1 Surat Perjanjian

Abimanyu Erlangga menghempaskan sebuah surat perjanjian diatas meja dengan kasar. Wajahnya muram dan tak sedikitpun ada keceriaan diwajahnya.

" Baca surat perjanjian ini dengan seksama." Katanya dengan nada dingin terhadap wanita yang duduk berhadapan dengannya.

Zahra mengambil surat perjanjian itu dengan tangan gemetar. Abimanyu mendengus melihat getar ditangan wanita dihadapannya. Setelah kau membacanya dengan teliti dan mengerti setiap detailnya, maka tanda tangani.

Zahra mengambil nafas berat "Tenanglah Zahra, tenangkanlah hatimu. bukankah kamu sudah siap dengan semua ini?" Zahra mencoba menyemangati hatinya.

diam-diam membaca setiap poin perjanjian yg dibuat Abimanyu secara sepihak padanya. Isinya tentu saja tentang batasan-batasan yang harus diikuti oleh Zahra.

Masing-masing pihak tidak boleh ikut campur dengan urusan pribadi keduanya. Tidak boleh mengekspos tentang pernikahan mereka kepada orang lain kecuali keluarga Abimanyu.

Zahra menatap surat perjanjian itu dengan perasaan campur aduk.

Menangis, ia. dirinya ingin menangis sekeras-kerasnya atas penindasan yg dilakukan Abimanyu padanya. Toh pernikahan ini bukanlah keinginannya tapi keinginan dari kakek Adrianus. Pria tua yg telah menjemputnya dari kota kecilnya sebulan yang lalu.

Tapi bagaimanapun inginnya Zahra meluapkan emosi dalam hatinya, dia memilih diam. Sejak awal pria yg saat ini sudah menjadi suaminya sudah salah paham padanya dan menganggap bahwa dirinya mengambil keuntungan dengan menjadi bagian dari keluarga Erlangga.

Tak puas dengan hanya menjadi cucu angkat kakek Adrianus. Tapi juga mengambil keuntungan lebih, dan ingin memperoleh status yang lebih jelas dengan menikahi Abimanyu, sebagai satu-satunya cucu lelaki dikeluarga Erlangga.

Menarik nafas perlahan masih dengan tangannya yang gemetar dan suasana hatinya yang campur aduk, Zahra mengambil pena diatas meja dan menanda tangani surat perjanjian itu diatas namanya dengan meterai.

"Sungguh terlalu, "Batin Zahra " Dia bahkan harus menandatangani surat itu diatas meterai enamribu seakan -akan Abimanyu takut jika dia ingkar janji.

"Bagus, kamu sudah membuat keputusan bijak dengan mau menandatangani ini" Ujar Abimanyu sambil mengambil surat perjanjian itu dan membubuhkan tandatangan diatas namanya juga.

"Setelah setahun, kita akan bercerai sesuai kesepakatan dalam surat ini. Dan ohya.. Jika kita memiliki anak, maka itu akan menjadi anak ibuku jika kamu nantinya menikah dengan orang lain." Abimanyu bicara panjang lebar menjelaskan dan Zahra hanya menunduk.

Masih dengan gamblangnya dia menyebut anak padahal tak ada cinta diantara mereka. Zahra bahkan tidak yakin apa dia sanggup sekamar apalagi berbagi ranjang dengan Abimanyu. lalu bagaimana bisa sampai punya anak?

"Dan juga, jangan pernah mengatakan tentang perjanjian ini pada orang yg tuaku, apalagi pada kakek."Abimanyu menatap tajam pada wanita yg menunduk didepannya" Jika sampai mereka tau kesepakatan ini, aku tidak akan segan-segan berbuat kasar padamu" Kemudian Abimanyu bangkit dari sofa dan berjalan meninggalkan Zahra sendiri.

Zahra menatap jalanan dengan kendaraannya yang berlalu lalang di depan nya. dia baru sebulan di kota ini dan belum mengetahui seluk beluknya. Jelas dia bingung kearah mana kakinya harus dibawa pergi.

tin tin

Sebuah mobil berhenti tepat disampingnya, Tono si supir yang dikenal Zahra sebagai supirnya Abimanyu keluar dan dengan segera membukakan pintu.

"Aku pikir pria dingin itu akan membuatku tersesat di kota ini"Batin Zahra sambil masuk kedalam mobil.

Tono kembali duduk dibalik kemudi. pria berperawakan besar bak bodyguard itu dengan tenang mengemudikan mobilnya membelah jalanan kota jakarta.

Sepertinya dia tau kemana arah tujuan karena dia sama sekali tidak bertanya kalau kemana Zahra akan pergi. Sesekali Tono mengintip wajah cantik Zahra yang menerawang menatap keluar melalui kaca mobil.

"Tuan begitu tidak menyukai wanita ini, tapi dia terlihat seperti wanita baik-baik"Gumam Tono dalam hatinya "Yah.. Meskipun terlihat kampungan dengan penampilannya"Tambahnya lagi tapi hanya dalam hatinya.

