1 BAB 1

Pelajaran sejarah memang sangat membosankan, terbukti dari seluruh murid yang ada hanya sang guru lah yang terlihat begitu antusias. Regal bahkan sudah menghitung mundur waktu jam pelajaran sejarah berakhir dan bila ditelisik dalam hitungan..satu...dua...tiga, kringgg..binggooo..

Raut wajah semua murid seketika berubah sumringah,seiring dengan kepergian Pak Petro-guru sejarah-suara riuh yang berasa dari luar pun seketika pecah. Seperti biasa, fans garis kerasnya Regal sudah berkumpul di luar bagai semut guna melihat idolanya dari jarak dekat. Tatapan lapar seolah hendak menerkam, membuat Regal bergidik ngeri. Oh Tuhan, kali ini saja bantu Regal lolos dari kandang harimau yang kelaparan.

Belum juga doanya diakhiri kalimat amin, bala bantuan datang. Tuhan mengirimkan sinyal pada Regal untuk menggunakan salah satu teman sekelasnya sebagai umpan segar. Dengan langkah pasti, Regal menghampiri seorang gadis yang tengah membereskan alat tulisnya.

"Zeolya.." Panggil Regal, dengan tersenyum lebar dia bahkan menyugarkan rambutnya ke belakang membuat pekikan murid perempuan makin histeris.

Regal menunggu reaksi Zeolya, tapi teman sekelasnya itu terlihat tidak terganggu bahkan mengacuhkan dirinya, yang benar saja? Harga diri Regal terasa tercoreng, dia dengan sengaja mengetuk-ngetuk meja Zeolya guna mengalihkan perhatiannya.

"Ehh?" Zeolya terlihat kaget, earphone yang terpasang di telinganya lantas dia copotkan.

Regal mengelus dadanya, berusaha sabar. "Pantesan aku panggil-panggil kamu gak denger."

"Ada apa emangnya?"

"Aku..aku bisa minta tolong sekali ini aja. Pura-pura jadi pacarku ya?" Regal meremas kedua tangannya, gugup menunggu jawaban Zeolya karena seingatnya teman sekelasnya yang ini tidak pernah sekali pun berinteraksi dengan dirinya, bahkan sejujurnya nih, Regal tidak pernah sadar kalau gadis di hadapannya sekarang adalah teman sekelasnya dan sungguh berdosa dia memanfaatkan interaksi mereka sekarang bukan untuk saling mengenal tapi..

"Okey."

Semudah itu Zeolya mengucapkan jawabannya. Regal spechlees, tapi di lain sisi dia cukup senang.

"Dengan satu syarat."

"Apa? Gak usah sungkan."

Zeolya tersenyum lebar. "Kamu harus jadi mentor aku, sampai kelulusan nanti. Deal?" Mengulurkan tangannya, Zeolya menatap Regal, menunggu akhir kesepakatan ini.

"Deal." Jawab Regal dengan menyambut uluran tangan Zeolya.

Kompak, keduanya lantas mulai melakoni peran sebagai sepasang kekasih. Jeritan penuh kekecewaan terdengar sejak awal keduanya meninggalkan kelas bahkan sampai di sepenjuru koridor seiring dengan makin eratnya gengaman tangan Regal dan Zeolya.

"Zeolya, makasih udah bantuin aku tadi."

"Gak masalah, selagi kamu tetap setuju sama kesepakatan kita. Aku bakal, terus bantuin kamu." Zeolya melepaskan genggaman tangan Regal, kemudian berbalik pergi.

Regal hanya menatap kepergian Zeolya dengan perasaan aneh, kenyataan bila pesonanya tidak membuat Zeolya histeris seperti perempuan kebanyakan, jujur saja membuat pikiran Regal sedikit terganggu.

******

Siapa sih yang gak kenal Regal Cegiera, siswa tampan dan pintar, kebanggan seluruh warga sekolah Ganesha. Mulai dari penjaga sekolah sampai abang-abang cilok yang biasa mangkal di belakang sekolah pun tahu betul sama sosok Regal. Selain tampan dan pintar, Regal juga mampu menempatkan dirinya dalam situasi dan lingkungan sekitar dengan sangat baik, hingga semua orang tidak segan bergaul dengannya. Bahkan Ardilova si siswa yang paling rajin silaturahmi sama guru BK dan Erwin yang notebene ketua geng motor di Jogja pun bisa berteman baik dengan Regal.

Jadi..tak heran bila berita mengenai hubungan percintaan Regal menjadi topik utama yang diperbincangkan oleh semua orang. Apalagi, saat diketahui jika Zeolya lah pasangannya. Hareudang..hareudang..hareudang..panas..panas..itu lah yang dirasakan semua fans garis keras Regal.

