1 Masa Kecil Darren dan Kevin

Darren adalah anak dari pebisnis tenar Hardi Wijaya, namun saat bisnisnya goyah di kala Darren berusia 4 tahun. Istrinya kabur meninggalkan Darren yang terpaksa harus dijaga oleh Kakek dan Nenek Wijaya.

Sampai usianya 6 tahun bisnis ayahnya perlahan membaik karena bantuan dari Keluarga Candra.

Demi membalas kebaikan Keluarga Candra, ayah Darren meminang putri sulung mereka yang bernama Melin Candra.

Kehadiran Mami Melin adalah malaikat dalam hidup Darren.

Setelah mereka menikah, hal pertama yang Mami Melin minta adalah menjemput Darren dari rumah kakek dan nenek di Solo.

Dan di situ dia mengenal Kevin Candra.

Adik kandung dari Mami Melin.

Kevin berusia 6 tahun lebih tua dari Darren.

"Panggil Paman Kecil." Kata Papa Hardy.

"Stop... Jangan ya.. aku masih Kakak! Belom jadi Paman!" Hardik Kevin.

Wajah Kevin tinggi ramping, untuk anak umur 12 tahun suaranya nyaring dan wajahnya terbilang cantik.

Darren yang masi 6 tahun dengan mata minimalisnya bertanya singkat : "Kakak ini cewe apa cowo?"

Pertanyaannya lantas membuat tawa Papa Hardi dan Mami Melin meledak.

Hanya Kevin yang tampak cemberut kesal.

Melin tahu akan susah bagi Darren untuk beradaptasi dengan keluarga yang masih asing.

Jadi dia memutuskan untuk membawa adik bungsunya Kevin untuk tinggal bersama mereka.

Kevin Candra bisa dibilang keajaiban bagi Keluarga Candra.

Keluarga Candra hanya memiliki dua putri sampai ibunya mengandung Kevin di usia 50 tahun.

Jadi jarak usia Kevin dan Melin malah 18 tahun!

Karena kondisi bisnis Papa Hardi yang masih belum stabil, kedua orang tuanya sangat sibuk.

"Kevin, sekarang kamu adalah seorang Paman. Tugas kamu menjaga Darren dengan baik! Kak Melin dan Kak Hardi masih banyak pekerjaan, kasihan Darren kecil-kecil sudah gak punya mama dan jarang ketemu papanya. Tolong kamu temani dia yah dek!" Pinta Kak Melin di suatu sore.

Sejak saat itu, pesan Kak Melin seperti Mantra bagi Kevin.

Mereka seperti bayangan yang tak terpisahkan!

Meski Melin menyiapkan kamar terpisah untuk mereka, tetapi Darren yang penakut selalu ingin tidur berdesakan dengan Kevin.

Kevin sendiri sebagai bocah malah merasa bangga karena Darren sangat mengandalkannya.

Dan hal itu terus berlanjut hingga keduanya beranjak dewasa.

Saat Kevin berusia 16 tahun dia sempat ribut besar dengan keluarganya lalu kabur dari rumah.

Mami Melin bilang kalau itu hanya tindakan impulsif anak ABG labil. Tetapi Darren tahu itu tidak benar.

Sayangnya dia masih terlalu kecil untuk mengerti apa yang terjadi.

3 Tahun kemudian Kakek dan Nenek Candra meninggal karena kecelakaan.

Kevin dijemput paksa oleh Mami Melin agar dapat berjumpa dengan orang tua mereka untuk yang terakhir kalinya.

Sejak kepulangan Kevin, dia seperti berubah menjadi orang yang berbeda!

Ada emosi dan kelemahan di matanya.

Entah apa yang dia hadapi di luar sana, tetapi Darren hanya memeluknya saat mereka bertemu kembali.

Bukan pelukan kangen, pelukan itu lebih untuk menenangkannya.

Saat itu Kevin berusia 19 tahun dan Darren berusia 13 tahun. Kepahitan di mata Kevin membuat Darren merasa hanya pelukan yang dapat mendekatkan mereka.

Sama seperti malam-malam ketika Darren ketakutan di rumah yang baru dan asing, Kevin selalu memberi pelukan agar Darren membuka hatinya untuk dia.

Sepertinya posisi mereka sudah terbalik sekarang!

Anak kecil penakut telah tumbuh menjadi anak riang yang hangat.

Sementara remaja hangat itu berubah menjadi pria penakut.

