raya dari seorang pengusaha, dan Dipo merupakan putra pertama dari keluargannya.

Ayah Dipo yang bernama Hermawan tidak mudah untuk bisa di yakinkan saat pertemuan pertamanya dengan Sheril, Sheril menyadari betapa Pak Hermawan tidak begitu senang melihat Dipo membawa dirinya sebagai gadis yang ingin dinikahi putranya.

Dan saat Dipo mengatakan ingin menikahinya setelah mereka lulus kuliah, Sheril merasa belum percaya diri untuk menghadapi keluarga Dipo untuk kedua kalinya, terlebih untuk menjadi menantu dari keluarga kaya raya itu.

"Aku tidak ingin membuang waktu, soal pekerjaan, aku akan langsung bekerja di salah satu perusahaan ayah, dan soal kamu, aku tidak ingin kamu bekerja, cukup diam di rumah, biarkan aku yang mencari nafkah untuk keluarga kecil kita nanti, kamu percaya padaku bukan?" Dipo berusaha meyakinkan Sheril, dan dengan jelas mengatakan bahwa Sheril tidak perlu bekerja setelah mereka menikah nanti.

Sheril yang merupakan seorang wanita dari keluarga kalangan menengah yang selama hidupnya dihabiskan dengan bekerja sendiri demi mencukupi kehidupannya dan juga membantu perekonomian keluarganya, mendengar ada pria yang siap bertanggugjawab atas dirinya, ia langsung terhanyut begitu saja.

Rasa lelah, bosan dengan semua pekerjaan yang selama ini dia kerjakan untuk biaya kuliah dirinya dan adiknya, juga kehidupan keluarganya, membuat ia kadang berpikir, bahwa jika suatu hari ia memiliki seorang suami, ia ingin hanya diam di rumah dan mengurus segala keperluan suami dan anak-anaknya saja, bekerja sudah di rasa cukup untuknya,dimulai dari usia 17 tahun hingga usianya sekarang 25 tahun.

Dan ketika Dipo mengatakan hal itu, Sheril seperti mendapatkan jawaban dari do'anya selama ini. "Apa kamu serius dengan apa yang kamu bicarakan? Apa tidak masalah hanya kamu yang bekerja dan aku berdiam diri saja di rumah? Apa keluargamu tidak akan keberatan dengan aku yang hanya akan menghabiskan uangmu nanti? Sebenarnya ada yang mengganjal di hatiku dari pertemuan pertama aku dengan ayahmu beberapa waktu lalu" Sheril akhirnya berkata jujur dengan perasaan khawatirnya terhadap respon keluarga Dipo terhadapnya di pertemuan pertama mereka.

"Apa yang kamu khawatirkan? Apa ada sikap ayah dan ibuku yang membuat kamu tidak nyaman? Kenapa kau tidak mengatakan itu padaku saat kita selesai melakukan pertemuan itu?" Dipo seperti tidak tahu dengan apa yang terjadi saat pertemuan itu, mungkin Dipo terlalu bahagia saat hari itu sehingga dirinya tidak menyadari dengan respon dari ayahnya terhadap Sheril.

"Aku takut itu hanya pereasaanku saja, aku tidak berani membaha itu denganmu. Karena aku pikir, orang tuamu juga akan membicarakannya denganmu setibanya di rumah kalian, apa mereka tidak membicarakan tentangku selepas pertemuan waktu itu?". Sheril berusaha mendapatkan keyakinan penuh atas apa yang akan ia putuskan.

"Sudahlah! Itu hanya perasaaanmu saja, kamu tidak perlu khawatir soal itu, mereka menyerahkan semua keputusan itu padaku, kamu hanya perlu menjadi menantu mereka yang baik dan penurut, mereka tidak membutuhkan seorang wanita karir untuk di jadikan istri putranya" Dipo memeluk Sheril dan akhirnya kehangatan itu dirasakan begitu tulus dan menyentuh hati terdalam Sheri.

"Baiklah, nanti kita bertemu dengan orang tuaku terlebih dahulu" akhirnya Sheril dan Dipo mengambil keputusan untuk setuju menikah setelah mereka berdua lulus kuliah pertengahan tahun ini.

Waktu berjalan cepat, Tuhan seperti memang memberikan jalan mudah untuk keduanya menuju rencana indah mereka untuk menikah. Kendala-kendala yang datangpun tidak begitu berpengaruh pada keputusan keduanya untuk tetap melangsungkan pernikahan itu, mulai dari biaya pernikahan yang seperti di tutupi dari keluarga Dipo, dan ketidak sesuaian janji Dipo pada keluarga Sheril tentang acara resepsi yang akan di gelar pada pernikahan keduanya dn juga keluarga Dipo yang tidak bisa hadir di acara pernikahan putra pertama mereka.

Sangat banyak kejanggalan dari proses pernikahan itu sendiri sejak awal, namun cinta Dipo dan Sheril seperti menutupi semua itu dan tidak dijadikan alasan untuk membatalkan rencana besar mereka.

