9 Serangan Zombie (2)

Resepsionis, lantai 1.

Linda tersenyum mengerikan mengintip zombie-zombie mencari mangsa.

"Gggrrr, zombie ini terlalu mengerikan" Geram Linda.

Dia saat ini mengintip dari lemari locker di bagian resepsionis.

Linda berhasil menghalau penciuman zombie-zombie dengan menaburkan minyak wangi ke sekitar ruangan dan setiap lemari locker agar baunya tetap sama.

Mata Linda terus mengamati zombie tersebut dengan hati-hati, dia menyipitkan matanya ketika zombie-zombie tersebut berbicara melalui gerakan.

Walaupun Linda tidak tahu apa yang mereka maksud tapi dia yakin kalau para zombie tersebut bisa saling berkomunikasi diantara mereka sendiri.

"Ggyaaaaaaaqqq" Teriak zombie tersebut dan berlari ke lemari locker tempat persembunyian Linda.

Zombie-zombie itu meskipun dia agak kabur dengan bau karena wewangian tapi pendengaran mereka sangat tajam, mereka mendengar geraman Linda dan tanpa ragu akan mengincar mangsa yang bersembunyi.

Linda tidak peduli dan masih tetap tenang, dia telah mempersiapkan akan kemungkinan itu.

Dengan senyum psychopath, dia sangat sabar menunggu para zombie berhasil mengeluarkannya dari lemari locker.

Sementara itu.

Fauzan dan Fiana telah berhasil keluar, dia menatap apartement yang menjulang ke langit.

Kaca lantai 2 apartement telah pecah dan terlihat sepi.

Setelah melihat beberapa saat, Fauzan menggenggam tangan Fiana dan membawanya pergi menjauh.

Ada dua zombie yang memperhatikan dan mengejarnya.

Dor! Dorr! Dorr!!

Tapi Fauzan menembak kepala zombie-zombie itu dengan tepat sasaran menggunakan pistol, dia telah menghancurkan kepala kedua zombie tersebut dan kalian bisa melihat betapa baiknya akurasi tembakan Fauzan.

"Ayo kabur!!" Teriak Fauzan dengan Fiana yang mengikuti dari belakang, mereka masuk ke dalam mobil dan pergi meninggalkan apartement tersebut.

Dalam mobil, Fiana sangat khawatir dan berkata.

"Apakah itu baik-baik saja?"

Fauzan memberi jawaban tapi dia tidak menoleh sedikitpun.

"Tidak masalah!"

"Tapi balas dendam-"

"Aku tidak peduli! Apa yang aku pedulikan adalah tidak membuat orang yang aku sayang meninggal!!"

Air mata jatuh dari pipi Fiana, dia sangat terharu mendengarnya.

"Jangan menangis! Hanya orang lemah yang menangis!!" Ucap Fauzan, meskipun dia mengatakan hal itu dia sendiri menangis.

Keduanya menangis dalam mobil yang bergerak cepat sambil menabrak zombie-zombie.

Pada area sekitar lantai 1, disana sangat kacau, para zombie terus menerus mencari orang-orang yang hidup meskipun hanya ada sedikit orang tapi itulah yang asik menurut mereka dan rasa kompetisi membuat para zombie yang sedang berevolusi menunjukan sifat buas mereka.

Para irreguler ini adalah zombie yang bermutasi dan sangat langka jika dibandingkan dengan zombie tempat lain.

Karena mereka adalah zombie yang terjadi karena suatu kondisi, tidak ada zombie yang seperti ini ditempat lain dalam waktu dekat.

Koridor lantai 1.

"Ayo! Ayo! Ayo! Semangat!!" Gadis kecil itu Lestari menjadi pemandu sorak dengan ekspresi riang sementara dua pria yang ada di hadapannya telah mengalahkan para zombie bermutasi.

Keduanya berhasil mengalahkan empat belas zombie.

Pada awalnya mereka melawan tujuh zombie namun setelah membunuh dua, tujuh zombie datang dan membuat pertempuran menjadi kacau.

Kedua pria itu, Rangga dan Doni bertarung sambil melindungi Lestari.

Itu sangat menegangkan.

"Paman idiot dan om berotot sangat hebat!!" Ucap Lestari sambil berjalan mendekat dengan gerakan riang.

Rangga yang dibalut oleh luka dan darah memutarkan matanya untuk menatap gadis kecil bernama Lestari itu dengan ekspresi buruk.

Gadis kecil ini sangat tidak berguna bagi Rangga saat ini tapi dimasa depan mungkin berguna jadi dia harus bersabar.

