6 Kudoakan Kau Impoten!

Allail mendekati Lascrea dengan perasaan murka yang meluap kemudian menggenggam tangan Lascrea dengan erat hingga tanggannya memerah dan menahan tangan Lascrea hingga dia tidak dapat bergerak.

"Apa? Lepas! Lepas! Jauhi aku, jangan sentuh akuu!" Lascrea meronta-ronta namun pria yang ada dihadapannya itu terlampau kuat. Dia merasakan sakit yang amat di pergelangan tanggannya dari bekas genggaman Allail itu.

Allail pun langsung menyobek baju yang dipakai oleh Lascrea dan melepas paksa baju yang dia pakai juga setelah itu.

Lascrea saat itu sangat ketakutan, dia berusaha menutupi tubuhnya akan tetapi tanggannya sama sekali tak dapat digerakkan.

"Lepaskan aku! Hiks, hiks, lepaskan!" tangis Lascrea sambil terus meronta berusaha melepaskan diri dari genggaman Allail itu.

"Mmm, mmm." Allail mengecup Lascrea dengan paksa, Lascrea hanya dapat menerima kecupannya itu dengan tetesan air mata yang mengalir bersamaan dengan rasa malu, sakit dan derita yang diberikan oleh pria yang ada dihadapannya itu.

"Wanita ini, kenapa dia selalu saja menangis saat aku menyentuhnya? Apakah sebegitu tak sukannya dia padaku?" tanya Allail dalam hatinya saat melihat air mata Lascrea yang terus mengalir, ada rasa sakit dalam hatinya saat melihat wanita yang ada dihadapannya itu mengeluarkan air mata, dia seperti tidak ingin apa pun membuat wanita itu terluka namun nyatanya, dia adalah satu-satunya orang yang telah merenggut kebahagiaan dari Lascrea, wanita yang dulunya adalah Amone, belahan jiwanya.

Tiba-tiba tanpa sadar Allail telah melepaskan Lascrea. Dia melepaskan wanita yang sedari tadi terus menangis hingga matanya membengkak dan memerah.

"Pakailah baju yang lain!" kata Allail dengan posisi membelakangi Lascrea sambil melemparkan selimut padanya yang sedang memojok di sudut tempat tidur kala itu. "Malam ini aku tidak akan pulang, aku ada banyak pekerjaan, kamu tidurlah!" lanjutnya lagi yang kemudian langsung bergegas pergi meninggalkan kamar itu dengan dua orang dayangnya yang menyelimutinya dengan jubah kerajaan.

Lascrea yang kala itu sangat syok dan tak bisa berbuat apa-apa, menutup tubuhnya yang telah dilecehkan oleh Allail itu dengan rapat tanpa ada satu pun celah yang terbuka.

"Yang mulia, apakah kami boleh masuk?" tanya kedua datang Lascrea yang menunggu di depan kamar itu untuk melayani Lascrea.

"Huwaaa, hiks, hiks!" tangis Lascrea pecah saat itu, dia benar-benar tidak sanggup lagi menghadapi Allail yang selalu mengubah sikap dan prilakunya itu.

"Ada apa dengan pria itu? Huwaaa, Raja kurang ajar, enggak tahu etika dan tata krama, kudoakan kau impoteeennn!" teriak Lascrea yang sontak membuat Allail yang tengah melihatnya dari bola pengintai sihir memuncratkan minumannya yang tengah ia minum itu.

"Yang mulia, ini...," kata tangan kanan Allail sambil menutup wajahnya karena malu akan perkataan yang diucapkan Lascrea pada Allail itu.

"Kalian semua tutup mata dan telinga kalian! Tidak kuizinkan satu pun dari kalian yang boleh mendengarkan ataupun melihat saat aku tengah mencari tahu keadaan Permaisuri dari bola sihir! Paham?" kata Allail pada seluruh dayang dan bawahannya, termasuk pada tangan kanannya juga.

"Baik, Yang mulia Allail!" jawab mereka semua dengan serempak sambil menunduk pada Allail.

"Bagus." Allail pun membalikan pandangannya ke arah bola itu dan masih memantau Lascrea yang masih menangis sambil memakinya saat itu.

"Apa sebenarnya yang dilakukan wanita itu, apakah benar dia bukanlah Amone?" tanya Allail dalam hatinya dengan satu tangan yang menongkat kepalanya di singgasananya.