Setelah setengah jam perjalanan karena macet. Mobil mulai memasuki daerah puncak, beberapa pohon akasia berjejer rapi disamping kiri dan kanan jalan yang mulus itu.

Beberapa bangunan berdiri megah dibalik tembok tinggi. Sejauh ini Zahra tetap membisu, dia sibuk memikirkan harus mendapatkan pekerjaan secepatnya agar bisa keluar dari keluarga Erlangga.

Karena kakek Adrianus memintanya kepada neneknya yang waktu itu sedang sakaratul maut, dan dia berjanji untuk mengikuti kakek tua yang tiba-tiba muncul di akhir-akhir hidup neneknya, sehingga dia bisa berada di dalam keluarga ini dan terkurung disana.

Dia tidak menduga jika setibanya dijakarta, kakek Adrianus malah segera menyiapkan acara ijab qobul antara dia dan Abimanyu tanpa meminta persetujuan mereka.

"Non. kita sudah sampai"Tono sudah membuka pintu disamping Zahra tanpa dia sadari membuatnya terkejut.

Zahra turun perlahan dan dia disuguhkan dengan pemandangan yang luar biasa didepannya. sebuah bangunan megah. lebih megah dari bangunan-bangunan yang dilewatinya barusan, terpampang dihadapannya.

"Nona Zahra, silahkan masuk"Ajak Tono membuyarkan lamunan Zahra.

"Rumah siapa ini?"Tanya Zahra dengan perasaan ragu. Tono sedikit terkejut dengan pertanyaan Zahra.

"Ini adalah rumah yang dibeli Tuan Abi sebagai hadiah pernikahan untuk Nona"Zahra menatap kaget. Rumah hadiah pernikahan untuknya? pria sombong itu membeli rumah untuknya?

Tidak.. Zahra tak boleh merasa senang, jika insiden direstoran pagi tadi tidak pernah terjadi, mungkin imajinasinya akan sampai pada anggapan kalau Abimanyu menyukainya. Tapi sikap pria itu sangat jelas beberapa jam yang lalu.

Bisa jadi Abimanyu sengaja membeli rumah yang jauh dari mansion agar kakek dan ibunya tidak tau kalau mereka hanya menjalani hubungan pernikahan pura-pura.

Setelah seminggu pernikahan mereka dengan tak memiliki percakapan selain pada saat pembacaan ijab dan qabul saja, pagi tadi adalah awal Abimanyu mau mengobrol dengannya, itupun karena harus membicarakan kesepakan yang sepihak itu.

Saat melafazkan ijab dan qobul, Abimanyu segera ke Singapur untuk menyelesaikan persoalan perusahaan cabang yang terjadi disana. Mereka putus komunikasi sejak saat itu.

"Nona... Tuan Abi sudah menunggu di kamar lantai dua"Ucapan Tono lebih mengejutkan Zahra yang baru memasuki pintu dan terpana dengan pemandangan ruangan yang begitu luas.

"Abimanyu ada di rumah?"Tanyanya terkejut.

"Iyaa.. Beliau memerintahkan saya untuk mengantar Nona langsung kekamar"Zahra mendesah berat. Pria itu tidak menyukainya, tapi tetap saja menunggunya dikamar, apa maksudnya ini?.

Tono mengantar Zahra sampai ke depan pintu kamar, dan dia segera bergegas pergi. ruangan besar itu berubah menjadi sangat sunyi.

tok tok tok

Zahra mengetuk pintu sebanyak tiga kali, menunggu selama beberapa saat dan tak ada respon dari dalam. dia mengetuk sekali lagi, dan tetap tak ada sahutan.

'Apakah dia tidur?' Zahra membatin dalam hatinya. Dia berfikir sejenak. menoleh ke kiri dan ke kanan, mungkin sebaiknya dia duduk saja di sofa dan menunggu Abimanyu bangun. Dia tidak ingin mengganggu singa yang sedang tidur.

ceklek

Pintu kamar sudah dibuka, tepat Zahra juga sudah berbalik hendak pergi.

"Mengapa tidak segera masuk saja?"Tanya Abimanyu dengan suaranya yang ketus. Sepertinya dia baru selesai mandi. Tubuhnya hanya terbungkus handuk dibagian pusar kebawah menampilkan dada bidangnya dan perut rata yang berotot.

Zahra menahan nafasnya melihat pemandangan yang cukup erotis dihadapannya. seumur-umur, baru kali ini dia melihat pria setengah telanjang dalam jarak yang sangat dekat dengannya.

"Ada apa?"Tanya Abimanyu melihat Zahra yang memerah

"Nggak ada.. "Sela Zahra sambil bergegas masuk, melewati pria yang seminggu lalu telah resmi menjadi suaminya. Dia bahkan sempat menahan nafas saat mencium aroma maskulin dari pria itu.

avataravatar