17 TRAGEDI (1)

Apartemen Biserka, Shanghai.

"Dia adikku." Biserka terdiam sejenak setelah mengatakan ucapan itu kepada Pavlo.

Pavlo sedikit terkejut mendengar pernyataan Biserka. Dia mencoba mencerna dan memahami kata-kata yang keluar dari mulut Biserka. Bagaimana bisa rekannya ternyata adiknya dan dia ingin menyembunyikan identitas adiknya tersebut dari Mataya yang merupakan kakaknya dan juga saudari kembarnya.

"Maksudmu, Verasha rekanmu adalah adikmu? Berarti dia juga adiknya Mataya kan?" pavlo mencoba bertanya kepada Biserka untuk mendapatkan jawaban dan kebenaran darinya.

Biserka mengangguk mengiyakan pertanyaan Pavlo sebagai jawaban 'ya' darinya dan mengkonfirmasi kebenaran tersebut.

Saat Pavlo menunjukan tanda-tanda ingin bertanya kembali kepada Biserka, Biserka segera menghentikannya dan mulai berbicara lagi kepadanya.

"Sejak kecil, Mama dan Papa ku tidak pernah mengurus aku dan Mataya. Mereka meninggalkan kami di Indonesia bersama nenek dan kakek kami yang menetap di Indonesia. Kami tumbuh dan besar di negara yang mempunyai budaya dan pulau yang beragam bukan di tanah kelahiran kami di Maroko. Mama dan Papa tidak pernah mengunjungi kami sampai sekarang."

"Mereka hanya mengirimkan pesan sesekali dan mengatakan dalam pesan tersebut bahwa mereka mengirimkan kami hadiah dan meminta maaf pada kami karena selalu tidak bisa mengunjungi kami." Suara yang sangat getir keluar dari mulut Biserka. Nada bicaranya sangat bergetar dan menahan isakan air mata yang memaksa ingin keluar dan jatuh berlinang dari matanya.

"Kau tahu? Aku sudah muak dengan harta dan semua materi yang mereka berikan dan sediakan. Aku dan Mataya hanya ingin mereka perduli dengan kami berdua dan mengurus kami selayaknya orang tua pada umumnya." Mata nya sudah sangat berkaca-berkaca saat ini.

Biserka tidak bisa menahan air matanya untuk keluar dan berlinang di wajahnya, "Sampai suatu saat ada kesempatan dimana aku bisa bertemu dengan Mama, dengan syarat aku harus melindungi Verasha sebagai bayaran untuk dapat menemui nya."

Pavlo sangat terkejut mendengar cerita Biserka dan apa yang Biserka dan Mataya alami sedari mereka kecil di dalam keluarganya. Pavlo sangat merasa iba dan bersimpati kepada Biserka. Dia kemudian beranjak dari duduknya, mendekati Biserka dan mengusap kepalanya pelan untuk menenangkannya.

"Maafkan aku, Bis. Tidak seharusnya aku memaksamu untuk menceritakan latar belakangmu lebih jauh. Sepertinya aku sudah paham mengapa kamu tidak ingin Mataya mengetahui identitas Verasha untuk saat ini. Tolong maafkan kelancanganku ini." ucap Pavlo lembut kepada Biserka masih mengelus pelan kepala Biserka.

Biserka yang tersadar kepalanya dielus oleh Pavlo pun segera menjauhkan diri dari Pavlo dan mengusap air matanya.

Pavlo yang sadar akan perbuatannya yang spontan itu pun langsung segera menjauhkan diri dari Biserka, "Ah maafkan aku." Pavlo menggaruk telinganya yang sama sekali tidak terasa gatal.

"Ah, ya—Iya tidak apa-apa. Aku juga minta maaf karena terlalu emosional dan terbawa suasana," jawab Biserka terbata karena masih malu dengan Pavlo dan bingung dengan suasana sekarang yang sangat canggung.

Disaat suasana yang sangat canggung itu masih berlanjut, bel pintu apartemen Biserka berbunyi. Sungguh penyelamat keadaan bagi Biserka dan Pavlo.

