17 16. I'm Pregnant

Jungkook membopong tubuh ringkih Eunha menuju mobil ambulans. Lelaki itu menggenggam erat jemari Eunha sembari merapalkan doa didalam hati. Sirine ambulans berbunyi kemudian mulai meninggalkan lokasi syuting. Semua staf dan pemain menatap ambulans yang mulai menjauh dengan sendu, semoga Eunha baik-baik saja.

"Kenapa dia itu menyusahkan sekali? Besok apa lagi ulah yang akan dia buat?". Kata So Hee kemudian. Hye Young dan Se Kyung menatap tidak suka kearah gadis itu. Haruskah So Hee mengatakan hal yang menyakitkan disaat seseorang sedang dalam kondisi mengkhawatirkan?

"Jika kau tidak menyukai-nya cukup diam. Mungkin Eunha tumbang seperti itu juga karena tertekan dengan  sikapmu!". Sahut Hye Young kemudian berlalu diikuti Se Kyung. So Hee menatap keduanya dengan tatapan tidak mengerti.

"Kenapa semua orang membelanya? Awalnya aku mencoba untuk bersikap biasa saja padanya, tapi semakin kesini kenapa tingkahnya sangat mengganggu?". Gumam So Hee sembari bersedekap dada. Lebih bagus jika ia yang menjadi pemeran utamanya, menjadikan artis rookie sebagai pemeran utama bukankah ide yang buruk? Mungkinkah Wooseok menyesalinya?

Ambulans telah sampai di rumah sakit Seoul, Jungkook ikut membantu mendorong ranjang Eunha menuju UGD. Sejin belum sampai karena lelaki itu mengikuti ambulans dengan mobilnya. Perawat menahan Jungkook yang hendak masuk kedalam ruang UGD. Lelaki itu mengacak rambutnya frustrasi dan terduduk di kursi ruang tunggu.

Nafasnya memburu, lelaki itu tidak bisa tenang. Jungkook mengusap wajahnya beberapa kali, tangannya gemetaran. Ya Tuhan, semoga Eunha-ku tidak apa-apa.

"Bagaimana keadaan Eunha?". Jungkook menoleh kearah Sejin yang datang dengan tergopoh-gopoh. Lelaki itu tentu saja mengkhawatirkan Eunha yang sudah ia anggap seperti anak sendiri.

"Dokter sedang memeriksanya, apakah aku terlalu kasar padanya hingga dia jadi seperti ini?". Tanya Jungkook. Sejin mengusap pundak Jungkook lembut, lelaki itu tahu jika orang yang duduk di sampingnya ini memiliki perasaan lebih pada Eunha.

"Semua pasti akan baik-baik saja. Member Gfriend memang sering tumbang karena kelelahan". Hibur Sejin. Begitu kerasnya member Gfriend berlatih apalagi saat mendekati comeback seperti ini. Sejin berspekulasi jika Eunha hanya kelelahan, Jungkook sedikit dibuat lega. Setidaknya Eunha tidak terluka parah.

Sementara itu didalam ruang UGD, Eunha masih memejamkan matanya. Satu dokter dan perawat masih memeriksa tubuh Eunha. Dokter tersebut mengernyitkan dahinya bingung.

"Bukankah nona ini seorang idol grup terkenal?". Tanyanya yang tidak asing dengan wajah Eunha. Tangan dokter tersebut terus meraba-raba perut Eunha.

"Kurasa iya, apa yang terjadi dengannya".

"Dia hamil, apa ini tidak berbahaya untuknya?". Dokter tersebut menatap Eunha dengan cemas. Bukankah jika wanita ini hamil, kariernya akan hancur. Lalu siapa yang menghamilinya?

"Mungkin setelah ini dia akan meminta pil untuk menggugurkan kandungnya. Hal itu sudah sering terjadi". Sahut perawat tersebut enteng. Dokter mengangguk setuju, baru juga hendak keluar untuk mengabarkan berita ini pada orang yang ia anggap sebagai wali Eunha, Eunha mengerang dan hal itu membuat dokter tidak jadi keluar.

