7 Zombie menerobos masuk

Bagian belakang gedung apartement.

Fauzan menangis dengan api membara dalam hatinya.

Dia dipenuhi oleh dendam sambil menatap Fauzi yang telah perlahan-lahan dalam proses menjadi zombie.

Nasir mencondongkan shotgun itu didepan kepala Fauzi sedangkan Linda mengarahkan skopnya ke leher Fauzan agar dia tidak mengganggu Nasir untuk membunuh Fauzi.

"Aku tahu itu berat untukmu...." Kata Linda dengan ekspresi yang rumit terlukis dalam wajahnya.

Dia menatap Fauzan dan melanjutkan perkataannya.

"Tapi kau harus melakukannya.... Seperti aku membunuh ayah dan ibu dengan tanganku sendiri karena aku tidak ingin mereka menjadi zombie dan dibunuh oleh orang lain!!"

Nasir mengangguk atas perkataan Linda, dia menatap Fauzan dan mengatakan.

"Linda benar.... Fauzan! Tapi jika kau tidak melakukannya maka aku yang akan melakukannya...."

"Cepatlah! Putuskan itu..... Waktu tidak akan menunggumu!!"

Fauzan menatap kosong kepada Fauzi yang hampir selesai dalam proses menjadi zombie.

"Papa...." Ucap zombie Fauzi dengan ekspresi ketakutan.

"Aaaaarrgghh!!" Teriak Fauzan sambil mengangkat submachine gun miliknya, lalu dia menarik pelatuknya.

Fauzan tidak bisa menerima zombie mengatakan dirinya papa.

Terlebih lagi dia tidak punya pilihan atau Nasir akan membunuh zombie Fauzi.

Drreerrerrettt!

Deretan peluru pun masuk ke dalam kepala Fauzi.

Air mata memenuhi matanya dan pikiran Fauzan sangat kacau.

Dia tidak tahu apakah keputusan yang dia buat saat ini baik atau buruk.

Tapi dia tidak ingin orang lain membunuh anaknya.

Jadi dia melakukannya sendiri walau dunianya akan runtuh.

Fiana langsung memeluk Fauzan dari balakang tanpa mengatakan sepatah katapun, dia tahu kalau hanya kata-kata saja tidak akan bisa menyembuhkan luka dalam hati.

Perasaan tidak mudah disembuhkan.

Jadi Fiana memeluk Fauzan, pelukan memang tidak bisa menyembuhkan luka di hati namun bisa sedikit meredakan kesedihan yang dalam.

Terlebih lagi pelukan yang tulus dari hatinya mungkin akan tersampaikan perasaan kerinduan Fiana.

'Perasaan orang dewasa begitu rumit' Pikir Linda dalam hatinya ketika melihat Fiana memeluk Fauzan dari belakang dengan ekspresi penuh kerinduan.

Meskipun Fauzan merasakan pelukan Fiana tapi dia terlalu larut dalam kesedihan.

Nasir tidak mengucapkan sepatah katapun dan melirik mayat zombie Fauzi sebentar lalu perhatiannya berfokus kepada zombie yang mendorong-dorong jerjak besi dengan amarah.

Mereka terlalu mengerikan seperti rakyat sedang demo untuk menurunkan harga BBM.

Zombie-zombie itu terus melakukannya namun berhenti sambil melihat keatas.

Jejak senyum mengerikan muncul pada wajah zombie-zombie tersebut.

Jika diperhatikan lebih dekat ada jejak uap putih keluar dari atas kepalanya namun mereka terlihat aneh.

Nasir memperhatikan gerakan zombie tersebut dan menjadi cemberut, dia tidak tahu mengapa zombie-zombie tersebut membuat senyum mengerikan seperti itu tapi dia merasa ada sesuatu yang akan terjadi.

Elena telah datang, dia terkejut melihat segerombolan zombie dengan senyum menyeramkan menatap keatas, lalu para zombie itu bergerak kedepan dan memanjat keatas.

Zombie tersebut berbondong mereka terlihat seperti saling membantu satu sama lain untuk naik keatas.

Bambang dan Gilang datang dengan ekspresi ketakutan sambil membawa senjata api, mereka belum pernah memakai senjata berbahaya itu sebelumnya jadi wajar mereka gugup.

Sekaligus keduanya takut salah menembak dan peluru nyasar terkena diri sendiri tapi keduanya harus melakukannya dan tidak memiliki jalan untuk memilih.

Apapun yang terjadi mereka harus bertarung.

".... Gawat!! Mereka sedang menuju lantai 2 atau lantai yang lebih tinggi untuk memecahkan kaca! Dan akan masuk!!" Teriak Nasir yang telah tersadar dari keterkejutan.

Dia tidak berharap kalau zombie-zombie ini memiliki kecerdasan yang tinggi.

Mendengar perkataan Nasir, Linda langsung berlari menuju pintu lantai 2 untuk mengunci pintu tersebut.

Elena juga melakukannya, dia pergi berlari untuk memotong jalan masuk ke pintu lantai 2.

Karena zombie memiliki kecerdasan maka dia harus hati-hati melakukannya.