Biserka ingin pergi untuk membukakan pintu, tetapi Pavlo lebih dulu berjalan mendahului nya dan membukakan pintu tersebut, "Biar aku saja yang membukakan pintunya."

Biserka hanya bisa mengiyakan dan menggigit bibir bawahnya sendiri memikirkan kebodohan apa yang barusan dia lakukan di hadapan orang asing yang baru dia kenal selama satu minggu itu. "Kayf ghabayun ymkn 'an takun, Biserka! (Betapa bdohnya dirimu, Biserka)!" umpat Biserka pelan kepada dirinya sendiri dengan menggunakan bahasa resmi tanah kelahirannya, bahasa Arab.

"Stupide idiot stupide! Oh mon dieu, je suis tellement gêné en ce moment! (Bodoh bodoh! Ya Tuhan, aku sangat malu sekarang)!" dia melanjutkan mengumpat pada dirinya sendiri dengan menggunakan bahasa yang berbeda, bahasa Prancis.

"Ada apa dengan ekspresi kaku mu yang seperti itu, Pav?" ucap seseorang yang menekan bel tadi, yang ternyata adalah Benvolio.

"Ah, tidak ada apa-apa Ben," jawab Pavlo mengelak.

"Pavlo!!! Finalmente posso rivederti! È passato un po 'di tempo dall'ultima volta che ti ho visto in Italia! (Pavlo!!! Akhirnya aku bisa bertemu denganmu lagi! Sudah lama sejak terakhir kali aku melihatmu di Italia)!" ucap seorang perempuan yang sedari tadi berada di sebelah Benvolio dan segera memeluk Pavlo dengan erat.

Pavlo sangat malu saat Callista memeluknya. Callista masih berpikir mereka berdua bisa berpelukan seperti itu setiap saat, seperti waktu mereka masih kecil.

"Callista, per favore, lascia le braccia. Il tuo abbraccio è troppo stretto, non riesco a respirare. (Callista, tolong lepaskan tanganmu. Pelukanmu terlalu erat, aku tidak bisa bernapas)." Pavlo segera menepis pelukan Callista.

Biserka yang mendengar keributan di depan pintunya pun segera menghampiri arah datangnya suara keributan itu.

Dia terkejut melihat ada seorang perempuan yang dibawa oleh Benvolio dan sedang memeluk Pavlo dengan sangat erat. Dia tidak tahu siapa gadis muda itu dan apa keperluannya di apartemennya ini.

Biserka melihat ke sekeliling dan mendapati perempuan tersebut membawa sebuah koper yang cukup besar. Dia masih menduga-duga apa yang mau perempuan itu lakukan dan apa urusannya di sini.

Mengapa Benvolio membawa perempuan itu kemari dan mengapa perempuan itu memeluk Pavlo dengan sangat erat seperti sudah akrab dan mengenal lama dirinya.

Begitu banyak pertanyaan yang terlintas dalam benak Biserka. Dia ingin segera menanyakan pertanyaan-pertanyaan nya itu dan mendapatkan jawabannya sesegera mungkin.

***

"Ya, halo, Ahmed? Ada apa?" ucap Mataya di sebuah panggilan telpon yang terhubung di dalam mobilnya.

"Kamu ada di mana sekarang, Taya? Aku ingin memberitahumu dan membahas beberapa hal terkait investigasi mengenai keluarga Constanzo dan projek yang mereka tawarkan kepada perusahaan penerbanganmu," jawab Ahmed dalam panggilan telpon yang menghubungkan mereka berdua.

"Aku dalam perjalanan menemui psikiater ku sekarang. Aku akan menghubungimu kembali setelah aku selesai berkonsultasi dengan psikiater ku nanti," jawab Mataya menjelaskan lokasinya sekarang.

"Baiklah, aku akan menunggu kabar darimu. Take care, sampai jumpa, Taya," ucap Ahmed.

"Ya, sampai jumpa." Mataya segera memutuskan panggilan yang terhubung dengan mobilnya tersebut dan melanjutkan perjalanannya.

