webnovel

Pembullyan Alex

Clara mencoba untuk menarik paksa roknya dari kursi, hingga akhirnya ia berhasil terlepas dari kursi itu. Tapi sayang roknya jadi terkena banyak sekali lem berwarna putih, karna hal itu Clara pun menjadi bahan tertawaan seluruh anak-anak di kelas itu termasuk Alex dan teman-temannya.

Merasa sudah tidak tahan lagi dengan pembullyan yang dilakukan oleh Alex dan teman-temannya, Clara langsung melangkah menghampiri Alex juga kedua temannya dan menatap mereka dengan tajam.

"Dasar manja, kekanakan, sok, pengecut, tidak tahu diri, sampai kapan si kalian mau bully gue terus? Benar-benar ya, cowok kok beraninya sama cewek. Pakai rok aja besok tidak usah pakai celana!" tekan Clara pada ketiga pria most wanted sekolah itu.

Merasa tidak terima dengan kata-kata yang Clara ucapkan, ketiga pria itu pun langsung membalasnya.

"Salah lo sendiri lah, siapa suruh berani melawan gue? Ya itulah akibatnya," jawab Alex dengan kesal.

"Makanya kalau capek kita kerjain, udah deh mending nyerah aja terus minta maaf sama kita!" lanjut Ryan memberi jalan damai.

"Benar kata Ryan, mending lu minta maaf sama kita. Kalau tidak pasti akan lebih parah dari ini, karena ini belum seberapa!" sambung Thomas dengan seringainya.

Clara langsung tersenyum sinis, lalu ia melipat kedua tangannya di depan dada.

"Mimpi aja terus! Sorry ya, gue tidak akan pernah takut sama kalian sampai kapanpun!" tekan Clara dengan yakin.

Setelah mengatakan hal itu Clara kembali duduk di kursinya tanpa memperdulikan ketiga pria itu, tidak lama kemudian wali kelas datang dan pelajaran pun dimulai.

.....

Bel pulang berbunyi, seluruh siswa dan siswi merapikan alat tulis mereka lalu memasukkannya ke dalam tas. Setelah wali kelas keluar, satu persatu siswa dan siswi ikut meninggalkan kelas. Begitu juga dengan Alex dan kawan-kawannya, tapi sebelum mereka benar-benar keluar dari kelas mereka lebih dulu memerintah Clara karna hari ini gadis itu yang bertugas membersihkan kelas bersama beberapa orang lainnya.

"Piketnya yang bersih ya!" titah Alex.

"Harus kinclong Pokoknya, tidak boleh ada noda sedikitpun!" lanjut Thomas.

"Oh iya jangan lupa ya di kolong meja sekalian, harus benar-benar bersih ya! Kalau tidak nanti gue laporin guru loh!" sambung Ryan mengancam.

Clara menatap kesal ketiga pria itu, sedangkan ketika pria itu senyum puas sambil Melambaikan tangan pada Clara.

"Duluan ya, bye bye!" pamit Ryan dan Thomas bersamaan.

Setelah mengatakan hal itu Mereka pun pergi meninggalkan ruang kelas, diikuti Alex dibelakangnya. Kini hanya tersisa Clara sendiri, karena teman sekelas yang piket bersamanya kini sudah selesai mengerjakan tugasnya.

"Clara duluan ya?" pamit teman sekelas itu pada Clara.

"Oh ya, hati-hati ya!" balas Clara dengan santai.

Teman sekelas itu pun melangkah pergi meninggalkan kelas, sedangkan Clara melanjutkan aksi bersih-bersihnya. Clara mulai menyapu dari ujung ruangan ke ujung ruangan lainnya, setelah itu ia membersihkan kolong meja. Dan hanya kolong meja Alex, Ryan dan Thomas lah yang sangat kotor dipenuhi sampah, lalu Clara membersihkan semuanya hingga benar-benar bersih.

"Gila ya mereka, di kira kolong meja ini tempat sampah apa? Bener-bener deh," keluh Clara merujuk pada tiga musuh bebuyutannya.

Tanpa Clara sadari di sisi lain ada seseorang yang memantaunya dari balik pintu kelas, orang tersenyum puas setelah melihat wajah kesal yang Clara tunjukkan.