Mau dipikirkan dengan cara apa pun, mereka gak bisa mendapatkan jawaban mengenai alasan kuat Regal memilih Zeolya sebagai kekasihnya. Karena apa? Karena sosok Zeolya itu seperti hantu, tak kasat mata gitu. Bisa dicari kebenarannya sendiri kalo ada yang tidak percaya, hampir seluruh orang tidak pernah melihat gadis itu atau mungkin lebih tepatnya tidak ada satu orang pun yang mengenalinya jika saja Zeolya gak pakai nametag di seragamnya. Menyedihkan sekali kan, saat mengetahui seseorang yang begitu terkenal berpacaran dengan seseorang yang eksistensinya tidak pernah disadari ada. Keki sendiri deh, para fans.

"Regal..hei..jangan pura-pura budeg kamu." Panggil Ardilova, sesaat setelah Regal muncul dari arah parkiran. "Beneran kamu udah pacaran? Udah berapa lama? Bisa-bisanya main rahasia, kamu anggep aku temanmu gak sih?"

Rentetan kalimat tanya Ardilova, membuat Regal menyeret paksa temannya itu guna menyingkir dari kepadatan koridor. Setelah dirasa aman, Regal mulai menceritakan keseluruhan cerita mengenai awal mula status palsu yang disepakati dirinya dan Zeolya.

"Lemot banget."

Ardilova mengusap kasar wajahnya. "Aku bukannya lemot, masalahnya ini aku bingung mau ngomong apa."

"Itu barusan namanya kamu ngomong, kan? Ah, dasar bodoh kamu."

"Ckk..sama temen sendiri mulutnya jahat banget." Ardilova meninju pelan lengan Regal, membuat duanya terkekeh. "Terus Zeolya itu yang mana anaknya? Udah 2 tahun lebih sekolah, aku gak pernah denger namanya. Jangan-jangan hantu sekolah lagi."

"Hush..kalo ngomong dipikirin dulu."

"Pokoknya, jam istirahat kamu ajakin ke markas. Biar kenalan gitu, penasaran aku."

"Iya tuan Ardilova, puas?!" Regal mendengus kesal. Entah kenapa dia sedikit tidak rela, kalau harus memperkenalkan Zoelya dengan teman-temannya. "Udah mau masuk, aku balik duluan ke kelas."

Regal memilih untuk segera ke kelas, dia ingin bicara dengan Zeolya agar selama jam istirahat lebih baik mereka pergi ke kantin bersama. Demi memperjelas hubungan keduanya di depan semua murid, agar tidak ada lagi teman-teman perempuannya yang menatap dirinya dengan pandangan, yang Regal sendiri sulit mengartikan.

Tapi setelah dia sampai di kelas, Regal bingung sendiri. Dia tidak bisa mengingat wajah Zeolya, entah untuk alasan apa. Merasa gelisah, Regal memutuskan untuk berdiri di depan membuat semua pasang mata menatap kearahnya. Regal melancarkan aksinya, sebuah lengkungan kecil yang tercipta di bibirnya menghasilkan pekikan tak tertahankan dari murid perempuan di kelasnya, kecuali satu orang. Seketika, Regal makin tersenyum lebar dibuatnya. Dia kini sudah menemukan di mana Zeolya berada.

"Kenapa? Jangan melongo gitu, liat tuh mereka pada ngiler jadinya." Tegur Zeolya, sesaat Regal duduk di sampingnya dan menatap lekat wajah Zeolya.

"Biarin aja, aku mau rekam wajah kamu di kepala." Balas Regal, tanpa mempedulikan sekitar.

"Hah? Buat apa?"

Regal terkekeh, dia menopang dagunya dengan sebelah tangan dan kembali menatap lamat wajah Zeolya. "Udah 2 tahunan lebih aku sekolah di sini, bahkan udah hampir 1 semester kita sekelas. Kenapa aku gak pernah sadar kalo ada murid perempuan yang namanya Zeolya?"

"Ck..kalo kamu gak pernah sadar, terus kenapa kemarin kamu bisa panggil namaku?"

"Karena ini," Regal menunjuk name tag yang terpasang di seragam bajunya.

Zeolya mengerjapkan matanya, kemudian memasang earphone di telinganya. "Udah sana balik ke bangkumu lagi, bentar lagi jam pelajaran di mulai."

"Kali ini, aku gak akan lupa lagi. Nanti ke kantin bareng." Regal mengusap pelan rambut Zeolya, sebelum benar-benar pegi. Tindakan Regal barusan, tentu saja menghasilkan jeritan kekecewaan dari para perempuan di kelasnya. Tapi, Regal terlalu cuek berbeda dengan Zeolya yang sadar dengan reaksi teman-temannya itu hanya bisa menundukkan wajahnya.

[BERSAMBUNG]

avataravatar
Next chapter