10 Serangan Zombie (3)

"Mati!! Mati!! Mati!! Mati kalian semua!" Teriak Nasir dengan ekspresi putus asa, dia telah di kelilingi lebih dari dua puluh zombie, tidak lebih tepatnya segerombolan zombie.

Drret, Drererett!!

Tembakan demi tembakan terus dilancarkan oleh Nasir.

Zombie yang telah dia bunuh sangat banyak dengan senjata apinya namun para zombie terus bermunculan seperti gelombang laut yang menyapu pesisir pantai.

Merasa putus asa Nasir terus menembaki para zombie hingga akhirnya dia kehabisan peluru.

Dengan keringat bercucuran dari wajah tuanya, Nasir mencoba berlari dan menerobos kerumunan zombie melalui celah yang dia buat sebelum kehabisan peluru namun itu sia-sia karena yang dia lawan adalah zombie yang bermutasi.

"Tiidaaaaakkkk!!!"

Jeritan menyedihkan Nasir menggema ketika para zombie menarik dan mempermainkannya sampai mati.

Dengan begitu nasib Nasir telah disegel dan dia meninggal dengan tidak adil tapi apa itu keadilan? Sudah tidak ada keadilan lagi di dunia yang kacau balau ini.

Di salah satu ruangan pada lantai 1 apartement.

Braaagg!! Braaagg!! Braagg! Pintu itu di tabrak terus menerus oleh zombie yang ingin masuk ke dalam.

Tidak ada tanda-tanda kalau zombie itu akan berhenti meskipun mereka sepertinya tidak bisa membuka pintu ruangan dengan paksa.

Dengan wajah menyeramkan para zombie terlihat agak mabuk dan menikmatinya ketika mendobrak pintu tersebut.

Dalam ruangan tersebut, Kairina dan Sadit berpelukan ketika mendengar dan melihat pintu yang bergoyang.

Pintu tersebut telah terkunci dan diganjal dengan lemari serta berbagai macam kuris dan meja. Keduanya sangat ketakutan karena suara dan guncangan tersebut tidak menunjukan tanda-tanda berhenti.

"Bunda! Apa harus kita lakukan?"

"Tidak tahu!! Dan diamlah! Sadit!!!"

"Tapi... tapikan-"

"Diam!! Diam!! Diam!!"

Pikiran Kairina sangat kacau ketika memikirkan para zombie berhasil menerobos pintu itu.

Dia tahu cepat atau lambat zombie itu akhirnya akan berhasil menerobos masuk.

Lima, seluruh, lima belas, dua puluh, satu jam dan satu jam dua puluh dua menit telah berlalu.

Dreettt, dererereeett!!

Kairina menjadi sangat bahagia ketika mendengar suara tembakan.

Apakah seseorang akhirnya akan menyelamatkan mereka? Tapi mengapa aku merasa tidak begitu.

Suara tembakan itu mengarah ke pintu.

Kairina gemetar ketakutan.

Apakah mereka seseorang dari pihak lain? Aduh....

Tiba-tiba seseorang memukul kepala Kairina dan Kairina menoleh ke orang yang memukulnya.

"Bunda.... Ada suara tembakan! Kita pasti selamat!!"

"Diam!"

"Tapi-"

"Diam!!!"

Sadit dimarahi lagi oleh Kairina, dia menjadi murung dan berlari ke sudut untuk menulis lingkaran di lantai dengan jarinya.

Kepala Kairina menjadi pusing dan memikirkan bagaimana cara untuk keluar dari situasi ini terlebih lagi dia tidak bisa memastikan siapa pihak lain itu.

Baik atau buruk, dia tidak bisa memastikannya.

'Aku tidak ingin mati'

'Aku benar-benar tidak ingin mati'

'Aku tidak mau menerima ini'

'Aku harus hidup'

'Aku harus hidup, apapun yang terjadi aku harus hidup'

Kairina menoleh ke pintu dan berteriak.

"TOLONG SESEORANG!! BERHENTI MENEMBAK! ADA ORANG HIDUP DISINI!!!"

Kairina berteriak dan tembakan itu berhenti, dia merasa senang meskipun pihak lain tidak menjawabnya.

Ketika seseorang berada dalam posisi putus asa, pikiran mereka akan kosong dan berkhayal untuk mencari sebuah harapan meskipun mereka tahu harapan itu hanyalah ilusi semata.

"TUNGGU SEBENTAR AKU AKAN MEMBUKA PINTU!!!" Teriak Kairina dan memindahkan benda-benda yang ada didepan pintu.

"Bunda.... biar Adit bantu!!" Kata Sadit dan membantu Kairina dengan tenaga kecilnya.

Beberapa menit kemudian, Kairina berhasil memindahan semua benda-benda kecuali lemari yang menganjal pintu.

"SABAR!! AKU AKAN MEMINDAHKAN BENDA TERAKHIR YANG MENGHALANGI PINTU MASUKNYA!!" Teriak Kairina dengan suara putus asa, dia tidak tahu apakah orang itu masih ada atau tidaknya karena diluar begitu senyap dan tidak bersuara setidaknya Kairina ingin harapan.

Sebuah harapan meskipun kecil lagian dia merasa tidak ada zombie karena disana terlalu sepi.

Namun apa yang dia tidak tahu ketika Kairina mengatakan itu makhluk diluar itu tersenyum dengan senyum yang mengerikan.

Setelah memindahkan lemari tersebut Kairina membuka pintu dan disambut oleh mimpi buruk yang selama beberapa hari ini menghantuinya.

