4 4. Meet You Again

Rexan masih menunggu Chelsea untuk keluar dari dalam kamar mandi. Sudah hampir 30 menit, Chelsea masih belum keluar dari dalam kamar mandi. Tak lama kemudian Chelsea pun keluar dari dalam kamar mandi.

Chelsea melihat ke arah Rexan, kemudian ia kembali mengalihkan pandangannya lagi.

Rexan kemudian menghampiri Chelsea. "Soal semalam aku—"

"Gak perlu dibahas lagi, Rex. Aku harap kita berdua sama-sama bisa untuk melupakan kejadian kemaren malam yang seharusnya tidak terjadi," kata Chelsea sambil menatap kedua mata Rexan lekat-lekat. "Aku yakin tidak akan terjadi apa-apa, aku juga lagi gak masa subur. Kamu jangan khawatir ya," tambahnya lagi.

"Tapi Chels..."

Chelsea melepaskan cincin yang berada di jari manisnya dan mengembalikannya pada Rexan. "Ohiya, ini cincin milikmu. Mungkin saat kamu kasih ke aku, kamu salah mengira kalau aku itu pacarmu, jadi aku kembalikan," katanya. "Kalau gitu, aku pergi dulu ya. Jaga dirimu baik-baik ya, jangan sampai kejadian begini terulang lagi pada wanita lain," katanya.

"Kamu mau kemana?" tanya Rexan.

"Mau pulang."

"Aku antar ya?"

"Gak perlu, aku bisa sendiri," kata Chelsea

Rexan menganggukkan kepalanya, "Oke kalau gitu. Ini kartu namaku, seandainya... aku bilang seandainya ya, terjadi sesuatu tolong hubungin aku ya. Bagaimana pun, disini aku juga bersalah."

Chelsea menerima kartu nama milik Rexan, kemudian memasukkan ke dalam tasnya. "Makasih Rex. Aku pamit ya," katanya.

"Kamu... hati-hati ya," kata Rexan.

"Iya."

===

@ Bar

20:07

Satu bulan berlalu sejak kejadian itu, Rexan pun telah menerima hadiah yang ditawarkan oleh Jodie kala itu. Namun hatinya masih tidak tenang. Benar, rasanya benar-benar tidak tenang. Rexan selalu memikirkan Chelsea.

Berkali-kali ia berusaha untuk melupakan gadis itu, tapj pada akhirnya gadis itu tetap berada dalam pikirannya.

"Woi Rex, kenapa lo kayak orang linglung begitu?" tanya Calvin.

Rexan hanya menoleh ke arah Calvin kemudian kembali memalingkan pandangannya lagi dan sama sekali tidak menjawab pertanyaan dari Calvin.

"Tau. Mikirin apa sih? Karin?" tanya Jodie.

"Bukan."

"Terus apa? Udah dapet mobil baru, harusnya seneng dong, gimana sih?" tanya Jodie lagi.

"Atau jangan-jangan lo mikirin Chelsea?" tanya Calvin.

"Hm." Balas Rexan. "Gue takut dia hamil, tapi dia gak kabarin gue," katanya.

Jodie berdecih kecil, "Udah sih tenang aja. Lo kan pake pengaman. Gue yakin gak akan hamil deh," katanya. "Lagian kayak pertama kali aja, bukannya lo udah pernah sama Karin?" tanyanya.

Rexan menoyor kepala Jodie. "Mana ada? Jangan sembarangan. Itu pertama kalinya buat gue. Gue juga lupa pake pengaman karena... gataulah, kejadiannya terjadi gitu aja. Tapi gue udah janji sama dia, kalo seandainya emang hamil, ya, gue akan tanggung jawab."

"Kenapa jadi runyam begini ya?" tanya Calvin. "Ah lo sih Jod, berengsek ngajak-ngajak. Jadi begini dah kan," katanya lagi.

"Udah ah, gue mau balik duluan. Untuk ini sementara rahasiain dulu ya dari Gerald. Gue gamau Aleena sampai tau soal ini," kata Rexan. Teman-temannya pun menganggukkan kepala atas suruhan Rexan itu.

"Hati-hati Rex." kata Calvin juga Jodie.

===

Tring tring tring...!!

Suara ponsel milik Chelsea berbunyi, ia melihat Caller ID yang tertera di layar ponselnya dan mengangkat telepon tersebut.

["Helloooooooo my bebeee..."] Kata Aleena diseberang sana. Refleks Chelsea langsung menjauhkan telepon miliknya.

