webnovel

Kenapa Mereka Bahagia Tapi Aku Tidak ?

Semakin dewasa seseorang, dunia didalam hidupnya pun akan semakin kejam. banyak hal yang akhirnya tidak berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan, belum lagi jika harus melalui drama kehilangan yang dicinta.

hari itu aku penat dengan segala urusan kehidupan ini. pekerjaan di kantor tidak berjalan dengan yang aku dambakan. masuk perusahaan besar dengan gaji yang besar ku pikir itulah suksesnya hidup, bahagianya hidup nyatanya punya atasan yang beda frekuensi denganku akan membuat seluruh ekspektasiku buyar. bagimana tidak beda frekuensi, dia menginginkan kesempurnaan sedangkan aku manusia penuh tidak kesempurnaan.

pagi itu kuambil ranselku, keluar dari kamar kos ku. tujuan ku hanya satu "jogja". entah apa yang membuatku ingin kesana, aku merasa akan menemukan obat dari semua kesakitanku. ku tinggalkan jakarta ibukota dengan segala kepelikannya, berharap menemukan aspirin di kota yang orang lain kenal dengan kota istimewa itu.

aku duduk termenung sendiri di bangku malioboro jogja ditengah hiruk pikuk keramaian sore itu sesaat setelah keretaku sampai di jogja. berjalan beberapa meter dari stasiun tugu tempat pertama kakiku berpijak di kota ini. banyak orang berlalu lalang melewatiku, mereka mulai menatapku aneh, mungkin dalam hati mereka bertanya kenapa ditengah kota yang indah dan ramai ini aku duduk sendirian termenung dengan pandangan kosong yang seolah olah dunia ini akan runtuh. tentu langsung ku jawab dengan lantang didalam hatiku "lalu aku harus apa? teman ku yang dulu lengket bak perangko kemana-mana kini mulai menemukan kebahagiaannya, dia sibuk menata puzle kebahagiaan sedangkan aku masih saja sibuk menata puzle ketidak beruntunganku, chat terakhir ajakan ku berlibur dibalas dengan "maaf aku sibuk" seketika setan dalam diriku ini berbisik ahh dia lupa mungkin sekarang denganku?

kekasihku orang yang aku cintai yang seharusnya saat ini menggenggam tanganku layaknya remaja yang sedang kasmaran mungkin saja saat ini dia sedang duduk mesra menikmati indahnya senja dengan kekasih barunya" mataku mulai berkaca-kaca kenapa aku sesial itu, karir ku yang seharusnya bagus rusak begitu saja hanya karena 1 laporan yang ku buat keliru. ahh aku mulai membenci bagaimana melihat orang lain tertawa bahagia melewatiku, mereka seolah tanpa beban dalam hidup ini. mengejekku yang sedang kesakitan ini

bulir air mata itu hampir jatuh jika saja aku bisa memutus urat maluku. tidak lucu bukan jika orang-orang itu melihatku menangis ditengah ramainya kota ini. mungkin dari mereka yang tadinya menatapku aneh akan menjadi menatapku penuh iba dan ya aku tidak mau itu terjadi. hakikatnya manusia itu makhluk dengan segala gengsinya, sekalipun menderita mereka paling tidak mau dikasihani.

lalu pikiranku kembali pada pertanyaan "jika aku ini tidak ingin dikasihani kenapa aku mengharapkan orang lain mengerti aku? bukankah itu sama dengan aku yang mengemis dikasihani?"

aku mulai menarik garis lurus kebelakang tentang rangkaian-rangkaian ketidakberuntunganku

pekerjaan kantor yang berantakan

bagaimana tidak berantakan aku galau karena tau kekasihku mimiliki wanita lain dalam hidupnya, banyak note-note yang tidak aku catat dengan baik. laporan yang seharusnya ku kirim A tapi entah mantra apa dia berubah jadi B, bos marah jelas, bukan kita beda frekuensi nyatanya memang aku yang keluar dari jalur seharusnya.

lalu aku mulai menyalahkan si dia yang dengan berengseknya lari dengan wanita lain. dia yang aku agung-agungkan menjadi cinta terakhir justru pergi dengan yang lain tapi tunggu dulu bukankah selama ini aku sibuk, aku bahkan membalas pesan chat darinya beberapa jam berlalu. aku tidak ada saat dia butuh teman bercerita dan sialnya wanita itu mengisi kekosongan itu. dia juga manusia dia juga ingin dimengerti dan kebencianku membuatku lupa itu semua.

lalu semua ini salah siapa kenapa aku tidak bahagia, aku menatap langit tapi kemudian aku menggeleng "tidak, bukan salah tuhan" dia memberiku nafas sampai detik ini harusnya itu cukup untuk menjadi modal bersyukurku, dia memberiku pekerjaan ditengah banyaknya orang menganggur, dia memberiku cinta ditengah banyaknya orang yang tidak lagi percaya pada cinta. aku lihat lagi senyum orang-orang yang melewatiku, bukankah setiap manusia terlahir dengan problematikanya masing-masing. aku mulai tersadar mereka bukannya tidak bermasalah tapi mereka hanya berusaha untuk menikmati kehidupan ini, seyum itu mungkin upaya menghapus luka, entah palsu atau nyata setidaknya dengan terseyum tuhan mengajarkan kita arti bersyukur. pada dasarnya bersyukur menjadi satu-satunya cara untuk menghapus rasa ketidakadilan. mungkin itu sulit tapi aku mulai dari hal yang paling sederhana "aku hari ini duduk di kota istimewa ini dengan masih bernafas dengan baik" banyangkan saja jika aku masuk rumah sakit hanya karena kesulitan bernafas berapa banyak uang yang harus ku keluarkan untuk membeli tabung oksigen.

pada akhirnya aku menyadari bahwa adil tidaknya kehidupan ini tergantung dari bagaimana aku melihatnya. jika semua kenikmatan itu aku syukuri mungkin saja semua beban itu hanya kerikil kecil dalam hidupku.