"Syukurlah kau sudah sadar". Dokter kembali memeriksa keadaan Eunha. Wajah wanita itu masih pucat, kepalanya juga sedikit pusing.

"Apa yang terjadi padaku dokter? Badanku rasanya tidak enak akhir-akhir ini?". Tanya Eunha dengan suara lemahnya. Dokter mengulum senyum manis sebelum menjawab.

"Itu hal yang wajar karena kau sedang hamil muda".

Deg!

Dunia Eunha rasanya runtuh seketika, wanita itu menatap dokter dengan tatapan tidak percaya. Ini tidak mungkin, tidak mungkin ia hamil secepat ini. Lalu ia hamil anak siapa? Sudah jelas anak Jungkook!

"Hamil?...". Eunha terkekeh dibuatnya.

"Tidak mungkin dokter, mungkin anda salah. Aku hanya kelelahan saja". Sangkal Eunha yang tidak mau hamil. Jika ia hamil disaat seperti ini, apa kata orang-orang diluaran sana? Yang ada ia tambah dibenci. Ia pasti akan dituduh mencoreng nama baik Gfriend.

"Tapi kau memang sedang hamil nona, kami pihak rumah sakit tidak akan membocorkan hal ini pada siapapun. Kau tidak perlu takut". Kata dokter tersebut menenangkan, Eunha mengusap perutnya yang masih rata. Di dalam sini ada bayi, Eunha meneteskan air matanya.

"Kami akan memberitahukan pada...".

"Tidak usah, aku yang akan mengatakan pada mereka". Cegah Eunha. Jungkook tidak boleh tahu soal ini. Ia tidak menyalahkan siapapun atas kehamilannya, termasuk Jungkook. Wanita itu menganggap jika ia hamil karena kecerobohan. Eunha berniat menyimpan rapat-rapat soal kehamilannya ini sampai ia menemukan jalan keluarnya.

--000--

"Sungguh hanya karena kelelahan? Bukan karena hal lain?". Tanya Jungkook sekali lagi. Eunha mengulas senyum kecil, ia terpaksa harus membohongi Jungkook. Maaf, bukan sekarang waktunya mereka bersatu.

"Heum, lambungku bermasalah. Karena itu aku pingsan tadi". Jungkook menggenggam erat jemari Eunha, lelaki itu mengecup punggung tangan Eunha lumayan lama.

"Syukurlah, aku cemas sekali tadi". Eunha rasanya mau menangis saja. Bagaimana ini ia hamil? Apa yang harus ia lakuan? Apakah bayi yang ada didalam kandungannya harus ia pertahankan? Wanita itu menatap Jungkook lamat-lamat.

"Kadang aku iri dengan Chen sunbaenim, dia berani mengambil resiko untuk mendapatkan hidup yang diinginkan. Kenapa ya aku tidak seberani itu?". Tanya Eunha sembari menunduk dalam. Andai ia memiliki nyali sedikit lebih besar, mungkin ia akan mengatakan yang sejujurnya pada Jungkook.

"Pria sejati memang harus seperti itu. Berani berbuat, berani bertanggung jawab. Aku juga akan melakukan hal yang sama jika itu terjadi padamu". Eunha mendadak gugup begitu mendengar jawaban Jungkook. Wanita itu bergerak tidak nyaman, haruskah ia mengatakannya?

"Itu tidak mungkin terjadi, kau kan selalu berhati-hati". Kekeh Eunha yang membuat Jungkook mengangguk.

"Ne, aku selalu berhati-hati". Sahut lelaki itu asal. Jungkook merapatkan tubuhnya dan hendak mencium pipi Eunha tapi wanita itu buru-buru menjauhkan diri.

"Ya! Kita sedang dirumah sakit! Apa yang kau lakukan?!". Protes Eunha. Eunha sudah dipindahkan keruang rawat, ia boleh pulang besok pagi. Member Gfriend dan BTS sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit.

"Mencium-mu, memangnya tidak boleh?". Sahut Jungkook cepat bahkan lelaki itu sudah naik diatas ranjang rumah sakit. Eunha mengerang sebal, pantas saja ia cepat hamil. Jungkook saja nafsu-nya besar seperti ini.