Mataya kemudian mendapatkan panggilan kembali. Namun, kali ini yang menghubunginya adalah Vla. Mataya segera menerima panggilan telpon nya kembali. "Ya, ada apa, Vla?"

"Biserka ... Mataya," ucap Vla dengan singkat dan tidak menyelesaikan maksud dari perkataannya dalam panggilan tersebut.

"Biasakan untuk menyelesaikan ucapanmu, Vla. Harus ku ingatkan berapa kali tentang ini? Ada apa dengan Biserka?" Mataya mendengus kesal karena kebiasaan Vla yang berbicara setengah-setengah dan tidak langsung kepada poinnya saja.

"Ah maaf, Taya. Biserka akhirnya berhasil siuman dari komanya. Kau harus cepat kemari untuk melihat keadaannya dan sepertinya kau harus menunda pertemuan dengan psikiater mu dulu, Taya." Vla membawakan kabar gembira untuk Mataya dengan melaporkan bahwa Biserka berhasil tersadar dari komanya yang sudah berlangsung selama satu minggu lamanya.

"Ya, Tuhan! Terima kasih! Aku akan segera ke markas utama sekarang! Tolong jaga dia untukku, Vla."

Tidak butuh waktu lama dan pikir panjang, Mataya segera memutar balik mobil nya di persimpangan jalan dan mengirimkan pesan suara kepada Ahmed untuk segera datang ke markas utamanya segera, "Ahmed datanglah ke markas utamaku sekarang, Biserka sudah siuman."

Setelah selesai mengirimkan pesan suaranya itu, Mataya melajukan mobilnya dengan sangat cepat menuju ke markas utamanya.

Di tengah perjalanan menuju ke markas utamanya, Mataya melihat dua orang misterius melalui kaca mobil, kedua orang misterius itu mengendarai sebuah sepeda motor tepat di belakang mobil nya dan terlihat seperti sedang membuntutinya.

Mataya yang sadar dan mengetahui bahwa sedari tadi dirinya diikuti oleh dua orang misterius itu, segera menginjakkan gas mobil dan melajukan mobilnya dengan kecepatan yang lebih cepat dari sebelumnya.

Dia segera menekan tombol darurat yang berfungsi menghubungkannya dengan Vla dan Ahmed secara langsung. Tidak perlu waktu lama, Vla dan Ahmed segera mengangkat panggilan darurat tersebut secara bersamaan.

"Mataya, ada apa? Apa kau dalam bahaya?

"Di mana posisi mu saat ini?"

Tanya Vla dan Ahmed secara bergantian menanyakan kondisi dan situasi Mataya saat ini.

"Vla, Ahmed, ada dua orang misterius menggunakan sepeda motor yang membuntuti mobilku sedari tadi. Aku tidak tahu ada di mana sekarang, karena aku mengemudi ke sembarang arah untuk menghindari mereka tahu markas utama." Mataya panik melihat dua orang misterius itu masih saja mengikutinya.

"Baik, Mataya, kamu tenang dulu, ok? Aku akan melacak posisimu sekarang dan segera mengirimkan bantuan ke lokasi," ucap Vla yang kemudian segera sibuk melacak posisi Mataya.

"Mataya kamu tenang dulu ya, aku akan segera kesana menyusulmu," ujar Ahmed mencoba menenangkan Mataya dan agar anxiety nya masih bisa dia kendalikan.

"Ketemu! Aku sudah berhasil melacak posisimu, Taya. Bantuan akan segera tiba kesana. Ahmed, aku juga mengirimkan titik koordinat lokasinya secara real time. Tolong kamu susul Mataya dulu, jaga-jaga takutnya tim bantuan belum sampai dan terlambat." Vla segera memberikan instruksi kepada tim bantuan markas utama dan meminta Ahmed untuk menyusulnya juga.

"Ya, Vla. Aku dalam perjalanan kesana. Mataya, everything will be alright, okay," ucap Ahmed kepada Vla dan Mataya.

Mataya tidak bisa mengendalikan anxiety nya yang kambuh kembali ini lebih lama. Tubuhnya sudah mulai banyak mengeluarkan keringat walaupun dirinya di dalam mobil yang ber-AC.

