20 A THREAT (1)

Markas utama CNY Company, Shanghai.

Vla duduk di tepi ruangan medis yang ada di markas utama CNY Company sambil menundukkan kepalanya menunggu kabar mengenai kelanjutan kondisi Biserka yang baru tersadar dari komanya.

Sementara dokter sedang melakukan pengecekan kembali kepada Biserka yang baru saja siuman dari komanya. Sesuai perintah dari Mataya, Vla harus menemani Biserka sampai dirinya tiba disana.

Vla menghembuskan napasnya berkali-kali. Dia sangat khawatir akan keselamatan Mataya dan bagaimana kabar Mataya saat ini. Wajah Vla terlihat sangat gusar. Dia tidak bisa ikut mencari Mataya karena harus menjaga Biserka.

Tak lama berselang, pintu ruangan dimana Biserka dirawat terbuka. Munculah seorang dokter dari balik ruangan tersebut dan menghampiri Vla. "Nona Vla, bisa kita bicara sebentar?"

Vla menoleh ke arah dokter tersebut dan menegakkan kepalanya, "Ah, baik dok. Silakan dokter ikuti saya, kita bicara di ruangan saya." Vla berdiri dari duduknya dan menuntun dokter tersebut untuk mengikutinya menuju ke ruang kerja milik Vla.

Tak butuh waktu lama, Vla dan dokter tersebut telah sampai di ruang kerja Vla. Terlihat di depan ruangan tersebut tertulis nama lengkap Vla yang bertengger di pintu ruangan. Tulisan tersebut bertuliskan sebuah nama, yaitu "Pavla Canossa" yang menguatkan bahwa ruangan itu adalah milik Vla dan keluarganya yang bermarga Canossa. Sistem ruangan tersebut diatur dengan akses sidik jari dan kontak lensa mata Vla untuk bisa masuk ke ruangan tersebut. Walaupun demikian, ruangan tersebut tetap dilengkapi dengan dua orang agen khusus yang berjaga di depan ruangan, jaga-jaga jika kejadian buruk seperti sistem akses diretas dan kebobolan terjadi.

Setelah sistem berhasil memvalidasi identitas Vla, ruangan tersebut pun terbuka dengan sendirinya. "Silakan masuk dok," Vla mempersilakan dokter yang merawat Biserka itu masuk ke dalam ruang kerjanya.

Dokter tersebut mengangguk dan segera masuk ke dalam ruangan tersebut.

"Silakan duduk dimanapun kau suka," Dokter tersebut lalu duduk di salah satu sofa yang tersedia di dalam ruangan itu, diikuti dengan Vla yang duduk di hadapannya. "Jadi, apa yang ingin dokter bicarakan mengenai pemulihan Biserka dengan saya?" tanya Vla tanpa berbasa-basi dan langsung menanyakan intinya kepada dokter tersebut.

"Begini Nona Vla. Saya tidak menemukan masalah yang serius di bagian otak Nona Biserka ataupun syarafnya, tetapi ada yang aneh dengan Nona Biserka setelah dirinya siuman dari koma." Dokter tersebut mulai menceritakan hal aneh yang terjadi kepada Biserka yang baru saja siuman.

"Aneh bagaimana maksudnya, dok?" Vla mengernyitkan alisnya.

Dokter tersebut kemudian melanjutkan ucapannya, "Nona Biserka sama sekali tidak mau bersuara ataupun mengeluarkan suaranya barang sedikitpun. Tim medis saya juga sudah berulang kali bertanya secara langsung kepada Nona Biserka mengenai kondisinya sedari dirinya baru siuman, tapi hingga kini Nona Biserka belum juga mau berbicara. Saya rasa Nona Biserka masih terguncang atas kejadian tragis yang menimpanya."

Vla menutup matanya dan menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya menjawab ucapan dokter tersebut, "Ya, mungkin dia masih trauma dengan kejadian tersebut. Saya akan mengajaknya berbicara nanti dan memanggilkannya seorang konsultan untuk membantu pemulihan psikisnya."

"Lalu dok, tidak ada luka serius yang akan berlanjut dalam jangka panjang pada dirinya, kan? Dan bagaimana pemulihan luka bakar pada tubuhnya? Serta kapan dia bisa membuka semua perbannya?" Vla menghujani dokter tersebut dengan banyak sekali pertanyaan.

"Nona Vla, tenang saja. Tidak ada luka serius yang berlanjut dalam tubuh Nona Biserka. Lalu untuk pemulihannya, pemulihan Nona Biserka sangatlah cepat dan baik. Jadi tidak perlu khawatir." tukas dokter tersebut.

Dokter tersebut melanjutkan perkataannya, "Dan untuk pembukaan perbannya, bisa dilakukan dalam waktu dua minggu kedepan."

Vla mengangguk mengerti. "Baiklah dok, terima kasih banyak atas bantuannya."

Dokter tersebut pun mengangguk dan tersenyum, "Baiklah, Nona Vla. Saya rasa semua hal yang harus saya sampaikan mengenai kondisi Nona Biserka sudah saya sampaikan semuanya kepada Nona Vla. Kalau begitu saya izin pamit dulu." Dokter tersebut segera bangun dari duduknya dan berjalan menuju pintu untuk keluar dari ruang kerja Vla.

Vla membalas senyumnya, dan mengantar dokter tersebut sampai di depan ruang kerja nya.

Baru saja selesai mengantar dokter tersebut dan baru saja dokter tersebut meninggalakan ruang kerjanya, smartphone Vla berdering.

*Cause everyone has their struggle* ringtone smartphone Vla terus berbunyi menunggu sang pemilik smartphone tersebut mengangkat panggilan tersebut.