"Setidaknya tahulah tempat Kook... ya! Jeon Jungkook!". Teriak Eunha saat Jungkook memasukan tangan kedalam kaosnya dan meremas dada-nya lembut.

Sementara itu di lobi rumah sakit, BTS dan Gfriend saling membungkuk sopan. Mereka didampingi oleh Sihyuk dan Sungjin. Pokoknya BTS dan Gfriend tidak boleh cinlok, begitu katanya. Karena mereka tidak mau terjadi perang saudara antar fans.

"Kau itu jangan terlalu keras pada Gfriend, mereka kan yeoja. Sudah gerakan sefenomenal itu, ditambah harus latihan sampai larut malam". Kata Sihyuk memberi nasehat, member Gfriend mengangguk setuju. Mereka itu yeoja tapi kenapa hidupnya seperti namja? Huhu...

Mereka terus mengobrol hingga akhirnya sampai di depan pintu rawat Eunha. Yuju yang hendak membuka pintu mendadak urung karena mendengar suara-suara aneh dari dalam. Gadis itu menatap kearah yang lain dengan wajah blank.

"Ada apa Yuju-yaa?". Tanya Sowon dengan sabar. Yuju memberi kode dengan cara menempelkan telunjuknya didepan mulut agar semua-nya diam.

"Nghhhhh.... shhhh....". Semuanya meneguk ludah susah payah. Apa yang sedang terjadi didalam sana.

"Ya! Ya! Jangan berfikir kotor dulu, mungkin saja Jungkook sedang mengobati Eunha". Kata Taehyung sambil tertawa garing. Semakin mencoba untuk berfikir positif, namun suara didalam sana justru semakin memprihatinkan. Jungkook dan Eunha mendesah bersahut-sahutan.

"Aku tidak mendengar apapun!".

Cklek!

Bang Sihyuk langsung membuka pintu ruang rawat Eunha. Jungkook reflek berbaring di samping Eunha dan langsung menutupi tubuh keduanya dengan selimut. Mereka tidak melukakan sex, hanya sampai half-naked saja.

"Sa-Sajangnim". Kata Eunha dengan gugup. Wanita itu mengumpati Jungkook di dalam hati. Eunha sudah menolak tapi dipaksa-paksa, akhirnya kepergok-kan.

"Pakailah baju-mu! Ada yang ingin ku bicarakan padamu". Kata Bang Sihyuk tegas. Jungkook menurut, lelaki itu tahu jika ia hendak diomeli. Sementara itu Sungjin menatap Eunha sambil menggelengkan kepalanya, sejak kapan anak asuhannya itu jadi nakal?

--000--

"Ku peringatkan padamu sekali lagi Kook, berhentilah membuat masalah". Tegur Sihyuk yang membuat Jungkook menunduk dalam.

"Ne Sajangnim, aku khilaf". Kata Jungkook menyesal. Sihyuk menatap Jungkook serius, kapan Jungkook akan menurut padanya.

"Sudah sejauh apa hubunganmu dengan Eunha?". Jungkook mengangkat kepalanya, lelaki itu tahu kemana arah pikiran Sihyuk.

"Seperti apa yang kau lihat Sajangnim, bukankah aku harus bertanggung jawab karena telah menidurinya? Aku...".

"Kau pikir apa yang sedang kau katakan?!". Bentak Sihyuk kalap. Jungkook ini benar-benar menguji kesabarannya sekali.

"Jangan berharap kau bisa bersama dengan-nya! Selama kau masih terikat kontrak, aku menentang hubungan kalian!". Putus Sihyuk yang sama sekali tidak bisa Jungkook bantah. Lelaki itu menghembuskan nafasnya pelan.

"Tapi jika hanya berteman, kau tidak melarangnya kan?". Dan pada akhirnya hubungan Jungkook dan Eunha tidak semudah itu bisa berubah. Just friend? Entah sampai kapan.

Ditempat lain, Eunha juga sama seperti Jungkook. Wanita itu dimarahi habis-habisan lantaran Sungjin menganggap jika Eunha membuat ulah akhir-akhir ini karena bergaul dengan Jungkook. Lalu bagaimana jadinya jika Sungjin tahu Eunha sedang hamil anak Jungkook?

