7 7. Jangan Khawatir, Aku Disini

Keringat dingin membasahi tubuh Chelsea. Sudah berkali-kali ia bolak-balik dalam kamarnya. Gadis itu akhirnya duduk di atas kasur, ia membuka layar ponsel yang sejak tadi ia pegang, memencet layar ponsel tersebut dan terdengar sambungan telepon.

Jantungnya serasa mau copot saat begitu mendengar sambungan telepon tersebut berbunyi.

["Halo,"] Jawab orang di seberang sana dengan nada yang dingin.

"Ha—halo, Pa, ini Chelsea," kata Chelsea. "Papa apa kabar?"

["Saya tidak ada waktu banyak, cepat katakan apa yang mau kamu katakan. Jangan terlalu banyak basa basi,"]

"Iya, Pa. Pa, apa besok Chelsea bisa menemui papa? Ada yang mau Chelsea bilang ke papa dan ini sangat penting...," Chelsea menggantungkan perkataannya. "Soal pernikahan Chelsea."

["Kamu menikah ya menikah saja. Tidak ada urusannya sama saya. Sudah ya."]

"Ha—halo? Halo pa?"

Sambungan telepon terputus begitu saja.

Air mata yang sejak tadi dibendungnya kini sudah keluar membanjiri kedua pipinya. Sebenarnya apa salah Chelsea sih pa? Kenapa papa sampai membenci Chelsea sebegitunya? tanyanya.

===

Rexan melempar ponselnya ke meja yang ada di hadapannya. Ia menyenderkan bahunya pada sofa yang sedang ia duduki di bar tersebut. Ia menghela nafasnya panjang.

Teman-temannya—Jodie, Calvin, Marcell—yang melihat Rexan bereaksi seperti itu hanya saling melihat satu sama lain.

"Kenapa Rex? Kenapa lagi?" tanya Calvin.

"Liat aja headline berita hari ini," balas Rexan.

Jodie meletakkan gelas yang sedang dipegangnya di meja dan langsung mengecek ponselnya untuk mengetahui apa yang dimaksud oleh Rexan.

Karina Adriana Resmi Berpacaran Dengan Billy Stevens, Karena Cinta Lokasi?

Seketika Jodie terdiam setelah membaca headline berita yang dimaksud oleh Rexan dan melihat ke arah sahabatnya itu.

"Apaan Jod? Ada apaan?" tanya Marcell penasaran. "Mana sini gue liat," katanya lagi yang kemudian langsung merampas ponsel Jodie dari tangan pemiliknya.

"Dari sejak lo tau Karina selingkuh, seharusnya lo gak akan kaget banget kan, Rex?" tanya Jodie. "Gue yakin, bukan karena ini lo jadi kayak gini. Apa ini karena Chelsea juga?"

Rexan menggedikkan bahunya, "Entah lah. Gue gak peduli juga lah. Minggu besok gue juga bakalan nikah sama Chelsea," katanya.

"Hah tunggu tunggu! Lo udah ketemu Chelsea lagi, Rex?" tanya Calvin.

"Jangan-jangan bener dia hamil?"

Jodie menghela nafasnya panjang, "Maafin gue Rex. Gue gak tau kejadiannya bakal kayak gini. Gue jadi bener-bener merasa gak enak sama lo, karena ini semua kan ide gue," katanya.

"Yaudah, mau gimana lagi? Udah ah, kalian lanjut aja. Gue mau pulang." Rexan kemudian bangkit dari duduknya dan langsung pergi begitu saja dari hadapan teman-temannya.

===

Keesokan harinya...

Suara alarm berhasil membangunkan Chelsea pagi itu. Ia mengerjapkan matanya perlahan, hampir saja ia terkejut karena mengetahui kalau ini bukan di kamar apartemennya, namun ia kembali tersadar kalau sekarang ia tinggal di rumah orang tuanya Rexan untuk sementara waktu.

Chelsea mengambil kain yang ada di dahinya. Kenapa ada kain beginian di jidatku? Perasaan aku gak pake kemarin... katanya dalam hati. Ia terkejut saat tiba-tiba tangannya dipegang oleh seseorang dari sisi kanan tempat tidurnya. Serontak Chelsea pun teriak.

"Apa apa apa, kenapa?" Tanya seseorang yang terbangun dari tidurnya.

"Rex?!" Pekik Chelsea terkaget. "Kamu ngapain di sini?"

Rexan menegapkan badannya dari posisi sebelumnya tadi, memegangi punggungnya dan menepuk-nepuk punggungnya yang kelihatannya cukup pegal. Laki-laki itu kemudian menunjuk sebuah baskom dan juga handuk yang bertengger di atas nakas dengan menggunakan dagunya.