Karena tidak ada yang tahu masa depan seperti apa yang menanti.

Semuanya tergantung pada takdir.

"Apakah kau terluka Doni? Kepalaku agak pusing"

"Iya, aku terluka dan kondisiku tidak baik"

"Huh? Cepat lakukan sesuatu dengan lukamu itu! Doni!!"

"Tenang, aku tidak terkena gigitan zombie tapi sepertinya kau yang terkena gigit.... Apakah kau akan berubah menjadi zombie, Rangga?"

"Apa artinya ini Doni?"

"Kau seharusnya mengerti artinya kan? Rangga!"

Doni mengarahkan senjata apinya kepada Rangga dan Lestari yang melihat situasi mereka menjadi terdiam, gadis kecil itu berlari ke sudut.

Rangga telah mengalahkan lebih banyak zombie dari pada Doni dan dia sedikit ceroboh, karena itulah Rangga terkena gigit ketika melawan zombie yang bermutasi tersebut.

"Serius Doni.... kau mengarahkan senjata kepadaku?"

"Aku yakin kau tidak ingin menjadi zombie bukan? Rangga!"

"Tentu saja aku tidak ingin dan percayalah! Aku tidak akan menjadi zombie!"

"Kita tidak tahu apa yang akan terjadi bukan, Rangga?"

Doni menyipitkan matanya dan dia tersenyum mengerikan, melihat Doni membuat Rangga tersenyum juga.

"Yakinlah, dalam 24 jam jika aku berubah jadi zombie maka silahkan membunuhku tapi jika tidak.... Kau mengerti maksudku bukan?"

"Haaa.... Aku ingin membunuhmu tahu sebelum kau berubah menjadi monster yang mengerikan!! Tapi demi persahabatan kita, aku akan menunggu 24 jam!!"

"Oke"

Suasana tegang diantara mereka agak mereda, Doni akan menunggu 24 jam dan akan selalu waspada terhadap Rangga karena dia tidak tahu apakah Rangga akan menjadi zombie atau tidaknya.

Jadi untuk sementara mereka akan bergerak seperti biasa.

"Rangga, kau mengatakan kalau kepalamu agak pusing kan?"

"Hehehe, iya tapi bisakah kau menurunkan senjatamu? Kepalaku pusing karena terbentur tahu...."

"Jadi begitu, hahahaha"

"Iya, hahahaha"

Keduanya tertawa dengan wajah menyeramkan membuat Lestari yang sedang berada disudut ketakutan melihatnya.

'Kedua orang ini sangat jahat' Pikir Lestari dalam hati, keringat dingin memenuhi dahinya.

'Tapi keduanya sangat kuat! Terlebih lagi paman idiot itu, kekuatannya lebih kuat daripada kak Linda!!'

'Aku harus membuat keduanya melindungiku dan kak Linda'

'Kalau begitu, aku akan terus bertingkah manis'

Membulatkan tekadnya, Lestari melangkah ke depan dengan ekspresi riang.

"Yaaay! Paman idiot dan om berotot menang!! Lestari bangga melihatnya" Kata gadis kecil itu dengan wajah polos tanpa dosa.

Rangga menatap Lestari dan tidak bisa berkata apa-apa, gadis kecil ini memang tidak tahu tempatnya namun ada yang aneh.

Saat mereka berdua melakukan pembicaraan yang agak berat dia berdiri disamping seolah tidak tahu apa-apa dan sekarang dia mulai bertingkah seperti biasa.

Itu aneh.

Tapi apa itu hanya perasaannya saja? Rangga tidak mau ambil pusing jadi dia mengabaikannya walaupun menyadarinya.

"Ayo kita cari kakakmu dan pergi dari tempat ini" Kata Rangga kepada Lestari.

Doni mengangguk setuju mereka perlu pergi dari tempat terkutuk ini sebelum terlambat karena terlalu banyak zombie disini.

Mereka bertiga pun bergerak mencari Linda sambil melawan zombie.

Di bagian lantai atas apartement, pria berjanggut Fahmi sedang mengamati dua zombie sedang menarik Subang ke sudut ruangan.

Teriakan menyedihkan Subang terdengar mengerikan.

'Ini adalah kesempatan' Pikir Fahmi dan bergerak menuju ke atap apartement, dia awalnya menyelamatkan Subang dari satu zombie namun dia bersembunyi karena tiba-tiba dua zombie mendatangi mereka.

'Aku harus bertahan hidup, apapun yang terjadi'

Dengan hati dingin Fahmi meninggalkan Subang yang diseret oleh dua zombie untuk menyelamatkan dirinya sendiri.

avataravatar
Next chapter