1 B L U R B

[ CERITA INI HANYA FIKTIF BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH, TEMPAT KEJADIAN ATAUPUN CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN ]

°•°•°

"Welcome to Spring Flower Hotel." Camille tersenyum sembari membungkuk membalas sambutan ramah dari pekerja hotel yang berdiri di dekat pintu itu. Camille melangkah menuju reception sembari menggeret kopernya.

Camille berdehem, "Excuse me."

"Tôi có thể giúp gì ?" tanya sang resepsionis membuat dahi Camille mengerut. Ia sama sekali tidak mengerti apa yang diucapkan resepsionis dihadapannya ini. [ Ada yang bisa kubantu ? ]

Camille menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan kembali berdehem, "Can you speak English ?"

Sang resepsionis itu akhirnya mengerti kemudian memanggil rekan kerjanya yang sedang duduk di kursi yang terletak di samping meja reception, "Dax, giúp tôi dịch nó." [ Dax, bantu aku mengartikannya. ]

Rekan kerjanya itu berdiri dan menghampiri meja resepsionis sembari tersenyum kecil membuat Camille menoleh sesuai arah pandangan sang resepsionis.

Oh my god! Gantengnya. Sumpah ini lebih ganteng daripada Kyle si bajingan itu! Look at that lips. Okay stop it Cam! Batin Camille menjerit melihat ketampanan pekerja hotel yang melebihi ketampanan mantannya.

"Where are you from ?" Lamunan Camille buyar seketika saat pekerja hotel dihadapannya bersuara. Sebelum menjawab, Camille mencuri pandang pada name tag yang terletak pada samping kiri baju pekerja hotelnya. Daxler Brinx, hmm nama yang bagus sesuai dengan wajah tampannya.

"I'm from Indonesia." Camille berusaha menunjukkan senyuman termanisnya.

Daxler mengangguk sopan, "Ada yang bisa kubantu ?" tanya Daxler dengan bahasa Indonesia yang begitu fasih membuat Camille membeku dalam sekejap.

Dia orang Indonesia atau memang bisa bahasa Indonesia ?! Oh my god! Paket lengkap! Ganteng, bisa bahasa Inggris, Indonesia mungkin bisa bahasa lain lagi.

"Ya, aku akan tinggal disini selama dua minggu." Camille berusaha melembutkan suaranya saat berbicara agar pria dihadapannya tidak ilfeel.

"Apa Anda sudah memesan kamar melalui website ?" tanya Daxler dengan suaranya yang-uh! Sangat menggoda.

Camille mengangguk, "Ya, aku sudah memesannya dua hari yang lalu. One double bed."

Camille menatap Daxler yang terlihat sedang menjelaskannya pada resepsionis menggunakan bahasa Vietnam sebelum akhirnya resepsionis itu mengecek komputernya.

"Atas nama siapa ?"

"Camille Orlaith."

"Nama yang indah."

"Eh ?" Samar-samar Camille mendengar pria dihadapannya mengucapkan sesuatu setelah ia mengucapkan namanya namun ia tidak mendengarnya dengan jelas. Camille ingin bertanya namun pria itu terlihat acuh tak acuh.

"Silahkan kartu kamar Anda. Mari saya bawakan kopernya," ucap Daxler menyerahkan kartu kamarnya pada Camille dan mengambil alih koper Camille padahal sebenarnya Camille bisa membawanya sendiri.

Camille membungkuk, " Terima kasih."

Daxler menekan tombol lift-nya. Lift terbuka dan Daxler mempersilahkan Camille untuk masuk duluan sebelum akhirnya ia juga masuk ke dalam. Daxler menekan lantai sepuluh sebagai tujuan mereka. Camille menunduk sembari memainkan ujung sepatunya gelisah. Berduaan di lift dengan seorang pria tampan. Okay, otak Camille benar-benar tidak bisa berpikir logis lagi.

Mereka sampai di depan kamar hotel yang akan ditinggali oleh Camille selama dua minggu kedepan. Camille meng-scan kartunya di knop pintu sebelum akhirnya pintu itu terbuka. Daxler ikut masuk dan meletakkan koper Camille di dekat pintu.

"Kalau ada apa-apa silahkan menggunakan telepon itu. Goodnight, see you," ucap Daxler dengan nada sopannya sembari menunjuk telepon yang berada di samping kasur.

"Thankyou," balas Camille sebelum akhirnya Daxler berlalu dari hadapannya.

Sebelum menutup pintu, Camille mengintip keluar dan menatap punggung pria itu yang semakin menjauh. Bahunya lebar. Idaman semua wanita.

Oh shit!

Pria itu menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang disaat Camille sedang mengintip. Camille segera masuk dan menutup pintunya dengan keras. Camille memegang dadanya dengan nafas terengah-engah. Apa yang telah ia lakukan ?! Memalukan sekali!

Insting pria itu sangat kuat. Bagaimana bisa ia tahu bahwa ada orang yang sedang memperhatikannya ? Okay, itu tidak penting! Yang paling penting adalah muka Camille mau ditaruh dimana setelah ketahuan mengintip Daxler diam-diam!

Gosh! Muka aku mau taruh dimana kalau ketemu dia besok! Bodoh banget sih kamu Cam!

Camille meraup wajahnya frustasi sembari mengacak-ngacak rambutnya. Camille berjalan mondar-mandir sambil berpikir apa besok ia berdiam diri saja di kamar agar tidak bertemu pria itu ? But wait! Kenapa aku harus keliatan panik gitu ? Aku kan bisa anggap dia nggak ada aja. Oh gosh!

Kamu telah jatuh cinta padanya. Kalimat itu berputar-putar di pikiran Camille membuat Camille menggila.

"No! Aku baru patah hati dan nggak mungkin aku langsung jatuh cinta lagi. Iya aku akui dia tampan tapi aku tidak jatuh cinta padanya. Dia hanya tampan tidak ada apa-apanya untukku." Camille sudah tidak waras rasanya berbicara pada dirinya sendiri.

Camille menghembuskan nafasnya berusaha untuk lebih tenang lalu masuk ke kamar mandi dan melakukan ritualnya agar pria tadi segera terhapus dari pikirannya.

°•°•°

[ vote & comment ]

A/N : So i want to explain why the story title is Because of Vietnam kenapa nggak negara lain aja ? Jadi aku buat cerita ini berlatar Vietnam karena aku baru dari Vietnam dan nama hotelnya asli ada di Vietnam ( kota Hanoi ) kalian bisa search. Yang paling penting emang ada pekerja hotel yang gantengnya beuhh bikin aku akhirnya bikin cerita ini. So, just enjoy my first story!

[ 9 September 2019 ]

[ ©hlmstories ]

avataravatar
Next chapter