11 Bab 11 Pelangan Baru

Andrea tak bisa menghilangkan senyumannya saat mengingat bagaimana perlakuan manis Daren setelah ciuman mereka di dalam mobil. Lelaki itu memang sedikit sinis, tapi sangat memanjakan dirinya dengan uang dan kasih sayang, menurutnya. Andrea benar-benar tak bisa menahan hatinya untuk tidak jatuh cinta kepada lelaki paruh baya itu. Lelaki yang benar-benar bisa membuatnya merasa sangat di cintai sekaligus di manjakan. Andrea mengingat setiap inci kegiatannya bersama Daren hingga tak sadar sudah melewatkan beberapa jam waktu yang seharusnya ia gunakan untuk mengerjakan tugas. Dengan segera ia bangkit dan mencari tasnya. Dengan segera Andrea membuka lembaran tugas yang tadi ia dapat dari kampus. "Ah,, kau benar-benar mengalihkan duniaku Pak Tua," gumam Andrea sembari terkekeh geli dengan perilakunya sendiri.

Andrea tengah sibuk dengan beberapa buku dan laptop di hadapannya ketika ponselnya berdering menandakan ada panggilan masuk. Ia melirik sepintas untuk melihat ID Caller dan pandangannya seketika berubah menjadi binar bahagia saat mendapati nama Reyma di sana.

"Hai Re," sapa Andrea setelah menggeser tombol hijau.

"…."

"Aku pun baik. Sangat baik malah. Ada apa?" tanya Andrea dengan antusias karena Reyma tentu tidak akan menghubunginya jika tidak ada yang penting.

"...."

Sekali lagi mata Andrea berbinar mendengar penuturan sahabat baru yang hanya di kenalnya dalam waktu dekat itu. "Tentu. Aku tidak sabar untuk bertemu denganmu," ucapnya kemudian menutup telpon dan segera kembali mengerjakan tugas.

Weekend, hari yang sangat di puja oleh Andrea karena ia akan bertemu dengan Reyma. Ia sudah tak sabar dan bergegas menuju kamar mandi saat melihat jam yang kini menunjukkan pukul 09.00 dengan segera Andrea mempersiapkan diri karena Reyma mengatakan ada kejutan untuknya. Ia pun kini tengah siap dengan pakaian yang dibilang cukup seksi meskipun memoles dirinya dengan make up yang sangat natural. Andrea bergegas menuju lift dan berharap tak bertemu dengan Azka karena hal itu akan sangat membuat moodnya berantakan. Ia pun bernapas lega karena ternyata suasana pagi itu sangat sepi. Andrea sedikit bersorak karena ternyata taksi yang di pesannya sudah menunggu di lobi apartemen jadi ia tak perlu menunggu hingga menjadi pusat perhatian karena pakaiannya yang seperti kekurangan bahan.

Sampai di tempat mereka janjian, Andrea merutuki dirinya sendiri yang mengikuti keinginan Reyma untuk berpakaian seksi. Tempat itu adalah restaurant mahal dan kemungkinan sudah mengenal siapa papanya. Dengan susah payah Andrea menutupi wajahnya agar tidak ada yang mengenali. Ia pun bernapas lega saat melihat Reyma sudah menunggunya. "Hei, kenapa aku harus menggunakan pakaian kekurangan bahan ini?" kesalnya karena baju itu di kirim oleh Reyma untuknya.

Reyma terkekeh. "Pelangganmu kali ini lelaki yang lebih muda dari Daren. Tentu saja kau harus bisa membuatnya tertarik padamu," katanya diiringi kerlingan mata nakal membuat Andrea mau tak mau ikut menyunggingkan senyum.

"Baiklah. Di mana dia?" tanya Andrea pada akhirnya.

Reyma memberi isyarat kepada Andrea untuk bangkit dari duduk dan mengikutinya. Ia pun membawa sahabatnya itu untuk bertemu dengan lelaki tampan yang terlihat sedang menunggu seseorang. "Hai Riko. Sudah lama menunggu?" suara Reyma membuat Andrea menengadahkan kepalanya menatap lelaki muda tampan yang kini tengah tersenyum manis ke arahnya.

