5 Bertemu orang-orang (1)

"Apakah kau yakin ini arahnya?"

"Kenapa kau terlalu banyak tanya sih?"

"Hey! Jangan panggil aku 'kau' aku ini punya nama tahu"

"Aku juga! Jangan kau panggil 'kau' juga mengerti?"

"Oke, aku mengerti Doni!"

"Bagus! Rangga"

"Hahahaha!"

"Hahahaha!"

Rangga dan Doni tertawa terbahak-bahak sambil mengendarai sepeda motor yang masing-masing mereka curi dari parkiran dekat parkiran perumahan Bunga Mawar.

Zombie-zombie disekitar bergerak sangat lambat dan lemah bagi keduanya kecuali zombie yang beruap putih mereka tidak terlalu memperdulikan zombie-zombie itu.

Rangga menyipitkan matanya ketika melihat dikejauhan ada zombie dengan uap diatas kepalanya.

"Hey! Doni, apakah kau memperhatikannya?"

"Memperhatikan apa?"

"Lihat disana diantara kerumunan zombie ada satu zombie dengan uap putih diatas kepala mereka"

Melihat kearah yang Rangga tunjuk membuat Doni merasa bingung, itu terlalu jauh untuk dijangkau matanya dan akan sulit untuk memperhatikannya.

Ketika dia ingat apa yang Rangga katakan, Doni tidak bisa tidak memikirkan zombie kembar yang menyebalkan itu.

Dia merasa sangat kesal dan marah.

"Ahh!! Zombie aneh itu lagi?" Gumam Doni dengan ekspresi jelek.

Apakah itu zombie kembar yang kemarin? Itu agak mengerikan.

Jika dipikirkan lagi, dia terlalu berbahaya untuk dibiarkan sendirian.

Tapi ini adalah kesempatannya untuk melenyapkan zombie itu.

Doni merasa yakin kalau dia dan Rangga bisa mengalahkan zombie tersebut.

Tidak! Mereka harus mengalahkannya.

"Itu adalah zombie yang berevolusi bagaimana kalau kita sebut saja dia zombie E?"

"Zombie E?"

"Iya! Zombie E! Singkatan dari zombie evolusi!!"

Rangga tanpa tahu malu menamai zombie tersebut dengan ekspresi bersemangat.

"Rangga, kenapa kau terlalu bersemangat?"

"Diam! Kita bicarakan itu nanti, yang harus kita lakukan adalah fokus untuk menyetir dan bersiap dengan segala kemungkinan"

"Maksudmu? Rangga... Apakah zombie itu sangat kuat"

"Kita semakin dekat ke tempat zombie itu dan sepertinya dia sudah siap juga, hati-hati zombie itu memiliki kecerdasan yang lebih perkiraanmu"

Doni tersadar dan melihat ke depan, dia bisa melihat zombie itu dikejauhan yang mengeluarkan uap putih.

Sepertinya zombie E itu kali ini adalah seorang wanita.

Terlebih lagi ada banyak zombie normal mengawalnya.

Zombie normal tidak perlu mereka khawatirkan karena mereka sangat lambat tapi bukan berarti zombie normal lemah.

Hanya saja zombie normal lambat.

Jika puluhan zombie normal mengelilingi Rangga dan Doni maka akan sulit untuk kabur atau lebih tepatnya hampir mustahil mereka keluar tanpa terluka.

Sekali kena gigit maka tamatlah riwayat mereka.

Seperti dalam permainan MMORPG ketika melawan musuh dengan bar HP 1% maka sekali serang akan langsung 'Game Over' dan berakhir sudah.

"Tapi itu agak berbeda...."

"Kau benar Doni, uap putih itu agak bercampur dengan merah! Dia lawan yang lebih sulit daripada yang kita kira!!"

Doni mengangguk dan Rangga bersiap dengan katananya, mereka melompat dari sepeda motor.

Kedua sepeda motor mereka menuju ke zombie E.

Crreeeets.... Baam!

Zombie E berhasil menghindari kedua sepeda motor itu dan sepeda motor jatuh dengan ledakan.

Zombie-zombie normal disekitar zombie E tidak bisa menghindari ledakan itu dan terkena ledakan.

Jumlah zombie normal berkurang dari 97 zombie normal menjadi 75 zombie normal, 22 zombie normal telah lenyap dan membuat zombie E menjadi marah.

Uap putih diatas kepalanya semakin memerah tapi masih tidak stabil.

"Bersiap Rangga!"

"Aku tahu itu Doni!!"