"Halo Al, kebiasaan kan cempreng banget suaranya. Ada apa Al?" tanya Chelsea.

["Chel lagi free gak? Temenin gue belanja kebutuhan bayi yuk. Gerald nanti nyusul, sekarang gak ada yang nemenin,"] Tanya Aleena.

"Yaudah ayuk gue temenin deh," kata Chelsea.

["Asikkk, yaudah lo siap-siap ya, nanti gue jemput di apart lo. Oke?"]

"Okeeeey. Kalo gitu gue siap-siap dulu ya," kata Chelsea.

["Okee, mwah!"] Sambungan telepon pun terputus. Chelsea hanya menggeleng-gelengkan kepala atas kelakuan sahabatnya itu.

Tiba-tiba saja perutnya kembali tidak enak, sudah 2 hari ini Chelsea selalu mual dan muntah setiap pagi. Tapi ia sendiri masih belum tau apa yang terjadi, ia hanya berpikir bahwa ia hanya kecapean dan butuh istirahat yang lebih.

Chelsea mengelus perutnya, "Kalau aku beneran hamil, gimana ya?" tanyanya pada dirinya sendiri.

Atau jangan-jangan aku beneran? tanya Chelsea dalam hati.

Dengan penuh keraguan, Chelsea mengambil test pack yang sudah ia beli kemarin. Ia pun segera ke toilet untuk mengecek kebenaran tersebut.

20 menit setelah melakukan test tersebut, Chelsea terduduk lemas diatas closet kamar mandi miliknya. Ia memandangi hasil 3 test pack yang baru saja ia gunakan.

"Aku hamil," katanya tak percaya setelah melihat ketiga hasil test pack miliknya yang memberikan hasil positif.

Chelsea mengelus perutnya yang kini sudah terisi nyawa baru. Kenapa seperti ini? Rexan gak boleh tau kalo aku hamil... katanya dalam hati.

Aleena dan Gerald juga gaboleh tau kalo aku hamil anak Rexan. Lalu aku harus gimana?

===

Selama perjalanan dalam mobil Aleena, Chelsea hanya terdiam, sama sekali tak berbicara sedikit pun. Aleena yang menyadari bahwa ada yang tidak beres terhadap sahabatnya ini kemudian berinisiatif untuk menanyakan langsung pada Chelsea.

"Chel, lo gapapa kan?" tanya Aleena memastikan.

Chelsea yang merasa terpanggil pun menoleh ke arah Aleena. "Gapapa kok, emang kenapa?" katanya.

"Enggak... tapi lo keliatannya pucet banget. Lo sakit Chel?" kata Aleena.

"Gue agak gak enak badan aja sih. Paling juga cuma masuk angin. Lagian gue juga bosen di rumah," kata Chelsea. "Traktir gue makan ya," tambahnya.

Aleena menghela nafasnya panjang, "Yaudah kalo gitu. Mau makan apa emang? Gue traktir deh sepuasnya," katanya.

"Gue pengen makan bakso yang dulu waktu kita SMA sering kesana itu," balas Chelsea.

"Heh?! Bakso XXX di mall aja deh, itu kejauhan kali, Chel," kata Aleena.

Chelsea memasang wajah memelas, "Tapi gue pengennya makan bakso mang den, Al, yuk please temenin gue," katanya. "Ngiler banget deh gatau kenapa."

"Aneh-aneh aja deh, lo kayak orang lagi ngidam. Yaudah yaudah gue temenin, gue bilang Gerald ya, soalnya tadi udah janjian sama Gerald mau lunch bareng di mall," kata Aleena.

"Yeeeey! Maaciw." Chelsea kegirangan.

"Iye. Lo aja yang ga hamil begini aneh-aneh ya pengennya, gimana nanti pas hamil," ujar Aleena sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kalo gue hamil gimana, Al?" tanya Chelsea.

Aleena menoyor kepala Chelsea pelan, "Lo hamil?! Mana mungkin! Hamil anak jin gitu maksudnya? Cowok aja ga punya, boro-boro hamil. Ada-ada aja lo ah!" katanya. "Makanya cari cowo dulu, nikah, baru deh cepet-cepet punya anak. Jangan sibuk mulu sama urusan modelling lo terus itu," katanya.

Chelsea berdecih kecil, "Ih dasar!" katanya.