Sheril hanya berusaha percaya dengan apa yang selalu Dipo coba katakan padanya. Pernikahanpun akhirnya berlangsung, tanpa satupun dari pihak keluarga inti Dipo yang hadir, hanya ada sahabat dekatnya dan satu pria tua yang Dipo perkenalkan sebagai Paman dari pihak ayahya, atau adik dari ayahnya.

Sheril bahagia karena hari pernikahannya, dia tidak mau memusingkan soal alasan kenapa ayah dan ibu Dipo tidak bisa menghadiri pernikahan putra pertama mereka, meskipun di hati kecilnya dia juga jadi bertanya-tanya dengan sikap keluarga Dipo, namun karena tidak ingin membuat orang tuanya khawatir dan tahu soal kekhawatiran Sheril yang mungkin ternyata benar adanya, jadi dia hanya tetap tersenyum saat semua acara resepsi pernikahannya berlangsung, dan semua keluarganya bahagia saat itu, hal itu sudah cukup membuatnya lupa sejenak dengan apa yang ia pikirkan tentang keluarga suaminya.

Pernikahanpun telah selesai, Dipo dan sheril telah resmi menjadi pasangan suami dan istri yang saat itu sangat berbahagia. Sheril belum sempat berpikir jauh tentang bagaimana menyikapi kedua orang tuan Dipo yang bahkan tidak ingin menghadiri pernikahan mereka berdua.

Satu minggu setelah hari pernikahan, Dipo membawa Sheril ke kota dimana orang tuanya tinggal, Sheril yang saat itu masih bahagia dengan hubungan barunya, mengikuti keinginan Dipo untuk ikut bersamanya.

Tiba di kota itu, alih-alih ia di bawa ke rumah orang tuanya, Dipo membawa Sheril ke suatu rumah yang Dipo katakan bahwa itu adalah salah satu rumah milik orang tuanya juga.

"Ini akan menjadi rumah sementara kita, semoga kamu bisa puas dengan rumah ini setidaknya untuk saat ini, nanti kita akan pindah ke rumah yang jauh lebih besar dan nyaman untuk ditinggali" Sikap Dipo yang selalu lembut pada Sheril membuat Sheril tidak pernah sanggup untuk mengeluh, dia sudah sangat bersyukur dengan apa yang sudah ia dapatkan hingga saat itu.

Waktu terus berjalan, selama itu, ketika orang tua Sheril menelponnya dan menanyakan kabarnya, Sheril selalu mengatakan bahwa dirinya bahagia dan hidup nyaman bersama dengan Dipo saat ini, Sheril tiddak ingin membuat kedua orang tuanya cemas dengan mengatakan kenyataan yang sebenarnya.

Waktu telah berjalan hampir 5 bulan lamanya, masas-masa pengantin baru telah lama berlalu, Sheril dan Dipo tengah terbaring di atas karpet di depan TV pada siang hari.

"Apa kamu yakin kalau kedua orang tuamu menyetujui pernikahan kita?" pertanyaan itu hampir setiap hari Sheril tanyaka pada Dipo, fakta bahwa sampai hari itu Sheril tidak pernah di pertemukan denga kedua orang tua Dipo setelah hari pernikahan mereka.

Perasaan Sheril telah campur aduk, kecewa, marah, kesal dan sedih menyelimuti hatinya, ia tidak menyangka Dipo akan melakukan hal itu padanya, berbohong tentang restu kedua orang tuanya, dan tentang dirinya yang akan bekerja di salah satu perusahaan ayahnya setelah mereka menikah.

Kenyataan yang terjadi setelah pernikahan itu, hingga hari ini Dipo tidak memiliki pekerjaan tetpa, ia selalu membawa uang ketika pulang pada sore hari, meskipun Sheril bertanya dari mana datangnya uang itu, Dipo selalu meminta Sheril untuk tidak mempermasalahkan soal itu, dan seperti biasa, Sheril tidak ingin berdebat panjang dengan suaminya, dan hanya menerima uang itu sebagai tanda nafkah dari suaminya, uang itu cukup untuk kebutuhan mereka sehari-hari.

"Hentikan bertanya tentng itu padaku, apa kamu tidak bosan? Aku bahkan tidak tau harus menjawab apa, kamu tidak percaya lagi dengan apa yang aku katakan, jadi lebih baik kamu tidak bertanya tentang itu lagi padaku!!" Dipo marah mendengar lagi dan lagi pertanyaan yang sama dari Sheril, di saat Dipo terlihat santai, Sheril selalu menanyakan hal yang sama padanya.

"Jika memang mereka setuju, terus kenapa mereka selalu tidak bisa bertemu denganku? Cukup dengan tidak datang di pernikahan kita, dan sekarang??? Mereka juga tidak ingin bertemu denganku? Apa kamu pikir aku wanita sebodoh itu?" Sheril seperti tidak lagi mampu menahan dirinya untuk mengatakan semua yang ada dalam hatinya selama ini.

avataravatar
Next chapter