"Emang enak di kerjain, lagian siapa suruh berani sama gue. Nih gue tambahin, selamat menunggu di dalam kelas!" gumam orang itu dengan senyum puasnya sambil mengunci pintu dari luar.

30 menit kemudian Clara selesai dengan semua tugas piket yaitu, Ia menggendong tasnya dan melangkah akan keluar dari kelas. Tapi entah kenapa pintu kelas malah terkunci, Clara berkali-kali mencoba membuka pintu itu tapi nyatanya tetap tidak bisa. Hari semakin gelap lampu sekolah pun sudah mulai dipadamkan, tubuh Clara perlahan bergetar ketakutan.

"Tolong! Siapapun tolong buka pintunya, saya mau keluar! Tolong!" teriak Clara dengan ketakutannya.

Di sisi lain orang yang mengunci Clara sedang menikmati banyak permainan online di ponselnya, ia sampai tidak sadar jika waktu sudah berlalu dengan cepat. Dan saat ia merasa puas dengan game onlinenya itu, rasa terkejut langsung menyerangnya. Ternyata hari sudah gelap, dan penerangan sekolah pasti sudah di padamkan. Dengan langkah cepat hingga berlari, orang itu kembali ke ruang kelas dimana Clara berada. Tanpa berpikir lagi, ia langsung membuka pintu itu.

Berkali-kali Clara mengetuk pintu dan berharap orang di luar sana yang membukakan pintu itu, sungguh Clara benar-benar ketakutan saat ini. Dan apa yang paling ia takutkan terjadi, lampu ruangan itu padam dan keliling Clara menjadi gelap. Clara beringsut memeluk lututnya di balik pintu, tubuhnya bergetar dan air matanya mulai mengalir di pipinya. Clara benar-benar ketakutan, ia berharap seseorang cepat datang dan membuka pintu.

"Ayah, Clara takut. Di sini gelap, tolong Clara ayah!" gumam Clara dengan tangisnya.

10 menit kemudian, pintu terbuka dengan sendirinya. Clara pun bergegas keluar dari kelas, lalu ia melihat ada pria yang di kenalnya di depan pintu itu. Tanpa ditanyakan lagi sudah tentu pria itulah yang mengunci Clara di dalam kelas. Seketika amarah Clara pun tak terbendung lagi, Ia menghampiri pria itu dan langsung menamparnya dengan keras. Pria itu adalah Alex, orang yang selalu Clara tentang perkataannya.

"Lo mau bunuh gue? Gue paling trauma sama kegelapan, dan lo malah tega-teganya mengunci gue di kelas yang benar-benar gelap. Gue tau lo marah sama gue, lo kesel karena gue selalu menentang lo. Tapi nggak gini caranya, lo bener-bener kelewatan!" kecam Clara dengan emosi dan air mata yang mengalir di pipinya.

Alex terpaku melihat Clara yang menangis dengan tatapan yang terlihat begitu ketakutan, bahkan tubuhnya sampai bergetar. Sungguh Alex benar-benar tidak tau jika Clara trauma dan takut dengan kegelapan, kini perasaan bersalah pun memenuhi hati Alex. Tanpa bisa ia kontrol, tangannya menarik Clara ke dalam pelukannya.

"Maaf," ucap Alex terdengar penuh rasa bersalah.

Benar-benar kejadian yang tidak terduga, entah apa alasannya sehingga Alex malah memeluk Clara. Tapi situasi gaduh itu menjadi tenang, Clara sendiri tidak tahu kenapa ia merasa tenang berada di pelukan Alex. Cukup lama mereka berpelukan, sampai akhirnya Clara tersadar lalu ia mendorong Alex cukup kuat hingga Alex mundur beberapa langkah.

"Lo keterlaluan, lo bener-bener keterlaluan!" ungkap Clara dengan wajah datarnya.

Alex menatap Clara dengan rasa bersalah, ia juga menyesali perbuatannya itu. Jika ia tidak keasyikan main game online mungkin Clara tidak akan setakut itu, karna niatnya juga hanya sebentar saja mengunci Clara di kelas.

Next chapter