"Siapa lagi yang menghubungiku di saat seperti ini?!"

Sebelum mengagkat panggilan yang terus berdering di smartphonenya, Vla menyempatkan diri untuk membaca siapa nama penelpon tersebut. "Kael? Mau apa dia menghubungiku?" ucapnya dalam batin. Kemudian dirinya pun mengangkat telpon tersebut.

"Halo? Ada apa Kael? Bicaranya yang cepat aku sibuk." Ujar Vla sembari menutup kembali pintu ruangannya dan beranjak pergi ke ruang medis tempat Biserka berada.

"Santai saja dong Nona Vla. Buru-buru sekali, tuan putri keluarga Canossa ini." ucap Kael dalam panggilan tersebut.

Vla masih berjalan menuju ruang medis dimana Biserka berada, "Cepat katakan ada perlu apa atau aku akan segera menutup telponnya! Kau membuang waktuku sekali, Kael!" Vla mendesis kesal. Dia telah sampai di depan ruangan dimana Biserka dirawat.

"Ah baiklah… baiklah, ada yang ingin kubicarakan denganmu tapi tidak bisa kukatakan melalui telpon." tukas Kael yang akhirnya mengatakan tujuannya menelpon Vla.

"Mengenai apa? Aku sekarang sedang berada di Shanghai menemani urusan bisnis Mataya." Jawab Vla sambil sesekali melihat Biserka melalui celah dari kaca pintu ruangan tersebut.

"Rahasia. Baiklah, kebetulan aku juga sedang berada di Shanghai. Aku akan segera kesana menemuimu."

Vla mengernyitkan alisnya, "Kau juga di Shanghai? Ada urusan apa kau disini? Mencurigakan sekali. Kenapa tidak bilang padaku?"

"Itu… aku belum sempat menghubungimu karena bisnis keluargaku sangat sibuk belakangan ini, hehe. Maafkan aku, tuan putri," ujar Kael sambil mencari-cari alasan.

"Huh, ya sudah lah terserah." Vla mulai malas meladeni Kael.

"Vla, jangan marah okay? Kamu ingin aku bawakan apa agar aku bisa menebus kesalahanku dan kamu tidak marah denganku lagi?" Kael memelas dan memohon kepada Vla.

Vla menyeringai mendengar ucapan Kael yang memelas kepadanya, kemudian dia teringat dengan ucapan dokter sebelumnya mengenai Biserka yang sedang membutuhkan seorang psikolog untuk kesembuhan psikisnya. "Baiklah, jika kau ingin menebus kesalahanmu kepadaku. Aku ingin kamu—"

Kael memotong ucapan Vla yang belum selesai, "For sure bae, I'm yours."

"Persetan denganmu brengsek! Aku belum menyelesaikan ucapanku! Yang ingin kukatakan adalah aku ingin kamu menjadi konsultan untuk Biserka, sialan!" Vla mendesis kesal.

"Hah? Menjadi konsultan untuk Biserka? Tidak-tidak, aku tidak mau. Lagian, sudah lama aku tidak membuka praktik dan terapi sebagai konsultan ataupun sebagai seorang psikolog. Yang ada saudari kembarnya si singa itu jadi gila karena aku dan aku yang akan di hajar oleh Mataya si singa itu, ogah ah. Kamu cari saja konsultan lain ya, tuan putri." Kael menolak permintaan Vla untuk pertama kalinya karena dirinya sangat takut jika harus berhubungan dengan Mataya yang bisa kumat kejamnya sewaktu-waktu.

"Baiklah jika kau tidak mau, tidak apa-apa. Tapi kita sampai disini saja, aku malas punya pasangan yang tidak bisa berguna untukku." Vla mulai mengancam Kael dengan mebawa-bawa hubungannya.

"Eh… aduh, dengarkan aku dulu Vla—" Vla segera menutup sambungan telpon tersebut tanpa membiarkan Kael menyelesaikan ucapannya.

Vla menekuk mulutnya dan memutar bola matanya malas sebelum akhirnya mengoceh sendiri, "Cih, kalau tidak bisa berguna untukku, tidak usah menjadi pasanganku kedepannya."

Vla lalu masuk ke dalam ruangan medis dimana Biserka dirawat, dan menghampiri Biserka untuk mengecek keadaanya sendiri. Dia ingin memastikan dengan mata kepalanya sendiri keadaan Biserka sesuai dengan perkataan dokter saat di ruang kerja miliknya tadi.

*Note*

Halo semuanya! Apa kabar? Aku harap kalian baik-baik saja dan semoga hari kalian menyenangkan.

Aku ingin meminta tolong kepada kalian jika menyukai ceritaku tolong memberikan ulasan terhadap karyaku ini ya dan tambahkan juga ke koleksi kalian agar tidak ketinggalan update!^^

Feel free untuk memberikan saran dan komentar kalian juga^^

Dan jangan lupa untuk menshare cerita ini jika menurut kalian cerita ini menarik^^

Mohon maaf sebelumnya, jika karyaku ini masih banyak kesalahan ataupun alur ceritanya yang tidak sesuai ekspetasi kalian. Namun, sekali lagi, jika kalian mempunyai saran dan kritikan untukku ataupun karyaku jangan sungkan ya untuk memberitahuku di kolom komentar. Aku akan sangat berterimakasih kepada kalian^^

Aku juga ingin mengucapkan terimakasihku dengan setulus tulusnya kepada para pembaca yang setia membaca karyaku sampai di chapter 20 ini. Kuharap kalian tidak bosan dan menemaniku hingga akhir cerita ini^^

Aku akan berusaha semaksimalku untuk karya ini^^

Salam hangat

Chasalla

#Jadwal update: Sabtu & Minggu.

avataravatar
Next chapter