Keduanya bersiap untuk bertempur, Rangga menggunakan katana dan Doni menggunakan pipa besi yang telah dia modifikasi.

Ujung pipa besinya dipenuhi oleh paku berkarat, penampilan Doni juga berbeda dari sebelumnya.

Dia yang kemarin hanya menggunakan singlet dan celana jeans tapi sekarang mengenakan kaos hitam dan jaket biru.

Sedangkan Rangga tetap menggenakan kaos lengan panjang berwarna hitam dan celana jeans biru gelap.

Tapi yang berbeda dari Rangga hanyalah rambutnya.

Dia mimiliki rambut pendek yang berantakan, jika dia tidak mengatur rambutnya dengan gaya yang berantakan maka kalian bisa melihat potongan rambutnya yang tidak rata dan cobel.

Rangga tidak senang dengan gaya rambutnya tapi karena sudah seperti itu dia tidak banyak mengeluh.

"Ayo kita hancur zombie E ini terlebih dahulu!!" Kata Rangga dengan nada tegas, dia khawatir dengan zombie-zombie sekitar yang telah mulai bangkit dari akibat gelombang kejut ledakan.

Jadi dia akan menggerakan seluruh kekuatannya.

Rangga maju dengan kecapatan tercepatnya dan muncul dihadapan zombie E secara tiba-tiba.

Zombie E terkejut dan tidak bisa menghindari serangan Rangga.

Gerakan Rangga sangat cepat hanya dalam 35 detik saja dia berhasil muncul dihadapan zombie yang berjarak 5 meter.

Rangga mengayunkan katananya secara vertikal dan memotong zombie E menjadi dua bagian.

Zombie E berakhir begitu saja, darah zombie itu muncrat sangat banyak.

Rangga langsung mundur beberapa langkah dan terdiam beberapa saat, lalu menoleh kepada Doni.

"....." Rangga tidak percaya dengan apa yang telah dia lakukan dan menatap Doni yang masih terkejut.

"Barusan saja.... Ini bukan mimpikan?" Tanya Rangga kepada Doni dan Doni yang masih dalam ekspresi terkejut langsung menampar dirinya sendiri.

Dia merasa sakit jadi Doni pun menjawab pertanyaan Rangga dengan ekspresi serius.

"Ini bukan mimpi!" Jawab Doni dengan ekspresi serius dan agak merenung.

'Apakah dia monster? Orang ini lebih berbahaya daripada zombie'

'Eh?!'

Doni terkejut ketika melihat Rangga tiba-tiba terjatuh dan tidak tahu harus bagaimana.

'Apakah dia pingsan? Apakah itu efek samping kekuatannya?'

'Meskipun begitu dia terlalu berbahaya'

'Ada zombie-zombie ini sepertinya marah ketika wanita zombie E itu terbunuh'

'Rangga.... pria ini terlalu berbahaya untuk bekerja sama dengannya'

'Apa lebih baik aku tinggalkan saja dia dimakan zombie...?'

'Tidak.... Aku membutuhkan dia dan kupikir dia tidak seburuk kelihatannya'

Doni pun berlari menju ketempat Rangga dan mengambil katananya kembali kesarung, lalu mengangkat Rangga dengan tergesa-gesa.

Zombie-zombie normal itu gerakannya semakin cepat meskipun tidak ada uap dari kepala mereka.

Doni berlari sambil menggendong Rangga dipunggungnya.

Lari dan terus berlari, tanpa sadar dia telah berlari selama satu jam lebih tanpa tujuan.

Doni sangat kelelahan, kakinya gemetar dan terasa lemas.

Zombie-zombie disekitar juga agak lebih cepat daripada zombie normal.

'Jika terus begini bisa gawat!'

'Aku harus memikirkan rencana lain'

Ketika Doni sedang berpikir, suara tembakan terdengar nyaring.

Doorr!! Dor!! Dorr!!

Zombie-zombie yang mengejar Doni tumbang satu persatu.

"Woi! Cepat kemari!!" Teriak seorang pria berkulit coklat berusia 34 tahun.

Menoleh ke sumber suara dan melihat pria itu melambaikan tangannya dari suatu gang dijalan membuat Doni curiga tapi dia berhenti melakukannya.

Karena dia tidak punya pilihan lain, jadi Doni berlari ke tempat pria tersebut.

Pria bernama Fauzan itu tersenyum dan menuntun Doni yang sedang membawa Rangg ke suatu tempat.

Setelah berbelok ke beberapa gang, mereka masuk ke suatu gedung.

