15 15. Masa Lalu (2)

Selama perjalanan pulang, pikiran Chelsea terus memikirkan kejadian tadi. Ia sama sekali tak menyangka kalau sikap Rexan akan berubah seperti itu terhadap dirinya.

Disalah satu sisi ia gadis itu cukup senang karena perubahan sikap Rexan yang signifikan seperti itu kepadanya, namun disisi lain ia juga bertanya-tanya, kenapa mendadak Rexan bisa berubah seperti itu.

Kring kring kring...!!

Suara ponsel milik Rexan berbunyi, membuat Chelsea tersadar dari lamunannya.

"Halo, ma," kata Rexan setelah telepon mulai tersambung.

Belum ada dua detik, Rexan langsung menoleh ke arah Chelsea dan memberikan ponselnya kepada gadis itu. "Mama mau ngomong sama kamu katanya," kata Rexan.

Chelsea mengangguk mengerti dan mengambil ponsel tersebut.

"Halo, ma, ini Chelsea," kata Chelsea langsung.

["Halo... kamu abis dari mana sayang? mama telepon kamu tadi tapi gak aktif,"] Ujar Diana dari seberang sana. ["Mama sama Reno di rumah kalian ini, kalian pulang jam berapa?"]

"Iya ma, ini Chelsea masih di jalan. Abis belanja kebutuhan dapur sama Rexan. Tunggu ya ma, ini udah mau sampai kok,"balas Chelsea. "Kebetulan juga hari ini Rexan sama Chelsea mau bbq-an bareng, eh mama juga ternyata dateng. Makin seru deh."

["Oh iya? Wah... asik!! Yaudah mama sama Reno tunggu ya di rumah, kalian hati-hati di jalan,"]

"Iya ma. Kalo gitu sampe dirumah ya ma," kata Chelsea dan sambungan telepon pun berakhir. Chelsea pun kembali memberikan ponsel Rexan kepada pemiliknya. Namun Rexan menolak.

"Kamu pegang dulu aja," kata Rexan.

Chelsea mengangguk pelan. "Oke," katanya. Tak sengaja gadis itu melihat lock screen ponsel milik Rexan. Ia melihat foto seorang gadis sedang berpose sangat cantik bak super model. Ini pasti wanita yang Rexan cintai... cantik sekali. Kalo aku dibandingin sama dia, aku gak ada apa-apanya, batin gadis itu.

"Mama tadi bilang apa, Chels?" tanya Rexan berusaha memecahkan keheningan yang tercipta diantara mereka.

"Hah?" tanya Chelsea. "Oh itu... mama bilang mama ada di rumah, terus aku ajakin aja deh untuk bbq barengan."

Rexan mengangguk mengerti. "Oh gitu... yaudah kamu istirahat dulu aja. Nanti pas udah sampe aku bangunin," katanya.

===

Rexan mematikan mesin mobilnya saat mereka sudah sampai di rumah. Seketika itu ia menoleh ke arah Chelsea yang duduk tepat disampingnya yang masih tertidur pulas. Rexan tersenyum tipis, salah satu tangannya berusaha untuk merapihkan anak-anak rambut yang menutupi wajah cantik gadis itu.

Tiba-tiba saja Chelsea terbangun dari tidurnya. "Rex? Udah sampe?" tanyanya.

"Hm-mm."

"Kenapa kamu gak bangunin aku? Yuk masuk, mama sama Reno udah nungguin dari tadi," kata Chelsea.

"Kalo kamu capek, kita tunda aja bbq-annya. Nanti aku yang ngomong ke mama sama Reno."

Chelsea menggelengkan kepalanya. "Jangan. Aku gak capek kok. Yaudah ayuk kita masuk," katanya.

"Yaudah yuk."

Mereka berdua pun akhirnya masuk ke dalam rumah dengan membawa barang-barang belanjaan yang telah mereka beli tadi. Sesaat masuk ke dalam rumah, mama dan Reno ternyata sudah membantu mereka untuk mempersiapkan segala kebutuhan untuk bbq.

"Eh sayang, udah pulang?" ucap Diana begitu melihat Rexan dan juga Chelsea masuk ke dalam rumah. "Ayuk duduk dulu. Haduh, kamu ini jangan terlalu capek."

"Chelsea gak apa-apa kok, ma," kata Chelsea. "Ngomong-ngomong mama ada apa ke sini, ma?"

"Ohh itu, tadi mama mau ajak kalian makan malam bersama di luar, tapi ternyata kalian malah ajak bbq-an, yaudah deh mama ikut," kata Diana. "Tuh Reno disana lagi nyalain batu baranya. Kita jadi kan bbq? Mama udah laper banget," tambahnya lagi.

Chelsea terkekeh pelan, "Iya ma, jadi kok. Yuk langsung aja."

