14 KECURIGAAN (1)

Seorang wanita terlihat sedang duduk sambil menundukkan kepalanya. Dia terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu di dalam pikirannya. Dia tidak terlihat bahagia dan ceria hari ini. Sejak pagi, dirinya telah dihadapkan oleh situasi yang tidak menyenangkan untuknya.

"Mataya, are you okay? (Mataya, apakah kamu baik-baik saja)?" tanya seorang pria dihadapannya.

Mataya mengadahkan kepalanya dan melihat laki-laki yang sedang berbicara kepadanya.

"I'm sorry, I'm late Taya. Is everything alright? (Aku minta maaf, aku terlambat. Apakah semua baik-baik saja)?" lanjut laki-laki tersebut yang ternyata adalah Ahmed, sahabat Mataya.

"Yeah, just had terrible day, (Ya, baru saja mengalami hari yang buruk)," ucap Mataya tidak bersemangat.

"Well, I'm sorry to hear that. Do you want tell me about your day more? (Aku benar-benar menyesal mendengarnya. Apakah kamu ingin menceritakan harimu lebih banyak kepadaku)?" ujar Ahmed lalu dia duduk disamping Mataya.

"I just met Putra, (Aku baru saja bertemu dengan Putra)," ucap Mataya dengan wajahnya yang murung.

"Then? (Lalu)?" jawab Ahmed mendengarkan cerita Mataya.

"His sister fell and was injured in several parts of her body. I found his sister when walking around while waiting for your arrival. Then I helped the girl and take care her wound, and I said to the girl after I medicate her I will replace her ice cream that fell and we agreed. (Adiknya jatuh dan terluka di beberapa bagian tubuhnya. Aku menemukan adiknya ketika berjalan-jalan sambil menunggu kedatanganmu. Lalu aku menolong anak itu dan mengobatinya dan aku mengatakan kepadanya setelah aku mengobatinya, aku akan membelikannya es krim menggantikan es krim nya yang jatuh dan kami sepakat)."

"I intended to take the girl to her family after that, but the girl refused and wanted to chat with me longer. Until her family finds him, and she turns out Putra's young sister, (Aku bermaksud untuk mengantar nya ke keluarganya setelah itu, tetapi anak itu menolak dan ingin mengobrol lebih lama denganku. Sampai keluarganya menemukannya, dan dia ternyata adalah adiknya Putra)," lanjut Mataya menceritakan pertemuannya dengan Kak Putra yang secara tidak sengaja itu dengan detail dan rinci kepada Ahmed.

Dia sangat terlihat frustrasi, diapun melanjutkan ucapannya, "Oh, c'mon, I swear to God, Ahmed. I never knew that girl was his younger sister. (Oh, ayolah, aku bersumpah kepada Tuhan, Ahmed. Aku tidak pernah tau kalau anak itu adalah adiknya)."

"Alright, Mataya, I trust you. Keep calm, okay? (Iya Mataya, aku percaya kepadamu. Tenang, ya)?" jawab Ahmed mencoba menenangkan Mataya.

"Tapi dia malah menuduhku dan mengatakan aku berbuat seperti itu hanya untuk menarik perhatiannya dan agar bisa bertemu dengannya. Dia pikir siapa dia?!" lanjut Mataya tidak terima mengingat ucapan Putra kepada dirinya yang tidak benar.

"He said that? Really? Oh God, he's too narcissistic, (Dia berkata seperti itu padamu? Ya Tuhan, dia terlalu narsis)," jawab Ahmed geram dengan kelakuan Putra kepada Mataya.

"Yes, he is such a bastard. I'm sorry to myself that I had feelings for him for ten years, (Ya dia benar-benar seperti bajingan. Aku menyesal pada diriku yang mempunyai perasaan kepadanya selama sepuluh tahun)," ucap Mataya.

"Aku kan sudah pernah bi—" ucapan Ahmed terpotong oleh Mataya.

Mataya kemudian menoleh kearah Ahmed dan mengganti topik pembicaraan.

"Baiklah kita tidak perlu membahas dia lagi. Sekarang aku ingin membahas suatu hal yang membuatku sangat gelisah hingga memintamu kemari menemaniku." Mataya segera mengeluarkan sebuah dokumen dari dalam tasnya dan menunjukkannya kepada Ahmed.

Ahmed mengambil dokumen yang Mataya tunjukkan kepadanya dan mulai membaca isi dari dokumen tersebut.

"Kontrak kerjasama projek pembuatan pesawat tempur. Waw you got a big project Mataya," ucap Ahmed memuji Mataya.