Pintu gedung itu memiliki jerjak besi yang melindunginya.

Disana ada seorang pria muda yang mengawasi dan membuka pintu untuk mereka berdua.

"Ojan bagaimana situasinya?" Tanya pria muda tersebut kepada Fauzan.

"Terlalu buruk untuk kabur melalui jalan belakang.... Terlalu banyak zombie.... Lebih baik kita menunggu sebentar dan kabur dari depan" Jawab Fauzan dengan ekspresi menyesal.

Dia telah memeriksanya, disetiap jalan keluar dari gang ada terlalu banyak zombie.

Tempat dia bertemu Doni adalah yang sedikit dari antara lima gang yang dia periksa tapi zombie itu sepertinya agak aneh.

"Siapa orang ini?"

"Ayo cepat masuk!! Sepertinya zombie-zombie itu mengikuti kami"

"Haah?! Kau mancing zombie-zombie itu kemari??"

Pria muda bernama Candra itu terkejut melihat segerombolan zombie-zombie yang berlari, meskipun larinya agak lambat tapi zombie-zombie itu bisa berlari.

Hal ini akan sangat mengerikan bagi pria muda itu.

"Oke, ayo masuk" Kata pria muda itu dengan ekspresi serius sambil membuka jerjak besi yang seperti jeruji tahanan itu.

Dia membiarkan Doni, Fauzan dan Rangga yang pingsan masuk.

Meskipun pria muda itu enggan tapi dia masih melakukannya. Dia mengerti sulitnya bertahan hidup dalam situasi mereka saat ini.

Ini adalah akhir era modern dan awal era apocalypse.

Pria muda bernama Candra walaupun dia cerewet sebenarnya dia adalah orang yang baik.

Doni masuk ke dalam jerjak dan masuk ke pintu. Disana dia tidak kuat lagi dan jatuh pingsan ke lantai.

Beberapa orang yang ada di dalam terkejut melihatnya.

"Oi, oi, oi! Apa-apaan ini? Kenapa kau membawa orang tak jelas masuk??" Tanya ibu-ibu dengan ekspresi marah.

Dia tidak suka orang baru, semakin banyak orang maka jatah makanan berkurang.

Tempat ini sudah memiliki 17 orang, ditambah dua orang yang tampak sekarat ini membuatnya tak senang.

Terlebih lagi diantara 17 orang mereka hanya 8 orang yang bisa bertarung termasuk wanita.

Sedangkan 9 orang lainnya adalah anak-anak, ibu-ibu dan orang tua.

9 orang itu termasuk beban tidak berguna dalam pikiran ibu-ibu bernama Subang itu.

Meskipun dia berpikir begitu, dia adalah salah satu beban tidak berguna itu.

Subang hanya ingin dirinya sendiri disana dan diperlakukan seperti ratu.

Tapi dia tahu itu hanya angan-angan yang tidak mungkin.

Kecuali dia membunuh beban lainnya.

Tapi dia takut kalau hanya ada satu beban mereka akan meninggalkannya.

Itulah yang dipikirkan Subang saat ini.

"Sudah hentikan, ayo kita selamatkan keduanya terlebih dahulu" Kata Fauzan.

Dia tidak tahan lagi melihat situasi mereka saat ini.

Keduanya sedang tak sadarkan diri, jika dibiarkan saja takut keduanya kenapa-kenapa.

"Kau benar" Jawab kakek tua yang bersender didinding kamar.

Kakek tua itu meskipun usianya sudah 76 tahun tapi kekuatan dan staminanya bagaikan monster.

Dia telah mengalahkan zombie-zombie yang dia temui.

Tapi dia tidak bisa melawan semua zombie sekaligus.

Sepuluh adalah batasnya, dia bisa melawan sepuluh zombie normal secara langsung hanya dengan tangan kosong.

Memang kakek tua yang super kuat, nama kakek tua itu Nasir.

Subang merasa sangat kesal dengan kakek tua yang bisa bertarung melawan zombie ini.

Kenapa kau tidak bisa diam? Subang benar-benar kesal.

"Awas mungkin keduanya telah terinfeksi virus zombie! Ayo kita bunuh dia sebelum jadi zombie!!" Saran Subang dan tidak mau menyerah.

Dia membenci orang tambahan.

"Kamu tidak boleh berpikir begitu" Kata ibu-ibu yang baik hati, ibu-ibu itu bernama Kairina.

Kairina tidak menyukai Subang yang selalu seperti itu.

"Apa kau tidak peduli dengan kita?! Kita harus waspada!!" Subang menjadi sangat marah.