Mimpi buruk sebelum mereka berhasil menguasai apartement ini yaitu zombie.

Disana dia disambut oleh sekelompok zombie menyeramkan.

Kebetulan atau tidak, Kairina memperhatikan senyuman para zombie membuat dirinya kehilangan harapan sepenuhnya.

Dengan lutut gemetar dia pun terjatuh dengan pantat mendarat terlebih dahulu sambil menatap zombie dengan tatapan putus asa.

"Waaaaaaaaag!! Zombie!!" Teriak Sadit yang melihat para zombie.

Dia berlari menuju ke dalam dan bersembunyi.

'Inilah akhirnya!! Akhir dari kehidupanku'

'Aku tidak menyangka para zombie yang mudah dibersihkan oleh mereka saat merebut apartement ini menjadi sangat kuat'

'Tidak! Zombie itu memang kuat jika tidak mengapa mereka tidak bisa membawa kami keluar beberapa hari yang lalu? Dan menunggu untuk kabur atau-'

Dooorr!!!

Kairina langsung meninggal karena kepalanya ditembak oleh zombie yang bersenjata api.

Kemudian para zombie menyerbu ke dalam dan mempermainkan Sadit.

Situasi saat ini memang aneh, mengapa para zombie ini menyerbu ke dalam apartement yang hanya berisi beberapa makhluk hidup? Padahal mereka memiliki kecerdasan?

Jawabannya hanya satu.....

Karena zombie yang memimpin kawanan zombie ini sebelumnya adalah zombie dengan uap putih yang memiliki kemampuan unik memerintahkan untuk menyerang apartement ini dan membuat teror setelah kematiannya atau lebih tepatnya setelah kepalanya dipotong oleh Rangga.

Perintah itu diberikan zombie wanita dengan uap putih dengan sisa energinya.

Mengapa begitu? Dendamnya terhadap orang-orang dalam apartement ini lebih besar daripada dibunuh oleh Rangga.

Dia punya ceritanya sendiri.

Para zombie juga berevolusi karena tuan mereka zombie dengan kemampuan unik itu dengan membuat emosi mereka berubah karena kehilangan tuan dan perasaan dendam tuan mereka melalui kemampuan unik yang dimiliki tuan mereka.

Setidaknya itulah penjelasan dan jawaban yang diberikan oleh ilmuan jenius tertentu.

Di bagian lain lantai 1, tempat itu telah menjadi neraka yang mengerikan.

Jeritan-jeritan terdengar menyedihkan.

Serangan zombie begitu mengerikan, ada beberapa manusia disiksa dengan kejam oleh para zombie disana dan aura putus asa memenuhi tempat tersebut.

Manusia itu berjumlah empat orang dan mereka semua adalah laki-laki.

Kakek tua berusia 64 tahun yang sedang dicabik-cabik oleh lima zombie adalah Dadang, dia berteriak kesakitan.

Tubuh kakek tua itu penuh dengan luka dan pakaiannya compang-camping karena cabikan para zombie.

Setelah melihat kakek tua--Dadang yang sekarat para zombie pun mengakhirinya dengan cara paling mengerikan.

Semua usus perut Dadang dikeluarkan oleh cakar-cakar tajam para zombie, kakek tua yang rentan itu menghembuskan nafas terakhirnya dengan cara yang tidak adil.

Zombie yang terlihat aneh mengambil golok dan langsung memotong kepala Dadang dan bukan hanya dia saja tapi semua orang yang telah meninggal telah dipenggalnya.

Seolah dia tidak terima orang-orang itu menjadi zombie.

Tidak ada yang tahu alasannya dibalik tingkah zombie aneh tersebut.

Zombie aneh tersebut memakai pakaian SMA lusuh dan compang-camping, dia mengenakan kaca mata, tatapannya tidak seperti mayat hidup meskipun dia bau dan kotor tapi tatapan matanya menunjukan kecerdasan yang membuat dia aneh.

Zombie itu berdiri seperti manusia pada umumnya.

"Fufufufu" Tawa zombie aneh tersebut sambil melihat ketiga orang manusia yang disiksa zombie lainnya.

Ketiga manusia itu adalah Fahmi, Bambang dan Gilang.

Fahmi ini bukan Fahmi yang ada diatap gedung, ini adalah Fahmi dengan kumis tebal bukan Fahmi berjanggut hitam.

Nama keduanya adalah Fahmi tapi mereka berbeda.

"Jangan bunuh aku!!!" Teriak Gilang yang sedang diikat kakinya dan digantung, kaki di atas dan kepala dibawah.

Lalu ada zombie yang memegang cambuk dan terus mencambuknya.

Sementara itu, Bambang terus ditusuk oleh jarum seluruh tubuhnya, dia terlihat seperti manusia landak dan tidak terbayang betapa sakitnya itu ketika darah mengalir keluar dari tusukan jarum tersebut.

Teriakan Bambang terdengar menyedihkan dia tidak tahu bagaimana zombie ini bisa melakukan penyiksaan seperti ini dan dari mana mereka mendapatkan jarum-jarum ini? Bangsat.

Disisi lain Fahmi pukul oleh zombie dengan pemukul base ball.

Keadaannya telah sangat babak belur.

Para zombie akan terus menyiksa mereka hingga akhirnya semua manusia itu dengan keadaan tragis.

Ini adalah teror.

Sumber teror dari zombie yang cerdas dan gila.

Dimasa depan mereka para zombie itu akan disebut.....

avataravatar