webnovel

Tanda di Leher

Tin!!!

"Astaga!"

Suara tersebut berasal dari seseorang yang hampir tertabrak.

Sementara itu Redis pun langsung mengumpat.

Mau cari mati!?

Astaga jangan melaluinya. Tinggal terjun dari ketinggian atau minum racun kan selesai. Dasar tukang cari perhatian.

Tindakan klise.

"Sialan."

Sebuah tabrakan hampir terjadi jika saja Redis tak mahir mengendarai mobil. Ada tak tik tersendiri untuk ini, hanya saja maaf tidak bisa dijelaskan secara mendetail.

Dengan perasaan kesal Redis pun turun dari mobilnya. Orang yang hampir membuat kesialan menimpa harinya yang berharga harus bertanggung jawab.

Sesuatu seperti hukuman adalah sesuatu hal yang sangat menyenangkan.

Terlebih lagi saat Redis melihat bahwa seseorang itu adalah seorang perempuan. Sebuah seringaian pun segera muncul pada sudut bibirnya.

But, dari jarak sedekat itu, Redis merasa ada yang aneh. Sepertinya perempuan itu pernah ia lihat sebelumnya.

Mengenai one night stand tak sengaja semalam adalah pertama kali bagi Redis.

The First One Night Stand.

Namun hati yang tak berperasaan benar-benar tak bisa dikendalikan.

Bahkan baik itu pada perempuan sekalipun.

Balas tetap membalas. Sebuah keharusan.

"Hey perempuan gila, apa kamu sudah bosan hidup. Kalau bosan, jangan sok cari perhatianku. Dasar perempuan ular!?"

"Ya, jaga mulutmu. Anda yang tidak punya mata Tuan. Jelas-jelas lampunya berwarna merah tapi masih mau menerobos. Dasar gila!"

Sekuat suara Redis bicara, suara perempuan tersebut pun tak kalah nyaring. Alhasil keduanya menjadi pusat perhatian pengguna jalan lain.

"Dasar buta, lihat, lampunya hijau bukan merah. Kamu buta warna!?" sunggut Redis tak mau kalah.

Tin!!!

Mobil-mobil di belakang sudah tak sabar untuk segera melanjutkan perjalanan. Alhasil dengan mengepalkan tangan kuat Redis pun memutar tubuh kemudian segera pergi dari tempat tersebut.

Meninggalkan perempuan yang mungkin sedang 'baik' nasibnya. Sebab bisa lepas dari rencana jahat seorang Redis Sanjaya.

Orang itu tak pandang bulu memberi hukuman baik itu perempuan ataupun laki-laki.

"Tuan, tolong saya. Maaf atas perkataan saya tadi, tapi tolong bantulah saya pulang. Saya tidak membawa apapun, untuk itu malah jalan kaki seperti ini."

Satu hal yang pasti, sayangnya hidup tak seperti dalam drama-drama Korea yang sekali memohon tolong akan dibantu. Walau semua bergantung pada si penolong juga sih, apakah orang baik atau bukan.

"Tidak," ujar Redis singkat.

"Tolonglah Tuan," kata perempuan tersebut yang langsung memegang tangan Redis.

Agresif setelah marah...?

"Dasar gila!"

Tin!!!

"Hey kalian, kami punya pekerjaan yang harus dikerjakan bukan melihat drama di pagi hari. Cepat menyingkir dari tempat ini!"

Redis langsung mendengus saat mendengar seseorang membentak padanya. Tapi ya sudahlah, ia pun memang ingin pergi dari tempat ini.

Redis juga seorang yang super sibuk, bukan hanya orang itu saja.

"Tuan aku mohon, hidupku benar-benar hancur. Lalu sekarang setelah aku sampai rumah, aku janji kita akan ada hubungan apapun. Rumahku masih jauh maka dari itu dengan terpaksa harus meminta bantuan pada..."

"Eh?" ujar seorang perempuan yang bernama Rein tersebut.

Benar, seseorang yang hampir ditabrak oleh Redis adalah Rein, gadis polos dan malang yang sudah orang tersebut tiduri sendiri.

Apakah itu sebuah takdir atau hanya kebetulan?

Mari tetap ikuti kisah ini.

Sebenarnya Rein merasa aneh. Bagaimana bisa ia memakai kata 'saya dan aku' secara bergantian. Lantas yang lebih buruk lagi adalah, bagaimana bisa ia malah meminta bantuan pada orang asing yang marah-marah padanya setelah hampir menabrak!?

Hanya orang gila yang akan melakukan hal tersebut!

Sementara itu Redis yang tadinya ingin memberikan sebuah 'hukuman' pun kembali memikirkan sesuatu.

Perempuan aneh tersebut yang menyerahkan diri duluan, maka Redis akan membalas dengan hal tak terduga.

"Tu-tuan... kok malah kearah sini. Rumah saya itu menuju kearah selatan," cicit Rein pelan yang dengan mudahnya malah berakhir dalam mobil orang asing yang tidak ia kenal.

Bodoh adalah kata yang sesuai untuk perempuan tersebut. Akan tetapi, ia sudah sangat frustasi hingga mengambil pilihan tersebut.

"Betapa bodohnya aku, tapi aku hanya ingin minta bantuan. Tidak ada orang yang tulus dalam dunia ini, atau belas kasihan?" gumam perempuan tersebut dalam hati.