Dia sangat bingung, kalau benar wanita yang dia jadikan istri itu adalah Amone kenapa sifatnya sangatlah bertolak belakang dengan Amone yang selama ini telah dia kenal? Allail terus memikirkannya dalam-dalam sambil terus memandangi wajah Lascrea yang tengah menangis itu.

***

Malam pun tiba, Lascrea masih merajuk dikamarnya tanpa mau makan dan minum sedikit pun. Dia sama sekali tidak menyentuh makanan yang dibawakan oleh dayangnya, dia benar-benar teguh dalam pendiriannya sampai Allail datang dan meminta maaf padanya, kemudian melepaskannya kembali ke dunia manusia.

"Aku tidak akan mau menyentuh makanan pemberian Raja yang sinting itu, kalian berdua lebih baik pergi saja, percuma kalian memaksaku di sini, sekali aku bilang a maka akan tetap a, sebaiknya tingalkan aku sendiri!" teriak Lascrea kepada dua orang dayang yang setia melayaninya itu, tiba-tiba...

Brakkk!

Pintu kamar Lascrea dibuka dengan paksa oleh Paula dengan membawa kedua dayang pribadinya.

"Ada ribut-ribut apa ini? Gendang telingaku hampir rusak karena teriakan manusia yang tidak punya tata krama di sini," kata Paula sambil membuka kipas yang ada di tangannya dan mengipaskannya pada dirinya.

"Ada urusan apa kamu datang ke kamarku? Kamu tidak tahu malu yah, ini kamar Raja dan Permaisuri, tidak boleh dimasuki oleh sembarang orang!" bentak Lascrea yang sontak langsung berdiri dan memandang tajam ke arah Paula.

"Oho, hahaha, masih mau mengaku sebagai permaisuri? Apakah kamu tidak tahu, yang dicintai Kak Allail itu bukanlah kamu melainkan cinta pertamanya yang jiwanya menyatu dengan jiwamu," balas Paula dengan tatapan mengejek pada Lascrea.

"A-apa? Apa sebenarnya maksudmu?" Lascrea tergagap mendengar ucapan yang dilontarkan oleh Paula padanya itu.

"Apa kamu masih tidak sadar? Kenapa Kak Allail harus repot-repot membawamu dari alam manusia hingga memaksamu menjadi pengantinnya di neraka ini? Kenapa harus kamu, wanita yang bahkan tidak pernah bertemu dengan Kak Allail sebelumnya," jelas Paula yang sontak membuat Lascrea terdiam dan berpikir.

"Benar juga kata nenek sihir ini, kenapa juga si Raja itu harus membawaku ke sini? Tidak mungkin karena dia jatuh cinta padaku pada pandangan pertama, jelas sekali saat awal dia melihatku dan menyeretku dia selalu menyebutkan nama Amone, Amone, sebenarnya siapa itu identitas asli Amone yang sebenarnya? Apa hubungan wanita itu denganku?" Lascrea berpikir dalam hatinya, separuh perasaannya bertanya siapakah wanita itu dan apa tujuan Allail menyeretnya ke neraka untuk menjadi pengantinnya? Apa karena wanita itu? Akan tetapi separuh dari hatinya terasa sakit saat sadar bahwa wanita yang selama ini diinginkan oleh Allail ternyata bukanlah dirinya, melainkan Amone itu.

Saat Lascrea masih larut dalam khayalannya itu tiba-tiba Allail datang dengan maksud untuk menemuinya.

"Yang mulia Allail tiba," teriak dayang pribadi Allail dengan lantang.

Saat itulah suasana berubah menjadi tegang dan dengan bingung Allail bertanya, "kenapa semua orang ada di kamar Raja dan Permaisurinya?"

Dengan perasaan ragu dan bimbang, Lascrea mendekati Allail perlahan kemudian memandanginya dalam.

"Yang mulia Allail, sebenarnya apa yang kamu inginkan dariku?" tanya Lascrea dengan tatapan tajamnya.

"Apa maksudmu Permaisuri?" tanya Allail bingung.

"Aku ulangi lagi, apa yang kamu inginkan dariku Allail?" Sekarang Lascrea mengubah panggilannya pada Allail.

Saat itu dahi Allail mulai berkerut, dia merasakan akan ada perseteruan lagi antara dia dan wanita yang ada dihadapannya itu, dia pun sontak mengalihkan pandangannya pada Paula.

"Paula, katakan padaku apa lagi sekarang yang telah kamu lakukan!?" tanya Allail dengan perasaan marah.

Bersambung...

avataravatar
Next chapter