"Ahmed! Biasakan untuk membaca sesuatu hingga akhir. Kamu seorang duta Negara Maroko, jangan permalukan Maroko karena dutanya yang sangat malas dalam literasi." Mataya geram dengan Ahmed yang sangat malas membaca dan semua hal yang berkaitan dengan literasi. Dia bahkan bingung bagaimana bisa seseorang yang malas membaca bisa menjadi seorang duta perwakilan negara kelahirannya itu.

"Aku kan ingin memujimu dulu, memangnya salah?" Ahmed mengelak perkataan Mataya dan tidak membenarkannya.

"Oh, ya?" tanya Mataya ragu dan tidak percaya dengan elakan Ahmed yang sangat terlihat bohongnya.

"Padahal aku berniat membacanya kembali setelah memujimu. Sekarang karena kau menuduhku, aku tidak mau melanjutkan membaca ini." Ahmed mengembalikan dokumen kontrak kerjasama tersebut kepada Mataya.

Mataya pun geram dengan kelakuan Ahmed yang selalu kekanakan dan senang membuatnya emosi.

"Ahmed, apa kamu ingin ku gebok?" (gebok dalam KBBI artinya adalah melempar bola kasti kearah yang dituju)

"Baiklah, Nona tukang gebok. Aku akan membacanya dengan teliti dan penuh penghayatan," ucapnya kemudian lanjut membaca dokumen tersebut.

***

Apartemen Biserka, Shanghai.

Biserka duduk di ruang tamu dan sibuk dengan semua peralatan elektronik penunjang misinya. Dia melakukan ini untuk mencari informasi lebih lanjut mengenai misi yang sedang dia kerjakan seperti biasanya.

Cklek….

Pintu apartemen Biserka terbuka dan memunculkan dua orang pria. Mereka adalah Benvolio dan Pavlo yang baru saja datang dari perusahaan pusat CNY Company dan menemui Mataya.

"Ckckck… Dilihat-lihat dari ekspresi Tuan Mafia paling berbahaya seantero Italia ini yang murung dan ingin menerkam orang, sepertinya aku tahu Kakakku menolak tawaran tersebut," ucap Biserka mengejek Benvolio dengan sangat senang dan puas.

"Shut up! Dia tidak menolak penawaranku, hanya saja dia belum menyetujuinya." Benvolio mengelak ejekan Biserka dan mencari alibi lain.

Biserka terkekeh mendengar jawaban Benvolio, "Tawaran apa yang kau tawarkan kepada Mataya hingga dia harus memikirkannya dahulu?" Biserka kemudian mengabil air putih yang berada di atas meja dan mulai meneguknya.

"Projek pembuatan pesawat tempur," ujar Benvolio datar tanpa ekspresi.

"Uhuk...uhukk...uhuk... Pe—pesawat tempur? Apa kau sudah gila? Apakah itu untuk negaramu?" Biserka tersedak karena kaget mendengar ucapan Benvolio.

Benvolio tidak menghiraukan pertanyaan Biserka lagi dan pergi ke balkon apartemen Biserka.

"Bukan untuk Negara Italia, tetapi untuk kepentingan pribadi keluarga Constanzo." Pavlo menggantikan Benvolio menjawab pertanyaan Biserka.

"Uhukkk...uhukk…uhukk… Apa katamu? Untuk kepentingan pribadi keluarga Constanzo?" Biserka tersedak kembali untuk yang kedua kalinya karena terkejut dengan jawaban yang Pavlo lontarkan.

Dia tidak habis pikir apa yang sedang mereka berdua pikirkan hingga berani membuat kesepakatan yang sangat tidak wajar itu dengan Mataya, kakaknya.

"Hei, apa kalian pikir Mataya akan menerima tawaran yang sangat tidak masuk akal itu? Dia bisa saja curiga kepada kalian berdua. Ganti penawarannya sebelum kalian berdua membuat situasi semakin tidak terkendali dan tidak diharapkan oleh kita semua." Biserka meminta Benvolio dan Pavlo untuk mengubah penawaran yang mereka berdua ajukan kepada Mataya.

"Tidak. Aku tidak akan mengubah penawaranku," sahut Benvolio dari arah balkon, menolak pendapat Biserka.

"Dasar keras kepala! Baiklah, lakukan semaumu! Tapi jika rencana membawa Verasha, rekanku, gagal. Kau harus bertanggung jawab."

Biserka kesal dengan Benvolio yang sangat keras kepala dan bertindak semaunya tanpa mempertimbangkan sedikit pun saran darinya.

Dia pun memilih untuk berkutat kembali dengan laptop dan peralatannya, melanjutkan untuk mencari informasi lebih jauh mengenai sarang monster.

***

"Keluarga Constanzo ingin membuat pesawat tempur untuk kepentingan pribadi? Bukankah itu melanggar hukum? Apakah tidak ada hukum yang bisa melawan keluarga Constanzo sehingga mereka berani membuat pesawat tempur untuk kepentingan pribadi?" ujar Ahmed terkejut setelah selesai membaca dokumen yang Mataya berikan kepadanya itu.

