6 CNY COMPANY (1)

"Apa yang terjadi di tempat itu sebenarnya hingga membuat Biserka seperti ini?" lirih Mataya, air matanya pun mulai turun membasahi wajahnya. Dia tak sanggup melihat keadaan saudari kembarnya seperti itu.

***

*Flashback on*

"Apa yang terjadi dengan Biserka Ahmed? Biserka kenapa?" tanya Mataya kepada Ahmed dengan sangat tidak sabar karena sangat cemas dan khawatir terhadap keadaan Biserka.

"Biserka sedang sekarat. Dia terkena lemparan granat yang mengenainya langsung. Beruntungnya tidak lama setelah kejadian itu, dia langsung di evakuasi oleh tim ku dan segera dibawa ke para ahli medis yang ada di markasmu ini," jawab Ahmed menjelaskan keadaan Biserka kepada sahabatnya Mataya.

Dia melanjutkan perkataannya dan berkata, "Maafkan aku Mataya, seharusnya sejak awal Biserka berada di Shanghai sudah dalam perlindunganku juga pengawasanku."

"Jika saja aku tahu Biserka berada di Shanghai lebih awal, keadaan Biserka tidak akan sekarat seperti saat ini."

Mataya pun terdiam. Dirinya mematung setelah mendengar pernyataan Ahmed barusan tentang keadaan saudari kembarnya. Dia sangat terkejut hingga tidak bisa berkata apa-apa lagi dan segera beranjak pergi dari ruangannya itu menuju bagian ruang medis yang ada di markasnya.

***

Di depan ruangan ICU yang ada di dalam markas utama CNY Company.

Mataya menatap adiknya yang sedang terbaring disana dengan berbagai macam alat yang dipasangkan ditubuhnya. Seluruh tubuh adiknya itu terkena luka bakar hingga dia pun menggunakan perban khusus di seluruh bagian tubuhnya.

Bahkan, Mataya saja tidak tahu bagaimana rupa adiknya saat ini dibalik perban itu. Dia tidak bisa membayangkan menjadi Biserka dan merasakan betapa sakitnya terkena semua luka bakar itu akibat granat yang mengenainya.

Dia sangat merasa bersalah atas keputusannya membiarkan Biserka mengambil misi yang sangat berbahaya ini.

"Mataya kamu harus makan dulu. Sejak tiba di Shanghai, kamu belum makan apapun," ujar Ahmed membujuk Mataya agar mau mengisi perutnya terlebih dahulu, karena sejak tiba di Shanghai dia belum meminum ataupun memakan apapun.

"Kau pikir aku masih mempunyai nafsu makan di saat seperti ini Ahmed?" jawab Mataya tersenyum dengan air mata yang masih mengalir di wajahnya.

Ahmed menghela napas mendengar jawaban Mataya yang seperti itu dan sikapnya yang tidak peduli pada kesehatannya sendiri membuat Ahmed sedikit geram dengannya.

Dia pun berkata, "Sikapmu yang selalu seperti ini sejak dulu yang aku tidak suka darimu, Mataya. Aku tahu kamu sedang bersedih dan tidak dalam kondisi yang menginginkan makan ataupun lainnya. Tapi kamu juga harus peduli pada kesehatanmu."

"Jangan sampai kepedulianmu kepada orang lain, membuat dirimu sendiri tidak menghiraukan keadaanmu," lanjut Ahmed menasihati Mataya.

"Tapi dia bukan orang lain Ahmed, dia adikku," bantah Mataya.

"Bukan begitu maksduku, aku-"

"Sudahlah Ahmed, aku tidak ingin berdebat denganmu saat ini. Tolong tinggalkan saja aku sendiri, kumohon." Mataya segera memotong perkataan Ahmed dan memintanya segera pergi meninggalkan dirinya sendirian.

Ahmed mengambil sapu tangan yang ada di sakunya dan mengelap air mata yang masih mengalir dari wajah Mataya.

"Baiklah aku akan pergi. Tapi Mataya, jangan terlalu menyalahkan dirimu. Ini juga karena keputusannya yang berani mengambil misi berbahaya ini," ujar Ahmed dan segera meninggalkan Mataya bersama makanan yang dia bawa tadi dan sapu tangannya.