"Kau harus bangkit.... Jangan terlalu larut dalam kesedihan" Kata Nasir kepada Fauzan dan kemudian dia berlari ke lift untuk menghancurkannya.

Fauzan menatap keudara yang kosong sambil menangis.

Fiana masih memeluknya, lalu dia melepaskan pelukan Fiana dengan lembut.

Fauzan berbalik ke Fiana dan keduanya saling menatap.

Lalu dia memeluk Fiana.

Fiana terkejut ketika dipeluk Fauzan, perasaannya bercampur aduk sekaligus bahagia.

"Jangan pernah meninggalkanku" Bisik Fauzan ditelinga Fiana.

Tersentak kaget Fiana mengangguk dan mengatakan "Iya" dengan ekspresi bahagia.

Lalu keduanya berciuman.

Mereka sangat mesra.

Bambang dan Gilang menyaksikan keduanya dengan ekspresi bermasalah.

Keduanya sepertinya larut dengan dunia mereka sendiri.

Ciuman mereka berdua sangat lama dan terus berlanjut.

Sebelum mereka melangkah ke bagian yang lebih jauh.

Gilang yang merasa cemburu kepada Fauzan langsung terbatuk.

"Uhuk! Uhuk! Ini bukan saatnya melalukan hal itu"

Fiana langsung kaget melepaskan ciuman Fauzan, wajahnya memerah karena malu dan dia benar-benar tidak menyadari Gilang dan Bambang karena hawa kehadiran mereka terlalu rendah.

Menyeka air liur dari bibirnya dan merapikan pakaiannya, Fiana melirik Fauzan.

Fauzan tersenyum dan berdiri sambil mengulurkan tangannya kepada Fiana.

"Ayo!"

"Iya"

Fiana meraih tangan Fauzan dan mereka berdua berlari sambil bergandengan.

Gilang didalam hati mengutuk Fauzan.

'Kau baru saja kehilangan anakmu! Apakah itu hal yang harus kau lakukan?!!'

'Fiana adalah wanita idamanku!! Aku menyukai dia!! Janda cantik tersebut!!'

'Aku membenci kau Fauzan!! Aku membenci kau Fauza!!'

'Aku sangat! Sangat teramat benci!! Kau!!'

Gilang benar-benar sangat menyukai Fiana tapi dia tahu cintanya bertepuk sebelah tangan meskipun begitu Gilang tetap tidak bisa menerimanya.

Dia pasti akan melakukan apapun untuk mendapatkan Fiana walau dengan cara paksa.

Bambang tersenyum kecut dan menggelengkan kepalanya.

'Masa muda memang menyenangkan'

Dia ingin seperti itu juga tapi dia terlalu tua untuk melakukannya jika dia masih diusia 30an maka Bambang akan mencoba merayu seorang wanita tapi sayangnya dia sudah berada di 49 tahun dan telah memiliki seorang cucu.

Jadi dia tidak akan melakukan hal itu.

Melirik kearah Gilang yang terlihat sangat cemburu dan marah membuat Bambang menggelenkan kepalanya.

'Cinta itu rumit'

"Ayo kita pergi juga" Kata Bambang kepada Gilang yang masih menatap tempat kearah Fauzan dan Fiana.

Gilang menoleh ke Bambang dengan ekspresi dendam dan menganggukan kepalanya.

Lalu mereka pergi juga.

"Jangan terlalu larut dengan kesedihan"

"Aku mengerti pak tua"

Gilang dan Bambang berlari menuju ke pintu lantai 2.

Fauzan dan Fiana masih terus berjalan sambil bergandengan tangan.

Fauzan ingin melupakan kenangan tentang anaknya namun itu terlalu sulit jadi dia membalas pelukan Fiana untuk menghilangkan sedikit kesedihannya.

Fiana tahu akan hal itu dia tersenyum kepada Fauzan dan berhenti berlari, Fauzan menoleh bingung kepadanya.

Dia menaruh jaru telunjuknya untuk mengatakan 'Ssss' dan menarik Fauzan ke sebuah ruangan.

"Kamu perlu melampiaskan emosimu" Kata Fiana dengan ekspresi nakal.

Fauzan terdiam dan mengikuti alur.

Pintu ruangan itu tertutup rapat dan dikunci dari dalam.

Rangga yang memiliki pendengaran bagus terganggu dengan suara musim semi kehidupan dewasa.

"Sialan! Wanita itu terlalu imut seperti suara dalam game Eroge kesukaanku!!!" Teriak Rangga dengan ekspresi bersemangat dan ingin berjalan ke sumber suara untuk menyaksikan live action yang sedang berlangsung dengan meriah itu.

Doni memiringkan kepalanya dan meraih tangan Rangga untuk menghentikannya.

"Mau kemana kau, Rangga?!! Ayo kita pergi.... Kau tidak mendengar apa yang dikatakan Elena? Zombie-zombie itu memanjat ke lantai 2 jadi ayo persiapkan diri kita untuk menerobos jalan keluar!!"

"Tapi Doni.... Sedang ada live action yang perlu aku saksikan!!"