Dia sangat panik saat ini, tidak bisa memutuskan dengan jernih pikirannya. Dadanya terasa sangat sesak dan membuatnya susah bernapas. Dia memerlukan obatnya, tapi dia tidak bisa menghentikan mobilnya yang sedang dibuntuti ini.

"Vla, Ahmed, dadaku sangat sesak, aku tidak bisa mengendalikannya lagi," ucap Mataya terbata-bata karena sesak yang sedang ia rasakan.

"Mataya, carilah tempat ramai disekitarmu dan hentikan mobilnya di kerumunan banyak orang." Ahmed menyarankan Mataya untuk mencari tempat ramai dan menghentikan mobilnya.

"Tidak ada tempat ramai di sekitar sini," jawabnya putus asa melihat kondisi jalanan di depannya adalah jalan yang sepi dilalui pengendara atau pun dilewati orang-orang.

"Ahmed, Vla!! Aku tidak bisa mengerem mobilku! Dan mobilku melaju lebih cepat dengan sendirinya! Mereka menghack sistem mobilku! Aku harus bagaimana?" lanjut Mataya panik saat tahu mobilnya berjalan semakin cepat dan tidak bisa di rem.

"Sial! Berani sekali mereka! Mataya, cepat kendarai mobilmu lebih jauh dari motor tersebut. Mereka tidak bisa menghack mobilmu lagi jika di luar jangakaun kapasitasnya."

"Baik— ah sial, mobilku menabrak pembatas jalan! Aku akan mencari tempat ramai segera, tolong cepat kemari!"

"Ya, Mataya. Ahmed dan tim bantuan sedang dalam perjalanan ke lokasimu," ujar Vla menjelaskan kepada Mataya.

"Bertahanlah Mataya, aku akan segera datang." Ahmed kemudian berbicara kembali dan meminta Mataya untuk bertahan sedikit lagi.

"Ya, aku akan menunggu—" suara Mataya terpotong, dan terdengar suara tabrakan dua kendaraan yang sangat kencang di panggilan tersebut.

Truk besar menghantam mobil yang Mataya kendarai dan membuat mobil yang dikendarainya terbalik.

"Mataya?! Mataya?!" panggil Ahmed dan Vla berulang kali, tetapi tidak ada jawaban dari Mataya.

"Holy shit! Ahmed, pasti telah terjadi sesuatu dengan Mataya di sana! Mobilnya tidak bisa terhubung lagi. Cepat temukan dia Ahmed, sebelum kejadian yang tidak kita inginkan menimpanya!" Vla kemudian menghubungi kembali tim bantuan yang dia perintahkan dan memarahinya karena belum juga tiba di lokasi Mataya hingga kini, serta memintanya segera sampai di lokasi Mataya atau mereka semua akan mati di tangannya.

-bersambung-

***

*Note*

Halo semuanya! Apa kabar? Aku harap kalian baik-baik saja dan semoga hari kalian menyenangkan.

Aku ingin meminta tolong kepada kalian jika menyukai ceritaku tolong memberikan ulasan terhadap karyaku ini ya dan tambahkan juga ke koleksi kalian agar tidak ketinggalan update!^^

Feel free untuk memberikan saran dan komentar kalian juga^^

Dan jangan lupa untuk menshare cerita ini jika menurut kalian cerita ini menarik^^

Mohon maaf sebelumnya, jika karyaku ini masih banyak kesalahan ataupun alur ceritanya yang tidak sesuai ekspetasi kalian. Namun, sekali lagi, jika kalian mempunyai saran dan kritikan untukku ataupun karyaku jangan sungkan ya untuk memberitahuku di kolom komentar. Aku akan sangat berterimakasih kepada kalian^^

Aku juga ingin mengucapkan terimakasihku dengan setulus tulusnya kepada para pembaca yang setia membaca karyaku sampai di chapter 17 ini. Kuharap kalian tidak bosan dan menemaniku hingga akhir cerita ini^^

Aku akan berusaha semaksimalku untuk karya ini^^

Salam hangat

Chasalla

#Jadwal update: Sabtu & Minggu.

avataravatar
Next chapter