Mataya pun merenungkan perkataan Ahmed barusan, dan menatap punggung Ahmed yang langkah kakinya mulai menjauh meninggalkan dirinya.

"Ya, mungkin kamu benar Ahmed. Ini bukan salahku, bukan pula salahmu. Dia sudah besar dan sudah tahu segala konsekuensi dari keputusan yang dia buat," ujar Mataya pada dirinya sendiri.

"Tapi apakah layak? Apakah layak misi ini dibayar dengan nyawanya? Apakah layak demi misi ini dia mempertaruhkan semuanya?" lanjut Mataya getir dan suaranya bergetar, frustasi dengan semua ini.

"Jika boleh jujur padamu Biserka, sungguh ini semua tidak layak untuk dibayar dengan nyawamu. Karena kamu Biserka, permata yang berharga yang Tuhan berikan padaku," lirihnya lagi.

***

Di Mint.

"Apa maksudnya tidak dapat menemukan rekanku?! Bukannya Anda yang bilang sendiri pada saya untuk menyerahkan hal ini pada Anda, Tuan Pavlo?!" Biserka naik pitam setelah melihat Pavlo kembali tanpa rekannya, Verasha.

"Kau berisik sekali Nona, tidakkah kita bisa membicarakan ini semua dengan kepala dingin?" sahut Benvolio geram karena sikap Biserka.

"Anda siapa lagi?! Aku tidak punya urusan dengan Anda tuan, jadi tolong jangan ikut campur! Dan apa Anda pikir, saya dalam keadaan yang bisa tenang sementara saya tidak tahu rekan saya ada di mana sekarang dan bagaimana keadaannya setelah ledakan yang terjadi di tempat itu?!" oceh Biserka kepada Benvolio karena sangat geram padanya yang mengatakan perkataan seperti itu dengan seenaknya.

"Hei Nona, bukankah Anda sendiri seorang agen CIA terbaik di generasimu dan juga merupakan seorang hacker yang sangat handal? Lalu apakah Anda bisa mengetahui keberadaan rekanmu itu saat ini?" ujar Benvolio yang mulai memprovokasi Biserka dan memperkeruh keadaan.

"Apa maksudmu dengan berkata seperti itu?!" jawab Biserka lagi, tidak terima dengan perkataan Benvolio.

Pavlo yang sedari tadi hanya diam dan mendengarkan percakapan mereka berdua pun sudah tidak tahan dan mulai menghentikan perdebatan keduanya.

Pavlo pun berkata, "Oh ayolah Tuan dan Nona. Kalian bukan lagi seorang anak kecil yang harus berdebat seperti ini."

"Ben, bisakah kau mengalah dulu dengannya kali ini? Kumohon, kita bukan dalam situasi yang dapat berdebat seperti ini sekarang," lanjut Pavlo meminta Benvolio tidak melanjutkan perkataannya yang memperkeruh suasana saat ini.

"Cih," Benvolio mengalihkan pandangannya dan duduk di sebuah sofa yang letaknya cukup jauh dari mereka.

Pavlo pun hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Benvolio itu.

"Baiklah, Nona. Sebelumnya saya ingin meminta maaf pada Anda karena saya belum dapat menepati perkataan saya sebelumnya. Akan tetapi, saya mendapatkan sedikit masalah dalam mencari rekan Nona, Verasha."

Biserka pun memicingkan matanya dan berkacak pinggang, lalu berkata, "Masalah apa yang Anda maksud, Tuan Pavlo?"

"Saat saya sampai di TKP saya tidak menemukan seorang pun disana, menurut warga sekitar, para korban sudah di evakuasi dari sana dan dibawa ke rumah sakit terdekat."

"Lalu saya mengunjungi semua rumah sakit disekitar tempat kejadian dan menanyakan informasi pasien-pasien di rumah sakit lainnya melalui informan yang saya punya. Tetapi, hasilnya nihil. Saya tidak menemukan rekan Anda itu," jawab Pavlo menjelaskan kepada Biserka.