Mereka pun langsung bergegas ke taman belakang rumah untuk memulai bbq. Canda tawa mulai terdengar disana. Ini adalah kali pertamanya Chelsea tertawa lepas seperti ini selain bersama Aleena dan Ken—mantannya dulu. Ia sangat bahagia, karena ia merasa ia sangat diperlakukan baik di keluarga ini dan satu hal yang paling penting; ia akhirnya merasakan kehangatan dalam keluarga itu seperti apa saat itu.

Rexan yang melihat Chelsea tertawa lepas seperti itu dengan mamanya juga ikut tertawa dibuatnya. Laki-laki itu entah mengapa tak bisa menahan rasa bahagianya saat ia melihat gadis itu tersenyum dan tertawa seperti itu. Rasanya... hatinya sangat hangat.

"Bro, bengong mulu. Gosong tuh, merhatiin apasih?" tanya Reno yang membuat Rexan tersadar dari lamunannya. Reno menoleh ke arah yang sama dengan yang Rexan lihat waktu itu. "Chelsea?"

Hening. Rexan sama sekali tak menjawab.

Reno terkekeh kecil, "Jadi, sejak kapan nih udah mulai merhatiin Chelsea?" tanyanya.

"Ngomong apaan sih? Gak jelas banget." Rexan menyangkal pertanyaan Reno.

"Yailah kak, gue udah kenal lo dari masih orok. Lo mau bohong kayak gimana pun, gue tetep bakalan tau. Udahlah jujur aja, emang kenapa sih?" tanya Reno.

Rexan memicingkan bibirnya, "Apa sih? Udah deh sana, Ren. Kalo lo ke sini cuma mau nanya hal gak jelas mendingan lo duduk aja lagi," katanya.

Reno menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berdecih, "Ck ck ck. Galak banget heran si Mr. Ice. Kok Chelsea bisa betah ya sama orang kayak lo?" tanyanya. Lagi-lagi Rexan terdiam, malas untuk menanggapi perkataan Reno itu. "Tapi kak, gue cukup senang kalo emang itu beneran terjadi."

"Apaan?"

"Lo mulai buka hati untuk Chelsea. Gue cukup senang," kata Reno.

Rexan menoleh ke arah Reno, "Lo masih suka sama Chelsea?" tanyanya.

Reno menghela nafasnya panjang, matanya menatap ke arah Chelsea yang sedang terduduk bersama dengan Diana tak jauh dari posisinya berdiri. "Yah... kalo kalian berdua udah bahagia. Gue bisa apa? Gue dukung banget sih. Lagian kalo untuk masalah cewek, lo kayak gak tau gue aja? Mau cewek kayak apapun bisa gue dapetin."

"Dasar playboy bajingan." Rexan menoyor kepala adiknya itu.

"Jadi, gimana? Bener kan?" tanya Reno kembali memastikan.

"Udah gak usah kepo deh." Rexan tersenyum kecil. "Mending bawain ini kesana, kayaknya masih pada laper," katanya.

"Iya. Tapi kak, meskipun gue udah relain Chelsea buat lo. Bahagiain dia. Lakuin apapun yang dia mau selagi lo bisa. Jangan biarin air mata setetes pun jatuh dari matanya. Satu hal lagi, gue gak akan bosen untuk bilang ini sama lo kak, sekali lo sakitin dia, sekali lo buat dia nangis, gue pasti akan rebut Chelsea lagi," kata Reno.

Mau dapetin Chelsea dari gue? Mimpi aja dulu. batin Rexan.

===

Waktu sudah menunjukkan hampir tengah malam. Diana dan Reno sudah pulang ke rumah. Kini tersisa Rexan dan Chelsea sedang membereskan sisa-sisa bekas bbq tadi.

"Udah Chels, biar aku aja. Kamu tidur gih." Rexan menyuruh Chelsea untuk masuk ke dalam dan beristirahat.

"Ini sedikit lagi kok. Kan kalo diberesin bareng-bareng bakalan cepet selesai," balas Chelsea.

Rexan tak bisa berkata banyak. "Yaudah tapi kalo capek jangan dipaksa ya," katanya.

Chelsea mengangguk mengerti.

Tak terasa sudah bersih dan rapih kembali. Kini Chelsea terduduk di kursi santai pinggir kolam renang rumahnya. Rexan menghampiri gadis itu sambil membawa selimut dan memakaikan selimut itu kepada Chelsea.

"Makasih, Rex." Chelsea tersenyum ke arah Rexan.

Rexan duduk di kursi santai sebelah Chelsea. "Bukan apa-apa."

Hening. Tak ada dari mereka yang membuka suara satu sama lain. Baik Chelsea dan Rexan sama-sama memandangi langit malam itu yang dipenuhi bintang.

Rexan menoleh ke arah Chelsea, "Kamu suka ngeliat bintang?" tanyanya.