"Hubunganmu dengannya tidak boleh lebih dari sekedar teman. Interaksi kalian juga harus dibatasi, hanya boleh di lokasi syuting saja. Arra?!". Eunha mengangguk patuh, wanita itu tidak mungkin kurang ajar dengan menolak perintah Sungjin. Biar kehamilannya cukup ia yang tahu, Eunha telah berfikir ribuan kali. Bayi ini tidak boleh lahir.

Setelah semua orang sudah pulang, wanita itu mulai berfikir keras. Dimana ia bisa mendapatkan pil untuk menggugurkan kandungannya? Ia tidak percaya sepenuhnya pada dokter yang mengaku akan tutup mulut. Media itu licik, mereka pasti akan menyuap orang-orang agar mau buka mulut dan membocorkan aib idol.

"Ah? Hyemi. Bukankah dia perawat?". Eunha langsung mencari kontak Hyemi sahabat baiknya sejak SMP, kebetulan gadis itu seorang perawat dirumah sakit. Eunha yakin gadis itu pasti bisa membantu. Eunha menggigit kuku jarinya cemas, menunggu jawaban dari Hyemi.

"Yeobseo? Hyemi-Ahh!". Eunha lega luar biasa saat Hyemi akhirnya mengangkat telepon darinya.

".....".

"Oh Ne...". Eunha menatap kearah pintu ruang rawat sebelum melanjutkan perkataannya.

"Bisakah kau memberiku pil untuk menggugurkan kandungan?". Lanjut Eunha dengan suara lirih. Wanita itu menggigit bibir bawahnya cemas. Ini keputusan yang tepat, toh hubungannya dengan Jungkook tidak mendapatkan dukungan dari siapapun, lalu untuk apa bayi ini dipertahankan?

".....".

"Heum aku melakukan kesalahan".

".....".

"Dimana aku bisa mengambil pil-nya?".

"Pil apa?". Eunha reflek menjatuhkan ponselnya saat Jungkook tiba-tiba masuk kedalam ruangan. Wanita itu menatap Jungkook dengan raut cemas yang kentara sekali.

"Kenapa diam saja? Kau sedang menelefon siapa?". Tanya Jungkook yang beringsut mendekati Eunha. Eunha buru-buru mematikan sambungan telepon dan tersenyum kikuk kearah Jungkook.

"Ah? Anni, aku hanya meminta Yerin Eonnie untuk memintakan pil agar lambungku tidak perih lagi". Sahut Eunha berbohong. Jungkook mengangguk, lelaki itu hendak mengatakan sesuatu pada Eunha tapi nampak ragu.

"Ada yang ingin kau bicarakan?". Tanya Eunha sembari membenahi letak selimutnya. Jungkook mengusap pelan pipi Eunha.

"Soal Bang Sihyuk tadi...".

"Arra. Sajangnim juga mengatakan hal yang sama padaku. Sudah kubilang jika kita hanya bisa berteman, tapi kau malah memaksa". Kata Eunha yang mencoba terlihat tegar. Jungkook menggenggam erat jemari Eunha.

"Mianhae Eunha-yaa aku memang egois. Tapi bagaimana ini, aku sudah terlanjur mencintaimu". Jungkook meneteskan air matanya. Eunha mengusap pundak Jungkook pelan, ia-pun juga merasakan hal yang sama.

"Kau tahu aku percaya satu hal...". Jungkook mengangkat kepalanya untuk menatap wajah Eunha.

"Sejauh apapun kita terpisah, jika memang berjodoh pasti akan kembali bersatu. Jika memang kau bukan jodohku, aku tidak menyesal pernah menjadi milikmu meski hanya sebentar". Jungkook langsung memeluk Eunha erat-erat. Lelaki itu menangis dipundak Eunha.

"Bagaimana mungkin aku bisa melepaskan wanita seperti ini?". Eunha tersenyum tipis, wanita itu membalas pelukan Jungkook tak kalah eratnya. Eunha mengusap perutnya perlahan...

"Maaf Nak, kita tidak mungkin menjadi keluarga". Batin Eunha.

--000--

avataravatar
Next chapter