Dia menunjuk Kairina denan ekspresi marah.

Melihat kedua ibu-ibu itu yang hendak berantam.

Wanita muda yang terlihat imut dengan penampilan sederhana menghentikan mereka.

Nama wanita imut tersebut adalah Elena.

"Perhatian ibu-ibu sekalian! Tidak boleh berantam!"

"Tapi Elena kita-"

"Kalian ayo periksa dia dan hentikan omong kosong"

Seorang pria setengah baya bernama Bambang ingin berbicara tapi Elena tidak memberinya waktu untuk berbicara.

Yang lain mengangguk setuju dengan Elena, jika mereka ingin menyelamatkan seseorang maka selamatkan saja.

Sesama manusia harus tolong menolong, semakin banyak orang maka semakin baik.

Kedua orang ini juga seorang pria dan pria berotot itu terlihat tangguh jadi dia akan menjadi sangat membantu.

Tapi jika mereka tidak baik dan jahat maka mereka akan mengusirnya dari kelompok.

Karena keduanya tidak memiliki senjata api.

Fauzan dan Candra memeriksa Rangga dan Doni dengan hati-hati.

Keduanya tidak memiliki bekas gigitan zombie ataupun cidera.

Hanya saja sepertinya keduanya sangat kelelahan.

"Orang-orang ini sangat kelelahan dan pria berotot ini memiliki kaki yang keram, ada yang puya minyak urut?"

Apa yang menyebabkan mereka kelelahan? Semua orang diruangan ini tahu siapa yang menyebabkannya.

Tidak lain dan tidak bukan adalah zombie.

Seorang kakek tua bernama Dadang menangkat tangannya.

"Aku punya minyak urut" Kata Dadang.

Dadang adalah orang yang baik hati, dia adalah ayah dari Elena.

Setelah mereka menyelamatkan Rangga dan Doni semua orang kembali dengan kegiatan mereka masing-masing sambil berjaga-jaga.

Dalam gedung ini memiliki 17 orang.

8 orang yang bisa bertarung, kedepan orang itu adalah pria 34 tahun Fauzan, pria muda kurus berkulit hitam Jaka, wanita muda yang imut Elena, pria muda Candra, kakek super kuat Nasir, pria berusia 45 tahun berjanggut hitam Fahmi, pria kurus dengan kumis tebal Fahmi dan gadis muda yang membawa skop kemana-mana Linda.

Sedangkan 9 orang yang tidak bisa bertarung sebenarnya mereka bisa tapi tidak sebaik 8 orang diatas.

Ibu-ibu dengan mulut boneng Subang, Ibu-ibu biasa Kairina, kakek tua berusia 64 tahun Dadang, anak Kairina yang berusia 13 tahun Sadit, pria setengah baya Bambang, adik perempuan Linda berusia 8 tahun Lestari, anak laki-laki Fauzan berusia 5 tahun Fauzi, ibu-ibu cantik Fiana dan pria garang dengan hati banci Gilang.

Fauzi diam menatap orang-orang yang sedang bekerja, Lestari mengamati Kakaknya Linda yang mengelus-elus skop dan dia ingin juga skop seperti kakaknya.

Linda merasa skop adalah hidupnya karena skop inilah dia bisa bertahan hidup sampai sekarang.

Sadit melihat Fahmi yang sedang tidur, dia langsung menendang kepala Fahmi.

Fahmi yang marah terbangun dari tidurnya.

"Anak kurang ajar!!"

Janggut hitam Fahmi bergetar karena marah dan dia mencekik Sadit.

"Pria tak berotak!!!"

Melihat anaknya dicekik oleh pria berjanggut hitam, Kairina membawa sapu dan memukuli Fahmi.

Subang sangat gelisah dan memikirkan bagaimana caranya dia bisa bertahan hidup lebih lama lagi.

Karena Subang tidak ingin mati.

Fauzan termenung memikirkan istrinya yang belum ada kabar.

'Dimana kau istriku tercinta'

Semua orang memiliki kegiatan mereka masing-masing meskipun mereka khawatir akan masa depan yang menantinya.

Tapi mereka harus tetap ceria.

Beberapa jam setelah Rangga dan Doni diselamatkan.

Mereka berdua perlahan membuka matanya.

"Ini dimana?" Gumam Rangga yang telah duduk sambil memegang kepalanya.

Dia masih merasa pusing.

Doni hanya terdiam dan tidak mengatakan apapun.

Dia hanya mengamati disekitar dengan ekspresi waspada.

avataravatar
Next chapter