"Hai Rey. It's okay." Jawab lelaki bernama Riko itu dengan sangat ramah membuat Andrea tersenyum dalam hati.

"Ah ya, kenalkan ini Andrea. Sesuai pesananmu, dia muda dan cantik," ucap Reyma membuat Andrea tersipu. "Baiklah, aku tinggal kalian. Silakan habiskan waktu kalian untuk saling mengenal," ucap Reyma lagi sebelum berlalu entah kemana.

"Hai, aku Andrea," Andrea mengulurkan tangannya untuk berkenalan, namun ia di buat terkejut dengan sikap Riko yang justru menariknya dengan kuat hingga dirinya jatuh ke dalam pangkuan lelaki yang entah sejak kapan sudah memutar kursinya berlawananan dengan meja.

"Aku tidak butuh basa-basi," ucapnya dingin sembari mengusap pinggang Andrea beberapa kali hingga membuat sang empunya merasa tidak nyaman. "Ikutlah denganku," ucapan lelaki itu benar-benar tidak bisa di tolak. Andrea menurut saja tanpa perlawanan.

Tak bisa di duga, Riko langsung membawa Andrea ke sebuah hotel yang mewah yang ada di tengah kota. Andrea mulai menerka jika lelaki di sampingnya ini adalah tipe yang sama dengan Daren. Ia pun mengikutinya tanpa penolakan. Ia bahkan tak bertanya untuk apa siang-siang begini mereka mendatangi hotel karena biasanya Daren membawanya ke hotel untuk makan siang dan bersantai. Pikiran Andrea sudah membayangkan saja perlakuan manis lelaki yang baru saja ia kenal itu.

Sampai di kamar Andrea di buat terkejut dengan dorongan kuat Riko hingga membuatnya jatuh terjerembab ke atas kasur king size. Dengan segera lelaki itu bahkan menindih tubuhnya dan mencumbunya dengan sangat kasar. Andrea benar-benar kesakitan karena lelaki itu sama sekali tidak memiliki kelembutan. Rasanya sangat perih, sepertinya bibirnya terluka. Dengan sopan Andrea mencoba melepas ciuman itu dan memandang lekat wajah Riko yang terlihat di penuhi dengan gairah. Andrea mengusap sudut bibir Riko yang justru membuat lelaki itu semakin brutal mencumbunya. Andrea benar-benar sudah tidak tahan dengan perlakuan lelaki yang kini semakin mengungkung tubuhnya itu. Ia kembali mendorong pelan dada Riko, namun tak juga membuat lelaki itu melepaskan pagutannya. "Lepppasskan akkkku," dengan susah payah Andrea mengucapkan dua kalimat itu.

Riko mendengus kesal. "Layani saja aku dan jangan banyak protes," katanya dengan sangat sinis seolah merendahkan Andrea.

"Melayani?" tanya Andrea dengan sedikit khawatir.

"Ya, bukannya itu sudah tugasmu? Aku membayarmu untuk menyenangkan aku," ucapnya semakin meremehkan.

"Aku tidak mau. Tugasku hanya menemanimu, bukan menyenangkanmu di atas ranjang," ucapnya dengan tangan bergetar.

"Aku tidak mau rugi dengan membayar mahal," ucap Riko masih berusaha menekan Andrea semakin masuk ke dalam dekapannya.

"Tolong jangan. Aku tidak menjual tubuhku," ucap Andrea sudah mulai terisak.

"Lalu untuk apa Reyma membawamu kepadaku?" Riko sudah tampak kesal karena kesenangannya terusik oleh penolakan Andrea.

"Aku mengiyakan permintaan Reyma untuk menemanimu, bukan untuk menjadi pelampiasan nafsumu," ucap Andrea dengan sedikit memberanikan diri. "Kau boleh memintaku melakukan apa pun kecuali meniduriku," Andrea kembali terisak setelah melanjutkan ucapannya itu membuat Riko tercengang.