"Tuan!"

"Diam!"

"Bagaimana aku bisa diam saat aku dalam bahaya. Anda akan membawaku ke mana? Padahal kan aku hanya meminta tolong, kalau tidak mau tadi ya sudah jangan menarik tanganku."

Kesabaran Redis sudah habis sekarang. Siapa tadi yang dengan beraninya memegang tangan pemuda itu lalu pakai acara mohon-mohon segala?

Kalau saja bukan karena ingin memberikan hukuman ditambah orang-orang yang sudah tak sabar, maka Redis akan dengan senang hati meninggalkan perempuan aneh yang berpenampilan sejenis.

Berantakan. Penampilan orang itu sangat berantakan hingga terlihat seperti orang habis kabur dari rumah sakit jiwa. Mulai dari rambut, baju bahan selop sudah tidak dipakai lagi. Selain itu kaki telanjang alias kaki ayam pula.

Penampilan yang sebenarnya err..., seksi...?

Lalu orang itu terlihat seperti anak ayam yang tidak tahu apa-apa. Seperti orang mengenaskan. Seseorang yang kehilangan arah.

"Hey Tuan, jangan membentakku."

Ciit!

Mudah. Sekali gerakan Redis membanting stir ke kiri. Menepikan mobil secara mendadak. Alhasil tindakan tak terduga tersebut membuat Rein mempertahankan diri agar tak terjatuh atau terbentur mobil.

Seketika itu juga tubuh perempuan tersebut pun langsung panas dingin seperti orang yang terkena demam mendadak. Lebih jauh, jantung Rein juga berdetak kuat.

Habis lari maraton.

Ingin marah, tapi sudah tak bisa. Yang jelas ia tak bisa malakaukan apapun, bahkan untuk sekedar memberi 'nasihat' hidup.

Semuanya terlalu tiba-tiba.

Lalu perempuan itu seketika membeku saat tubuhnya terasa ditarik. Lantas kejadian yang terjadi selanjutnya adalah, sebuah benda lembut menyentuh permukaan bibirnya.

Rein sama sekali tak bisa melakukan apapun, bahkan saat benda lembut tersebut memanggut pelan dan kuat bibirnya.

Memberikan tempo berbeda di setiap pergerakan.

Tidak, itu salah, seketika itu juga bayangan yang terjadi padanya semalam pun kembali terlintas. Bukan hanya terlintas akan tetapi menguasai.

Dengan kesadaran dan sisa tenaga, Rein pun berusaha untuk melepaskan diri dari kunkungan orang gila yang tiba-tiba menciumnya.

Namun yang terjadi saat itu adalah sang lelaki yang tak lain dan tak bukan Redis malah menahan pinggang sempit Rein. Sementara itu tangan yang satunya lagi menahan tengkuk perempuan tersebut.

Menyadari ia yang sama sekali tak bisa melakukan apapun, Rein pun hanya bisa menangis. Ah tapi tidak, walau begitu perempuan itu juga punya otak pintar dan sedikit keahlian beladiri.

Jadi harus pakai taktik tersendiri.

Bugh!

Redis pun terdorong ke belakang sementara Rein mengusap bibir kasar. Tak lama setelah itu perempuan itu pun berusaha untuk membuka pintu mobil.

"Dasar gila, cepat buka pintu mobilnya!"

Redis tersenyum meremehkan saat menyadari ia baru saja di pukul oleh seorang perempuan asing yang bahkan tak pernah ia lihat sebelumnya.

Namun apa yang terjadi sekarang?

Tanpa berpikir panjang ia pun langsung mencium bibir gadis gila itu?

Sungguh sangat tak masuk akal. Itu pasti karena efek kegiatan panas semalam yang ia lakukan. Terlebih lagi wajah orang yang sedang bersama saatnya itu juga terlihat tak asing.

Redis memang mabuk, tapi ia melihat sekilas wajah perempuan yang menjadi partner ranjang tak 'sengajanya.'

Sebuah kebetulankah mereka dipertemukan begini?

"Buka pintu mobilnya bodoh!"

Seketika itu juga mata Redis terpaku pada tanda yang ada di sekujur leher Rein. Sudah Redis duga, perempuan itu adalah orang yang kelihatan sangat menyedihkan, seseorang yang kemungkinan besar adalah orang pertama yang ia jamah.

Orang semalam yang menjadi partner ranjangnya--secara tak sengaja.

Lantas, sekali lagi, apakah pertemuan mereka adalah sebuah kebetulan...?

"Hey orang gila, cepat buka pintunya. Aku mau keluar!"

Sebuah seringaian pun kembali muncul di sudut wajah Redis. Mungkin kali ini ia bisa bermain-main sebentar. Perempuan itu, orang yang sedang berteriak tersebut adalah orang pertama yang masuk dalam hidupnya.

Hey ayolah, Redis bukan tipe lelaki hidung belang, bastrad, atau yang menyewa orang-orang rendahan.

Yang 'katanya' melakukan pekerjaan 'laknat' tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidup atau sesuatu seperti itu.

Redis hanya seorang yang tak punya perasaan.

Bermain perempuan bukanlah tipenya.

"Apa kamu salah satu wanita murahan?"

Seketika itu juga Rein pun langsung mematung ditempat.

Ingin mengamuk.

*****

Next chapter