"Tenang aja, aku gak apa-apain kamu kemarin malam. Kemarin malam kamu demam. Tapi kayaknya udah gapapa ya? Tuh buktinya udah bisa teriak-teriak," ujar Rexan. "Gimana, udah merasa enakan badannya?"

Chelsea menganggukkan kepalanya, "Makasih, Rex."

"Hm. Bukan apa-apa. Jam berapa sih ini? Kenapa udah bangun deh?" tanya Rexan sambil mengucek-ucek matanya dengan tangannya.

"Aku mau ke Bandung, ke rumah papa. Papa sama sekali belum tau apa yang terjadi," jawab Chelsea.

Rexan mengangguk pelan, "Oke, aku ikut."

"Gak usah gapapa. Aku tau kamu sibuk. Aku bisa handle sendiri kok," kata Chelsea.

"Nggak. Ini semua juga bisa terjadi karena aku. Kamu gak usah khawatir, aku yang akan bilang ke papamu. Sebentar ya," balas Rexan.

Rexan kemudian merogoh ponsel yang ada di kantung celananya dan melakukan panggilan telepon. "Joe, tolong cancel semua jadwal saya hari ini ya. Ya. Oke thank you," katanya pada orang diseberang sana, tak lama ia pun memutuskan sambungan teleponnya. "Selesai kan? Kita pergi bareng pokoknya."

Chelsea menundukkan kepalanya, kemudian menghela nafas yang panjang. "Tapi papaku gak seperti yang kamu pikir, Rex—" aku hanya takut dia akan menyakitimu. tambahnya dalam hati.

Rexan tersenyum kecil, "Udah tenang aja. Segalak-galak apapun papamu, aku siap menghadapinya. Jangan khawatir, aku akan selalu disini. Udah sana siap-siap," katanya sambil mengacak-acak rambut Chelsea. "Aku juga mau siap-siap."

"Iya," balas Chelsea.

Setelah Rexan meninggalkan kamar Chelsea, ia pun bergegas untuk bersiap-siap. Tak lama, Chelsea pun sudah selesai untuk bersiap-siap dan segera turun untuk menemui Rexan yang mungkin sudah menunggunya di bawah.

Saat menuruni tangga, Chelsea melihat Diana—calon ibu mertuanya—dan Rexan sedang sarapan bersama di meja makan. Chelsea pun langsung menghampiri mereka.

"Eh sayang, ayo sarapan dulu. Ini, mama udah buatin sarapan," kata Diana saat melihat Chelsea berjalan menghampiri meja makan.

Chelsea pun tersenyum, "Pagi, ma. Maaf jadi mama repot-repot begini," katanya. "Seharusnya Chelsea yang siapin semua ini."

Diana menghela nafasnya, "Tidak apa-apa sayang. Kamu ada disini bukan buat jadi pembantu, tapi jadi menantu mama. Menantu keluarga Danadyaksa. Ayo duduk duduk, ini mama juga udah siapin susu untuk ibu hamil," katanya.

"Makasih banyak ma," kata Chelsea.

"Iya, lagipula mama sangat senang. Karena kamu, Rexan mau makan di rumah lagi, biasanya mah boro-boro. Rumah ini sepi banget jadinya." Diana mulai bercerita. "Lagipula setelah kalian menikah nanti, kamu kan akan tinggal di rumah Rexan. Chelsea, sering-sering kunjungi mama di rumah ya," katanya.

Chelsea terkekeh pelan, "Iya ma, mama gak usah khawatir ya," katanya. "Oh iya ma, hari ini Chelsea mau ke Bandung ya ma. Chelsea mau ketemu papa."

"Iya sayang. Rexan sudah bilang. Kamu hati-hati ya, kalau ada apa-apa kabarin mama," kata Diana. "Kamu jagain menantu dan calon cucu mama ya, Rex. Awas aja kalo sampe lecet sedikit pun."

Rexan berdecih kecil, "Mulai deh lebaynya," katanya.

Chelsea tersenyum kecil, entah mengapa rasanya ia sangat bahagia sekali. Sudah lama rasanya ia tidak merasakan kehangatan dalam keluarga seperti ini, bahkan untuk makan bersama seperti ini saja rasanya hampir tidak pernah.

Chelsea mengelus-elus perutnya. Sayang, terima kasih udah tumbuh dengan baik, kamu sehat-sehat ya, nak. Mama mencintaimu melebihi mama mencintai diri mama sendiri, kata Chelsea dalam hati.

Bersambung...

avataravatar
Next chapter