"Maafkan aku Andrea, aku tidak bermaksud untuk melecahkanmu," ucapnya dengan penuh penyesalan kemudian meraih Andrea untuk membawa gadis itu ke dalam dekapannya. Ia benar-benar menyesal setelah melakukan hal itu. "Maafkan aku," ucapnya lagi sembari beberapa kali menyematkan kecupan di puncak kepala Andrea. Riko bernapas lega saat merasakan napas Andrea begitu teratur. Ia yakin saat ini Andrea tertidur karena telah menghabiskan banyak tenaga untuk melawan tubuhnya dan menangis.

Riko merebahkan tubuh Andrea dengan sangat nyaman dan menyelimutinya sampai di dada kemudian meninggalkan gadis itu untuk mengambil minuman yang tersedia dalam mini bar. Ia mengusap kasar wajahnya mengingat hal kasar yang baru saja ia lakukan kepada gadis cantik yang kini tengah tertidur pulas itu. Riko berjalan pelan mendekati sisi ranjang di mana Andrea tertidur. Ia mengusap sisa-sisa airmata Andrea yang mengingatkannya pada kelakuannya tadi. Ia merutuki dirinya yang telah melakukan hal memalukan kepada seorang gadis muda. Ia pun tersenyum saat menyadari wajah cantik Andrea. Ia sedikit heran dengan gadis yang menurutnya polos itu. Untuk apa gadis seperti Andrea mau menjajakan dirinya menjadi sugar baby. Apakah ia juga berasal dari kalangan menengah ke bawah seperti Reyma. Riko menundukan kepalanya agar sejajar dengan Andrea kemudian mencium sekilas bibir ranum yang sejak pertama bertemu sudah sangat menggodanya itu. Senyum tipis Riko mengembang setelah menjauhkan wajahnya dari wajah ayu gadis itu.

Andrea akhirnya terbangun saat mendengar suara dering ponsel yang memekakan telinga. Sejenak ia termenung dan terperanjat ketika menyadari bahwa ia sedang berada di kamar hotel. Seketika ia pun menyibak selimut yang menutupi tubuhnya.

"Hai putri tidur, akhirnya kau bangun juga," suara Riko membuat Andrea terperanjat dan kemudian kembali mengalihkan pandangannya pada pakaian yang di kenakannya. Ia pun bernapas lega karena semua masih lengkap membuat Riko terkekeh. "Aku tidak menyentuhmu," ucapnya menyadari jika Andrea masih mengingat kejadian sebelum akhirnya ia jatuh tertidur. Lelaki itu pun mendekati Andrea kemudian mengecup keningnya singkat. Ia pun menginstruksikan gadis itu untuk bangun dan mengajaknya segera keluar hotel dan menuju restaurant terdekat. Menahan gairah yang sudah membara ternyata membuat Riko kelaparan saat ini. Ia ingin segera mengisi perutnya dan mengisi yang lain dengan hal lain juga. Riko mengajak Andrea duduk di sisi pojok restaurant.

"Kenapa harus di sini?" tanya Andrea.

"Di sini kau bisa melihat sekitarmu dengan leluasa," jawabnya santai. "Kemarilah, kau mau makan apa?" katanya lagi membuat Andrea tersenyum senang.

"Samakan saja dengan pesananmu, aku bukan pemilih," sahut Andrea membuat Riko tersenyum nakal.

"Tapi kau memilih untuk tidur dibandingkan menemaniku," ejek Riko di sela senyuman yang belum hilang.

"Kau meminta sesuatu yang memang tidak seharusnya kau dapatkan," kesal Andrea membuat Riko terkekeh.

"Aku membayar mahal untuk tubuhmu," ketus Riko membuat Andrea semakin tidak tahan.

"Aku tidak mau," balas Andrea tak kalan ketus.

"Sudah berapa pria yang menikmati tubuhmu?" tanyanya membuat darah di kepala Andrea mendidih.

avataravatar
Next chapter