5 Hanyalah Alat Penebus Dosa

"Iya, setelah kita menjalani malam pertama, kita harus tidur bersama karena kita adalah pasangan suami dan istri."

Malam pun tiba, Lascrea sekarang tengah berbaring di atas tempat tidur mereka berdua. Dengan gelisah dia sama sekali tak dapat memejamkan matanya walaupun hari sudah sangat larut.

"Aduh, bagaimana aku harus menghabiskan malam bersama pria itu lagi? Apakah dia akan melakukan 'hal itu lagi malam ini' ?" Lascrea bertanya dalam hatinya sambil berbalik ke kanan.

"Tapi, kalau aku mau menghindar juga tidak bisa, dia itu sangat kuat dan lagi dia bukan manusia, aduh bagaimana yah?" tanya Lascrea lagi dalam hati sambil berbalik ke sebelah kiri.

Tik-tok, tik-tok, tik-tok.

Suara jam dinding yang terus berjalan begitu pula dengan suara detak jantung Lascrea yang berpacu tanpa henti.

"Aduh jantung please diam! Kamu jangan sampai membuatku malu di depan pria itu," ucap Lascrea sambil berusaha menenangkan dirinya.

Satu jam berlalu...

Dua jam berlalu...

Tiga jam berlalu...

Allail tak kunjung datang. Lascrea bangung dan duduk dengan cepat sambil melepas selimut yang ada di atas tubuhnya itu.

"Di mana dia? Issh, tadi katanya mau datang kok sudah jam segini belum datang juga," ujarnya sambil menatap tajam bergantian pintu masuk kamar mereka dan jam dinding yang masih tetap berjalan itu. "Aduh, sadarkan dirimu Lascrea, kenapa kamu menunggu pria plin-plan itu, no, no, no, jangan sampai kamu tergoda paras tampannya dan tubuh berototnya itu, haha, gila!" Lascrea berusaha mengembalikan pikirannya seperti semula.

Tiba-tiba kedua orang dayangnya pun mengetuk pintu.

Tok, tok...

"Yang mulia Permaisuri, kami ingin menyampaikan pesan Yang mulia Raja, apakah kami boleh masuk?" tanya mereka berdua meminta izin agar bisa memasuki kamar pribadi Lascrea dan Allail.

"Iya, kalian boleh masuk, silahkan," jawab Lascrea, kemudian mereka berdua pun masuk dan memberikan laporan.

"Yang mulia Permaisuri, maaf kami harus mengatakan ini pada Yang mulia yang sedaritadi menunggu Yang mulia Raja kembali, tapi malam ini beliau tidak akan pulang karena ada tugas yang harus beliau kerjakan hingga selesai. Beliau memberikan pesan agar Yang mulia Permaisuri beristirahat dahulu tanpa menunggunya," jelas mereka berdua bersamaan.

"Hahaha, y-ya ampun s-siapa yang menunggu dia, jangan kepedean kalau jadi orang, hih," balas Lascrea terbata-bata karena dia juga berpikir bahwa dia menantikan kepulangan Allail. "Yasudah, yasudah, kalian boleh pergi sekarang, aku mulai ngantuk nih jadi aku mau tidur," lanjut Lascrea.

"Baiklah Yang mulia Permaisuri, kalau begitu kami pamit undur diri," ucap mereka berdua kemudian memberikan hormat dan kembali ke tempat mereka masing-masing.

Setelah mereka keluar dan menutup kembali pintu kamar itu, Lascrea termenung, belum pernah dia merasa kesepian seperti ini walaupun dia selalu tidur dan latihan sendirian di dorm saat masih di dunia manusia.

"Jahat, pria jahat!"

Setelah mengucapkan itu tanpa sadar Lascrea telah tertidur.

***

"Hmm? Apa ini? Sangat hangat," gumam Lascrea sambil memeluk sesuatu yang terasa seperti kulit manusia, tiba-tiba dia membuka matanya perlahan.

Lascrea memelototkan matanya, wajahnya menjadi semerah buah peach, saat dia sadar sedaritadi tangannya itu ternyata memeluk sosok yang dia tunggu-tunggu kedatangannya.

Pria gagah yang tengah tidur dalam posisi baju yang tak dikenakannya. Perlahan Lascrea memandanginya dalam-dalam. Bulu mata yang lentik, kulit yang eksotis, rambut panjang yang diurai, bibir sexy yang tipis nan menggoda membuat Lascrea tak dapat berpikir jernih.