"Hmm—mm. Bisa dibilang gitu, setidaknya aku selalu berharap bisa melihat mama diatas sana. Padahal gak bisa kan ya?" kata Chelsea sambil terkekeh. "Kamu sendiri?"

"Hmmm... dulu pas aku kecil, aku selalu ngeliat bintang-bintang kayak gini sama papa. Kalo aku lagi kangen papa, ya ini salah satu hal yang bisa aku lakuin," balas Rexan sembari melihat langit yang dipenuhi bintang lagi.

Kini gantian Chelsea yang menoleh ke arah Rexan. "Maaf... aku jadi mengingatkan kamu," katanya.

Rexan kembali menoleh ke arah Chelsea. "Kenapa kamu minta maaf?" tanyanya.

"Aku hanya takut buat kamu sedih," kata Chelsea.

Deg.

Gadis ini... padahal aku yang lebih sering membuatnya sedih, batin Rexan.

"Ngomong-ngomong, Rex. Apa kamu percaya cinta?" tanya Chelsea.

"Cinta? Kenapa?"

"Menurutmu, apa cinta sejati itu ada?"

Rexan menghela nafasnya panjang, "Entahlah. Aku sendiri juga bingung. Mungkin kalo udah menemukan orang yang tepat bisa saja benar," katanya. "Kalo menurutmu bagaimana?"

"Hm... nggak ada?" Chelsea menjawab pertanyaannya dengan ragu. "Aku sendiri pun juga nggak tau. Rasanya aku udah terlalu takut untuk jatuh cinta," katanya.

"Kenapa begitu? Apa ada orang yang pernah menyakitimu?" Rexan semakin penasaran dengan Chelsea. Atau jangan-jangan... ini adalah yang waktu itu dia ceritain? tanya Rexan dalam hati.

Chelsea terdiam.

"Apa kamu masih belum bisa melupakan orang itu?" Tanya Rexan.

"Entah..." balas Chelsea. "...aku udah berusaha untuk melupakan tapi terkadang masih suka keinget. Taku harap aku bisa cepat melupakan masa lalu itu."

"Kalo suatu hari nanti kamu bertemu kembali sama orang itu... apa kamu akan kembali bersama orang itu?"

Chelsea tersenyum kecut, "Nggak akan sih harusnya," katanya. "Ngomong-ngomong, kamu sendiri bagaimana?"

"Gimana apanya?" tanya Rexan kebingungan.

"Kamu dan pacarmu itu."

Rexan terkekeh pelan. "Aku udah gak berhubungan lagi sama dia. Ralat ya, mantan, bukan pacar."

"Hahahaha... iya iya, maaf. Kalo suatu hari nanti dia kembali kepadamu, gimana Rex?" tanya Chelsea. "Apa kamu akan menerimanya kembali?"

Laki-laki itu terdiam. Ia hanya bingung bagaimana menjawab pertanyaan Chelsea itu, karena untuk saat ini yang ia inginkan adalah bersama-sama dengan gadis itu.

"Kalo seumpama setelah kita menjalani hari-hari pernikahan bersama dan mulai tumbuh perasaan diantara kita, apakah kamu akan tetap mengakhiri pernikahan kita setelah anak ini lahir?" tanya Rexan.

Deg.

Apa maksudnya Rexan bertanya hal seperti itu padaku? tanya Chelsea.

"Hm... aku sendiri juga nggak tau," kata Chelsea. "Buat apa juga lagian membuat keluarga utuh tapi gak ada kebahagiaan dan atas dasar keterpaksaan. Itu menyiksa kedua belah pihak kan?"

"Kalo aku bahagia dan sama sekali gak terpaksa dengan hadirnya kamu di hidupku bagaimana, Chels?" Rexan menatap mata gadis itu. "Chels, ayo kita buat keluarga yang utuh dan bahagia sama-sama," katanya lagi.

Deg.

Rasanya jantung Chelsea berhenti berdetak untuk sekejap mendengar hal seperti itu dari mulut Rexan.

Apa kita bisa, Rex? Hatimu saja masih bukan untukku tanya Chelsea dalam hati.

"Apa aku... bisa menggantikan posisinya dihatimu?" tanya Chelsea. Dan apa hatiku sendiri bisa menggantikan posisi dia? tambahnya dalam hati.

Laki-laki itu kembali terdiam.

"Lupakan aja Rex, apa pertanyaanku. Aku ngawur." Chelsea bangkit dari duduknya. "Udah malam, aku ke kamar dulu ya," katanya.

Rexan menahan tangan Chelsea, "Tunggu, Chels."

Kalo aku bilang kamu bisa, bagaimana Chels? Setelah sekian lama kita bersama, sepertinya... aku telah jatuh cinta sama kamu. Aku ingin membuka lembaran baru bersamamu. Apa kamu bersedia? batin Rexan.

Bersambung...

avataravatar
Next chapter