Dia melanjutkan, "Saya mempunyai dua asumsi untuk saat ini mengenai keberadaan rekanmu itu. Pertama, dia tidak berada di lokasi saat ledakan terjadi. Dan kedua, dia di evakuasi khusus oleh tim kedutaan yang datang ke sana sebelum saya."

"Aku tidak yakin untuk asumsi pertamamu itu karena aku tidak bisa melacak semua alat komunikasi yang Verasha gunakan. Dan untuk asumsimu yang kedua, apa katamu tadi? Di evakuasi khusus oleh tim kedutaan? Kedutaan negara mana? Dan mengapa mereka ikut andil dalam mengevakuasi para korban?" tanya Biserka bingung dengan asumsi kedua yang Pavlo lontarkan.

"Aku juga kurang yakin alasan mengapa mereka ikut andil dalam mengevakuasi para korban. Namun, menurut informasi dari informanku, tim yang dimaksud atau tim kedutaan yang ikut andil tersebut adalah tim khusus dari kedutaan besar perwakilan Maroko yang ada di China. Dan menurut informasi yang kuterima juga, mereka ikut andil karena ada rekan dari duta besar tersebut yang berada di TKP saat kejadian ledakan berlangsung."

"Holy shit!" ujar Biserka setelah mendengar perkataan Pavlo.

"Kemungkinan yang benar adalah asumsimu yang kedua. Rekanku pasti berada di markas utama CNY Company saat ini. Karena duta besar perwakilan Maroko yang ada di China adalah Ahmed, sahabatku dan juga sahabat kembaranku sejak kecil."

"CNY Company? Perusahaan raksasa di bidang penerbangan itu?" sahut Benvolio.

"Ya, yang Anda katakan benar, dan dia sekarang sedang berada di markas utamanya," jawab Biserka.

Pavlo pun bingung mengapa Biserka panik saat mengetahui rekannya berada di markas perusahaan kembaran nya itu, dia pun lekas bertanya, "Lantas mengapa kamu panik jika tahu rekanmu berada di markas perusahaan saudari kembarmu itu? Bukankah berarti dia aman disana?"

"Keamanannya memang sangat terjamin disana, akan tetapi kakaku tidak boleh mengetahui identitas asli Verasha terlebih dahulu, untuk alasannya aku belum bisa memberitahukan padamu saat ini."

"Dan jika kakakku sudah sampai turun tangan seperti ini, berarti terjadi hal buruk pada Verasha. Karena mungkin saja anak buah Ahmed salah mengira Verasha adalah aku, meninjau dari terjadinya ledakan di tempat tersebut dan barang khusus yang biasa ku gunakan hanya dengan kakakku berada pada Verasha." Biserka menjelaskan panjang lebar pada Pavlo dan Benvolio.

"Lalu bukankah mudah saja? Kita hanya perlu mengambil kembali Verasha dari kakakmu itu," ujar Benvolio dengan sangat santai melontarkan perkataannya.

"Tidak, kamu salah. Keamanan di sana sangatlah ketat dan tidak sembarang orang diperbolehkan masuk."

"Kecuali kau sudah terdaftar di data kakakku, kau perlu tanda khusus untuk bisa mengakses pintu masuknya dan tanda pengenal resmi serta undangan khusus untuk bisa bertemu kakaku disana," lanjutnya.

-bersambung-

***

*Note*

Halo semuanya! Apa kabar? Aku harap kalian baik-baik saja dan semoga hari kalian menyenangkan.

Mohon maaf sebelumnya, jika karyaku ini masih banyak kesalahan ataupun alur ceritanya yang tidak sesuai ekspetasi kalian. Namun, jika kalian mempunyai saran dan kritikan untukku ataupun karyaku jangan sungkan ya untuk memberitahuku di kolom komentar. Aku akan sangat berterimakasih kepada kalian^^

Aku juga ingin mengucapkan terimakasihku dengan setulus tulusnya kepada para pembaca yang setia membaca karyaku sampai di chapter 6 ini. Kuharap kalian tidak bosan dan menemaniku hingga akhir cerita ini^^

Aku akan berusaha semaksimalku untuk karya ini^^

Salam hangat

Chasalla

#Jadwal update: Sabtu & Minggu.

avataravatar
Next chapter