"Ya ampun Lascrea sadarkan dirimu, dia ini bukan manusia, entah dia itu apa tapi kamu tidak boleh sampai tergoda olehnya!" Lascrea menepuk wajahnya dengan kedua tangannya secara bersamaan untuk mengembalikan pikiran jernihnya.

Tiba-tiba pria yang tengah tertidur pulas itu membuka kelopak matanya dan memandang sayu pada wajah Lascrea.

"Amone, kamu harus tidur! sekarang bukan saatnya kamu mengagumi ketampananku," ucap Allail sambil mendekap tubuh Lascrea dalam pelukannya.

"Lepaskan Aku, aku tidak bisa tidur kalau begini!" Lascrea mencoba melepas dekapan Allail namun tak kunjung terlepas.

"Bersabarlah sebentar Amone, aku sangat capek hari ini, tapi karena aku mengingatmu jadi aku datang kemari, kamu tidurlah dengan diam!" pinta Allail sambil mendekatkan kepala Lascrea ke bahunya dan mengecup keningnya lembut.

Lascrea pun tak memiliki pilihan lain, dia kalah dari ucapan pria yang membuat jantungnya berdegup kencang itu.

"Iya aku akan tidur, tapi.... aku bukan Amone," guman Lascrea dengan air mata yang mengalir dalam diam kemudian menutup matanya.

Entah kenapa saat Allail memanggilnya dengan sebutan wanita lain, hatinya terasa amat sakit, dia hanya ingin pria itu mengenalnya dengan dirinya sendiri bukan dengan melihat wanita lain dalam dirinya.

***

Pagi pun tiba, Lascrea masih dalam dekapan Allail saat membuka matanya. Bersamaan dengan dia membuka mata, pria yang mendekapnya dengan lembut itu turut membuka matanya.

"Selamat pagi, Amone," sapa Allail dengan senyuman manisnya yang terasa seperti musim semi di mata Lascrea.

"Pa-gi?" Tiba-tiba Lascrea melepaskan dekapan Allail dan bangun dengan cepat kemudian duduk.

"Ada apa Amone? Kenapa kamu tergesa-gesa seperti itu? Ini masih pagi," ucap Allail dengan wajah yang didekatkan pada Lascrea, berusaha untuk memberikan kecupan selamat pagi di bibir cantiknya itu.

"Stop!!" Lascrea menghentikan bibir Allail yang sisa beberapa senti saja sudah sampai di bibir Lascrea.

"Kenapa Amone? Ada yang salah?" tanya Allail bingung.

"Kamu!" Lascrea memelototkan matanya. "Aku ingin bilang sesuatu padamu, berhenti memanggilku Amone, aku bukan Amone, aku Lascrea, L-A-S-C-R-E-A, Las-c-rea, bukan Amone," kata Lascrea dengan tegas sambil mengejakan namanya.

"Apakah kamu masih belum mengingat kehidupan masa lalumu?" tanya Allail dengan mata yang disipitkan dan dahi yang mengerut.

"Aku tidak tahu dengan masa laluku, sekarang yang ada disampingmu ini adalah seorang ballerina berusia dua puluh tahun yang bernama Lascrea, bukan Amone. Aku tidak tahu siapa itu Amone, tapi aku sudah sangat capek mendengarmu memanggilku dengan namanya."

"Jadi menurutmu kamu bukan Amone yang kukenal?" Ekspresi Allail mulai berubah.

"Aku tidak peduli dengan Amone mana yang kamu kenal atau siapapun dia, kalau kamu tidak mau memanggilku dengan nama asliku, kembalikan aku ke dunia manusia, aku tidak mau tinggal dengan orang yang selalu memanggilku dengan nama wanita lain, oh ya salah, kamu bahkan bukanlah orang," jelas Lascrea sambil menatap tajam Allail

Mendengar ucapan Lascrea bahwa dia sebaiknya dipulangkan ke dunia manusia saja membuat emosi Allail bangkit, dia kemudian menggenggam erat lengan Lascrea dan langsung di banting ke kasur.

"Aww, sakit!" Lascrea meringis kesakitan.

"Apa kamu bilang? Sampai mati pun kamu tidak akan bisa kembali ke dunia manusia, kamu akan terus menemaniku sebagai permaisuriku sampai kamu mati, itulah cara agar kamu dapat menebus dosa yang kamu lakukan bersama para malaikat hina itu!"

Lascrea saat itu sadar bahwa pria ini sama sekali tidak pernah mencintainya, dia hanyalah alat sebagai penebus dosa atas kesalahan yang sama sekali tak pernah dia lakukan.

Bersambung...

avataravatar
Next chapter