16 16

Ruang tamu.

Duduk di atas sofa yang empuk sembari menonton televisi, Satou dan Kyoka duduk saling berdekatan. Tangan Satou merangkul bahu Kyoka, sedangkan Kyoka menyandarkan kepalanya di pelukan hangat suaminya.

"Hei... Apakah kamu tertidur?"

Bisik Satou dengan suara lembut, tangannya sedikit mengguncang bahu Kyoka.

"Emm... Aku tidak" Balas Kyoka sembari menggelengkan kepalanya secara perlahan.

"Lantas kenapa kamu menutup mata?"

"Aku hanya ingin menikmati waktu kebersamaan kita... Pelukan anda juga terasa sangat hangat, aku tak akan pernah bosan dengan hal ini~" Jawab Kyoka dengan senyum tipis saat telapak tangan suaminya terus mengelus rambutnya. Dia berharap perasaan nyaman ini tak akan pernah lepas dari hidupnya lagi.

"Begitukah?"

"Umm..." Angguk kyoka.

"Mari kembali ke kamar, sudah terlalu larut. Nanti aku akan memelukmu sepanjang malam~"

Satou mengecup kening Kyoka dengan senyum lebar, setelah itu dia berdiri dan segera menggendong Kyoka dengan gaya princess menuju kamar mereka berdua.

Kyoka membenamkan wajahnya di dada Satou sembari bergumam senang.

Di sisi lain, ada dua orang gadis yang melihat hal ini. Mereka memandang dua pasangan mesra itu dengan tatapan cemburu...

---

Yuriko Pov.

"Hmph..."

Setiap kali pria itu mencoba berbicara padaku, aku akan membalasnya seperti itu. Dingin dan acuh tak acuh, aku masih tak terima bahwa ibuku menikah lagi dengan orang asing setelah setahun perceraiannya dengan ayah.

'Seorang ayah tiri? Tak akan pernah!' Teriakku dalam hati dengan ekspresi marah.

'Kenapa sih ibu mau menikah lagi?' Gumamku sambil berjalan dengan langkah kesal.

Sesampainya di dapur, di sana aku bertemu dengan pria itu lagi. Dia menyapaku dengan senyumannya yang khas, terlepas dari sikapku yang dingin kepadanya, dia selalu membalasku dengan nada lembut dan gurauan hangat miliknya.

Aku masih tak mengerti, mengapa pria ini masih bersikap sangat baik padaku? Kau tahu, setiap kali aku bertemu dengannya aku bahkan tak pernah membalas dengan sebuah perkataan, aku hanya berpaling dengan tak senang dan pergi.

Sungguh sangat aneh bahwa pria itu masih tak marah padaku.

"..."

Aku hanya memandangnya sesaat, setelah itu aku membuka kulkas, mengambil beberapa cemilan dan berjalan pergi.

"Nikmati malammu!" Suara pria itu terdengar sekali lagi.

Ekspresiku melembut; 'Kenapa?...' Kataku dalam hati sambil berjalan pergi.

---

Minggu pun berlalu, pria itu masih bersikap sama terlepas dari balasan dingin yang aku berikan padanya.

Di sisi lain, aku melihat ibu selalu tersenyum saat bersama pria itu, hal ini sangat berbeda saat dia bersamah ayah dulu. Dia terlihat tak bahagia, tapi sekarang dia terlihat lebih ceria dan juga... Menikmati waktunya?

'Apakah pria itu benar-benar mencintai ibu?' Pikirku dengan penuh keraguan.

'Siapa sih nama pria itu... Ah ya, namanya Satou.' Awalnya aku tak berniat mengingat namanya, tapi entah kenapa aku masih mengingat nama pria itu.

Satou kah? Terdengar pasaran, tapi nama yang cukup bagus...

Tanpa kusadari, bibirku sedikit melengkung saat menggumamkan nama pria itu.

---

Hari berikutnya.

"Pagi Yuriko." Sapa pria itu seperti biasanya. Dia duduk di depan meja makan sembari menyeruput kopi hangat yang dibuatkan oleh ibu.

"Ah... Uh... P-Pagi."

Jawabku dengan nada tergagap; 'Kenapa kamu tiba-tiba gugup! Yuriko apa yang terjadi padamu!' Aku berteriak dalam hati sembari mempertanyakan sikap anehku yang tiba-tiba.

"Haha~ Kamu terlihat sangat lucu. Segeralah duduk, sarapan pagi akan segera dihidangkan."

"!"

Aku tidak tahu kenapa, tiba-tiba aku berbalik dan berlari menuju kamarku dengan wajah merona serta jantung yang berdegub kencang.

Beberapa hari ini jantungku mulai berdetak kencang setiap kali aku melihatnya, awalnya aku merasa biasa saja, tapi entah kenapa seiring berjalannya waktu detang jantungku semakin tak terkendali!

*Tok!*

*Tok!*

*Tok!*

Aku mendengar suara ketukan pintu dari arah luar kamar; 'Satou?' Tiba-tiba sosok pria yang sebelumnya aku benci muncul dalam benakku.

"Yuriko. Aku mengantar makananmu, bisakah kamu membuka pintu?"

Dan benar saja, suara itu berasal dari pria itu... Satou.

'...' Aku diam dan tak membalasnya.

"Ah... Aku akan menaruh ini di sini, segeralah makan selagi hangat."

Kata pria itu sekali lagi dari luar kamar, setelah itu langkah kakinya terdengar semakin kecil sampai akhirnya tak terdengar lagi.

'Kenapa?...'

Gumamku sambil memeluk bantal semakin erat.

---

Kamar Yuriko & Yumeko.

"Yumeko aku akan membuat jus mangga. Apakah kamu juga ingin?"

Aku menoleh ke saudariku, Yumeko.

"Tentu."

Yumeko mengangguk tersenyum.

"Baiklah."

"Eh tunggu, aku akan ikut."

---

Setelah membuat jus segar itu, Yuriko berjalan kembali menuju kamar sambil mengobrol ringan dengan saudarinya.

Tapi saat mereka berjalan melewati ruang tamu, mereka melihat ayah tiri serta ibu mereka yang sedang bermesraan...

Perasaan cemburu tiba-tiba muncul dari dalam hati Yuriko, saat itu pemikiran serigala muncul dalam hatinya.

'Aku akan merebut Satou dari ibu... Aku sudah tak tahan lagi, ibu tolong maafkan aku.' Yuriko bergumam dengan suara yang lirih, senyum jahat pun muncul di wajahnya.

"Yumeko, ikut aku. Aku ingin kamu membantuku dengan suatu hal!"

Yuriko memegang tangan Yumeko dan segera menariknya menuju kamar.

avataravatar
Next chapter