Mataya menatap Ahmed kesal, "Dan kamu masih bisa memujiku sebelumnya?!"

"Ah, maafkan aku, Taya. Aku tidak akan memujimu lagi," jawab Ahmed yang membuat Mataya semakin menekuk wajah kesal padanya.

"Baiklah, baiklah, maksudku aku tidak akan sembarang memujimu tanpa tahu apa yang sedang kau alami seperti sekarang ini," lanjutnya.

"Dia bisa menghancurkan dunia, Ahmed. Bahkan lebih dari itu. Dia bisa memicu terjadinya perang dunia selanjutnya di masa yang akan datang. Kekuasaannya sangatlah berbahaya untuk dunia."

"Apakah aku harus menerima penawarannya dan menjadi salah satu dalang dibalik hancurnya dunia di masa yang akan datang? Atau aku menolaknya dan diam melihat kehancuran dunia yang diperbuatnya?" tanya Mataya kepada Ahmed.

Dia sangat ragu dan bingung dalam mengambil keputusan ini. Dia tidak punya arah atau petunjuk, jalan mana yang harus dia ambil. Semuanya abu-abu, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.

"Ya, ini merupakan pilihan yang sulit untukmu. Menolaknya sama saja seperti mengajak perang dengan keluarga Constanzo. Tapi kau orang yang paling mengerti apa yang paling benar dalam hukum, Mataya."

"Kau seorang jaksa yang menjunjung tinggi keadilan dan tak pernah takut dengan ancaman kekuasaan apapun yang merugikan masyarakat dan dunia. Kau harus yakin dengan keputusanmu untuk penawaran ini. Aku akan mendukung apapun keputusanmu. Aku akan menemanimu hingga akhir. Kau tidak akan sendirian menghadapi ini semua," lanjut Ahmed menenangkan Mataya dan mencoba memberinya saran sambil meyakini diri Mataya mengenai apapun keputusannya.

"Tapi, tidakkah kau curiga mengapa perusahaan penerbanganmu yang mereka pilih dan ditawarkan projek yang sangat tidak wajar ini? Maksudku, perusahaan pesaing lebih berpengalaman dalam membuat pesawat tempur dan juga berada di wilayah Eropa, wilayah dimana keluarga Constanzo berada." Ahmed melontarkan pendapatnya lagi yang curiga terhadap projek kerja sama untuk membuat pesawat tempur ini, ditambah saham yang ditawarkan bernilai fantastis.

"Ya, aku sempat curiga sepertimu. Di awal penjelasan mengenai projek ini, asistennya mengatakan bahwa aku akan mendapatkan setengah dari saham projek tersebut. Aku kira awalnya hanya membantu keluarga Constanzo membuat maskapai penerbangannya sendiri, tetapi setelah aku tahu projek tersebut adalah membuat pesawat tempur dan untuk kepentingan pribadi aku mulai curiga dengan mereka," jawab Mataya mengiyakan perkataan Ahmed dan sependapat dengannya bahwa ada hal yang ganjil dalam projek ini.

Mataya melanjutkan perkataannya, "Dia ingin membuat pesawat tempur untuk kepentingan pribadi dan memberiku setengah saham dari projeknya, apakah itu tidak mencurigakan? Maksudku, dari mana perputaran dana projek tersebut dan untuk kepentingan apa lagi pesawat tempur itu?"

"Sebenarnya apa yang mereka incar dan inginkan darimu?" Ahmed bingung dengan situasi ini.

"Apa mungkin mereka ingin mendapatkan akses ke markas utama dengan menawarkan projek yang tidak wajar ini dan menarik perhatian ku dengan semua ini? Tapi jika itu benar ... apa yang mereka inginkan di markas utama ku?"

-bersambung-

***

*Note*

Halo semuanya! Apa kabar? Aku harap kalian baik-baik saja dan semoga hari kalian menyenangkan.

Mohon maaf sebelumnya, jika karyaku ini masih banyak kesalahan ataupun alur ceritanya yang tidak sesuai ekspetasi kalian. Namun, jika kalian mempunyai saran dan kritikan untukku ataupun karyaku jangan sungkan ya untuk memberitahuku di kolom komentar. Aku akan sangat berterimakasih kepada kalian^^

Aku juga ingin mengucapkan terimakasihku dengan setulus tulusnya kepada para pembaca yang setia membaca karyaku sampai di chapter 14 ini. Kuharap kalian tidak bosan dan menemaniku hingga akhir cerita ini^^

Aku akan berusaha semaksimalku untuk karya ini^^

Salam hangat

Chasalla

#Jadwal update: Sabtu & Minggu.

avataravatar
Next chapter