Seminggu setelah kepulangan Kevin dan pemakaman Kakek dan Nenek Candra, Hardi sebagai kepala keluarga Candra yang baru mengajak Kevin bicara berdua saja : "Kevin, 19 tahun bukan usia muda. Selama 3 tahun kamu kabur, kakakmu selalu khawatir dan kalut. Dendam dan masalah di antara kalian, lupakan sajalah! Mulai lembaran baru. Kini meski Keluarga Wijaya dan Keluarga Candra seolah bersatu, tetapi pewaris sah dari Keluarga Candra adalah Kakakmu Melin. Bukan aku."

Hardi menghela napas panjang lalu melanjutkan ucapannya : "Karena sudah pulang, pikirkan apa rencanamu selanjutnya. Kakakmu membutuhkan kehadiranmu Vin."

Kevin tidak menjawab dan hanya terisak mendengar ucapan Kakak Iparnya. Dia tahu beban Melin tidak mudah dan dia tidak ingin menambah bebannya.

Hal yang sama dipikirkan juga oleh Darren. Mama Melin telah terlalu baik untuknya. Bahkan papa dan mamanya berjanji untuk tidak memiliki anak sendiri. Mereka hanya akan fokus untuk mencurahkan cinta mereka pada Darren.

Tetapi setelah menyaksikan kematian Kakek dan Nenek Candra, membuat Darren sadar akan rapuhnya nyawa manusia.

Bocah yang baru berusia 13 tahun, memutuskan untuk menjadi dewasa dalam semalam.

"Maaam... mami beberapa hari ini gak istirahat dengan baik. Liat kantung mata mami, bengkak sepeti apa itu!" Ucap Darren manja.

Sejak kecil dia memang sudah terbiasa di manjakan oleh Mami Melin, bahkan saat pertama bertemu Mami Melin langsung memeluk dan menciumnya.

Darren tak akan lupa wajah bahagia Mami Melin saat itu "Anak ini sangat berjodoh denganku! Hardy, sejak hari ini tujuanku menikah denganmu sudah berubah ya! Aku mau jadi Maminya Darren makanya aku baru mau menikahimu!"

Kata-kata itu selalu diingat oleh Darren sampai sekarang.

"Oh...babynya Mami... Karena acara pemakaman dan kembalinya Kevin bikin Mami lelah banget! Untung ada Darren, kamu satu-satunya sweet heart Mami yang bisa nemenin Mami." Mami Melin memeluk Darren sambil tersenyum lelah.

"Mam.. Darren sekarang udah 13 tahun, bentar lagi 14. Jadi Mami abis ini pergi liburan sama Papa ya.. Berdua aja! Istirahat semaksimal mungkin. Dan kalau bisa.. sekalian buatin adek buat Darren." Kata Darren sambil memeluk balik Maminya.

"Apa Darren bilang?!" Mami Melin gak percaya dengan apa yang didengarnya. Dulu dia pernah bilang kalau gak mau punya anak selain Darren. Kecuali Darren yang minta, Melin tidak akan pernah mau punya anak lain.

"Mam.. katanya obat mujarab dari kehilangan adalah mendapatkan sesuatu yang baru." Jawab Darren tegas.

Melin selalu tahu jika Darren memiliki jiwa yang jauh lebih dewasa dibanding usianya.

Sejak pertama mereka bertemu, sejak melihat mata yang memancarkan rasa tidak aman.

Sejak saat itu Melin tahu tugasnya adalah menyelamatkan anak itu. Dia ingin anak itu memiliki mata riang layaknya anak kecil pada umumnya.

Melin ingin Darren tidak perlu pengertian dan dewasa, dia ingin Darren egois dan seenaknya seperti anak kecil pada umumnya.

Beberapa tahun ini, Melin pikir dia berhasil mengembalikan kepolosan anak-anak pada diri Darren.

Sampai malam itu dia sadar, Darren terlalu dewasa dan pengertian.

Sifat itu tidak akan berubah, lalu Melin hanya menangis sambil memeluk Darren.

"Darren, makasih ya sayang... Kamu memang tahu cara menghibur mami."

"Aku masih tahu gimana bikin Mami bisa tidur lebih tenang lagi malam ini. Mam... soal Kevin biar Darren yang ngomong sama dia. Dijamin dalam 1 minggu ke depan Kevin akan balik jadi adek penurut mami lagi!" Kata Darren dengan penuh keyakinan.

Melin tahu betul dengan sifat Darren, meski baru berusia 13 tahun dia bukan tipe pembual. Jika Darren sudah bicara seperti itu, tandanya dia sudah punya cara "menjinakkan" Kevin.

Kemudian Melin hanya mengangguk lemah sambil menebak-nebak apa yang akan dilakukan Darren.

avataravatar
Next chapter