Mereka berdua pun akhirnya makan di Bakso Mangden tempat dimana mereka sering kesana waktu jaman sekolah dulu. Setelah selesai makan, mereka berdua pun memutuskan untuk pergi ke mall untuk menemani Aleena belanja keperluan-keperluan bayinya.

===

["Aku baru sampe mallnya, kamu dimana?"] tanya Aleena dari seberang sana.

"Di coffee oey, yang, sama Rexan," balas Gerald.

["Aaaah! Kamu emang deh, akhirnya bisa bawa Rexan buat ketemu Chelsea,]" kata Aleena. ["Yaudah tunggu aku disana ya, byeee!"]

Rexan menatap Gerald dengan sinis, "Ini ya, kalo gak demi lo, gamau gue anter-anterin begini. Pake acara mogok mobil, aneh banget sih," katanya.

"Buset buset... jangan galak-galak kenapa?" tanya Gerald. "Lagian mana tau dah bisa ngambek gitu."

Gerald tertawa puas dalam hatinya, misinya membawa Rexan berhasil. Meskipun berkali-kali Rexan ngomel pada dirinya, tapi tidak apa, asalkan kemauan sang istri terpenuhi untuk menjodohkan Rexan dan juga Chelsea.

"Hey sayaaang!" Kata Aleena pada Gerald sesampainya mereka di cafe itu.

"Eh udah sampe?" tanya Gerald kepada Aleena sambil memeluk istrinya itu. "Hai Chelsea apa kabar?"

Kenapa Rexan ada disini juga sih?! Batin Chelsea.

Chelsea? Kenapa dia bisa di sini? Gimana kabarnya ya? tanya Rexan dalam hati.

Chelsea tersenyum kikuk, "Ha—hai Ger, Rex. Apa kabar? Aku baik kok," katanya.

"Baik apanya, pucet gitu. Itu Chelsea lagi sakit kenapa kamu ajak-ajak deh, Al?" tanya Gerald.

Sakit? Chelsea sakit? Batin Rexan.

"Iya tau tuh. Katanya bosen di rumah," jawab Aleena. "Kamu tau gak, Ger, tadi aku sama Chelsea makan bakso mangden. Si Chelsea ngajakin kayak orang ngidam, udah gitu abis 2 mangkok lagi," katanya.

"Ish Al!" kata Chelsea. Gerald pun tertawa mendengarnya.

"Yaudah yuk?" tanya Gerald.

"Yuk. Chel, lo disini aja, sama Rexan. Gue gak lama kok," kata Aleena.

Gerald mengangguk setuju, "Iya bener atau kalian mau jalan-jalan atau gimana gitu, gapapa kok," katanya.

"A-ah? Iya, yaudah gue tunggu disini..." kata Chelsea.

"Okeey, kalo gitu kita ke baby shop dulu ya," kata Gerald dan Aleena.

Setelah Gerald dan Aleena pergi dari hadapan mereka, Chelsea pun akhirnya duduk dihadapan Rexan. Berada dekat Rexan dengan jarak yang begitu dekat dengan dirinya, membuatnya teringat akan peristiwa yang terjadi satu bulan yang lalu.

Dan sekarang pun Chelsea tidak tahu harus bersikap seperti apa terhadap Rexan.

"Chels... kamu apa kabar?" tanya Rexan.

"Aku baik, kamu?" balas Chelsea.

Rexan menganggukkan kepalanya pelan, "Bagus deh kalo selama ini kamu baik-baik aja. Aku juga baik," katanya. "Kamu lagi gak enak badan sekarang ini?" tanyanya.

"Gapapa, Rex, mungkin cuma masuk angin aja atau kecapean," kata Chelsea.

"Tapi kamu pucet banget, Chels. Gimana kalo kita ke rumah sakit aja?" tanya Rexan. "Yuk?"

Rexan gak boleh sampe tau soal ini... iya, dia gaboleh tau. Batin Chelsea.

Chelsea menggelengkan kepalanya, "Gapapa kok, i'm okay..."

Rexan mengehela nafas panjang, "Oke kalo gitu. Chels... soal kejadian malam itu—"

Kenapa tiba-tiba kepalaku jadi pusing begini ya? Kenapa Rexan jadi berbayang seperti itu? tanya Chelsea dalam hatinya.

Tiba-tiba...

Bruk!!

"CHELS!!" Pekik Rexan saat melihat Chelsea tak sadarkan diri dihadapannya. Dengan sigap, Rexan dibantu security yang bertugas disana membawa Chelsea ke rumah sakit terdekat.

Bersambung...

avataravatar
Next chapter