"Film? Dari mana kau tahu hal itu?"

"Aku mendengarnya!"

"Aku benar-benar tidak mengerti tapi apakah film live action itu bagus? Seperti film peperangan abad pertengahan?"

"Lebih bagus dari itu! Aku yakin kau akan sangat menyukainya!"

"Benarkah?"

"Iya!!! Ayo pergi!!!"

Doni menjadi penasaran dan mengikuti Rangga dari belakang.

Lestari gadis kecil yang menguping juga ikut karena ingin menyaksikan film tersebut dia merasa bosan karena tidak ada hiburan.

Jika Fauzan dan Fiana mengatahui kalau kedua pria dan seorang gadis kecil akan mengintip mereka maka keduanya akan pingsan karena sangat marah.

Tidak bisakah kalian menjaga privasi kami?

Kami membutuhkannya untuk melampiaskan emosi kami.

Fauzan untuk menghilangkan kesedihan dan keputusasaan, sedangkan Fiana membutuhkannya karena kerinduannya dan dia juga sangat menyukai Fauzan.

Ketika pertama kali melihatnya dia sudah jatuh cinta kepada Fauzan.

Itu adalah cinta pada pandangan pertama.

Lantai 5, gadung apartement.

Fahmi mengikuti Subang dengan jarak tertentu, dia melihat Subang yang kelelahan setelah berjalan menuju ke lantai 5.

Tapi entah bagaimana dia merasa gelisah, janggut hitam Fahmi bergetar menandakan mara bahaya.

"Geeh, ini akan sangat mengerikan.... aku tidak pernah merasa janggutku bergetar hebat seperti ini.... perasaanku tidak enak!!"

Fahmi merasa gelisah ketika melihat ke belakang, dia merasa sesuatu yang buruk akan terjadi.

Jadi apapun yang terjadi Fahmi tidak akan kembali kebelakang karena firasat dari janggutnya tidak pernah meleset.

'Aku harus sampai ke puncak gedung apapun yang terjadi karena entah bagaimana aku akan merasa lebih baik'

'Tapi apakah itu benar-benar baik?'

'Namun aku harus mengikuti firasatku!'

Fahmi langsung berlari menuju ke puncak gedung mendahului Subang.

Lantai 2 bagunan gedung apartement.

Zombie-zombie dengan uap putih yang tipis diatas kepala mereka telah berhasil mencapai lantai dua dengan membentuk tangga dari tumpukan zombie.

Salah satu zombie mengepalkan tangannya dan memukul kaca lantai 2.

Creak! Creak!! Creeaaaakk!!

Kaca tersebut mulai retak dan setelah 4 kali pukulan kaca langsung pecah.

Ketika kaca telah pecah, senyum mengerikan terlukis diwajah para zombie dan mereka pun berbondong-bondong masuk ke dalam gedung apartement melalui kaca yang pecah.

Zombie menerobos masuk, pertempuran tidak bisa terelakkan lagi.

Mau atau tidak, semua orang dalam gedung harus bertahan hidup atau kabur.

Tapi bagaimana mereka kabur? Semua jalan keluar telah dipenuhi oleh para zombie.

Zombie-zombie berbondong-bondong berlari menuju pintu lantai 1 tapi itu sudah ditutup dan tidak bisa diterobos jadi mereka menyerah.

Mereka pindah ke lift dan masuk ke dalamnya tapi lift sepertinya rusak para zombie terjatuh ke lift yang tidak memiliki lantai tersebut.

Beberapa zombie mencari pintu ke lantai 2 lainnya, beberapa zombie mencari cara untuk ke lantai 1 dan menemukan pintu darurat, mereka masuk dari sana.

Elena dan beberapa orang yang sedang mendorong barang-barang untuk menutup pintu darurat tekejut oleh sentakan dari pintu tersebut.

'Gawat! Mereka telah sampai ke tempat ini'

'Aku harus bersiap!!'

Menatap pintu darurat yang terhalang bangku, kursi dan lemari, sedang bergetar karena didobrak.

Elena mempersiapkan senjatanya kearah pintu darurat tersebut.

'Seharusnya aku paku saja pintu itu dengan papan seperti pintu masuk yang lain.... tapi itu akan terlalu lama untuk melakukannya'

'Aku hanya bisa memaku satu pintu masuk dan menimpa barang-barang, kuharap pintu yang lain harus kuat mereka tutup....'

Candra datang dengan tergesa-gesa dan berteriak kepada Elena, Kairina, dan Sadit.

"Cepat kabur!! Zombie telah menerobos masuk!!"

Kairina dan Sadit ketakutan, Sadit yang dibelakang Kairina gemetar sementara senjata api Kairina terjatuh karena terkejut.

Untung senjata itu tidak tertembak sendiri atau peluru nyasar tidak akan bisa diprediksi.

"Bagaimana ini bisa?!!" Seru Elena yang terkejut mendengarnya.

Dia tidak tahu bagaimana caranya zombie itu masuk.

Lalu Candra pun menjelaskan bagaimana cara zombienya masuk ke lantai 1.

avataravatar
Next chapter