8 7. Kegaduhan di Kafe

Rayhan berdehem sejenak sebelum membuka perbincangan di antara mereka,"Bagaimana? Kamu sudah mengerjakan pekerjaan yang aku berikan, Simon?"tanya Rayhan dengan nada datarnya.

"Belum ada informasi apapun yang saya terima dari anak buah yang saya perintahkan untuk mengerjakan tugas yang tuan berikan kepada saya. Tapi saya sudah memberitahukan anak buah saya untuk menyelesaikan pekerjaan ini sebelum makan siang tiba tuan."jawab Simon begitu sopan dengan satu tangan yang menenteng sebuah tas kantor.

"Kalau kamu sudah dapat kabar, kamu segera kirim ke email saya. Saya tunggu!". Bersamaan dengan perkataan Rayhan, pintu lift terbuka menandakan mereka telah sampai di tujuannya. Lantai 29, ruangan pribadinya. Rayhan segera keluar dari ruang besi tersebut menuju ruangan pribadinya.

πŸƒπŸƒπŸƒ

Di dalam ruangan pribadi miliknya, Rayhan nampak begitu serius berkutat dengan berkas-berkas yang menumpuk di atas mejanya. Suara ketukan pintu menginterupsi di keheningan yang tercipta beberapa jam lamanya,"Masuk!"kata Rayhan yang masih sibuk dengan kerjaannya.

"Tuan..."sapa Simon.

"Ada apa?"tanya Rayhan yang fokusnya masih pada kertas-kertas yang membosankan menurutnya.

"Dua jam lagi tuan ada pertemuan dengan Miss Hana dari perusahaan Wijaya."jawab Simon yang berada di hadapan meja Rayhan.

"Apa hanya itu?"tanya Rayhan kembali yang sudah menancapkan tatapan dingin ke arah Simon.

Simon yang mengerti maksud tatapan atasannya itu segera menjawab pertanyaan bosnya,"Untuk pekerjaan yang tuan berikan sudah saya kirim ke email tuan."

"Bagus. Kamu boleh kembali ke ruanganmu dan siapkan berkas-berkas untuk pertemuan dengan perusahaan Wijaya!"perintah Rayhan.

"Baik tuan!"kata Simon dan menunduk hormat sebelum meninggalkan ruangan yang mewah itu.

Setelah kepergian Simon, Rayhan segera meraih MacBook miliknya. Tanpa ba-bi-bu lagi, ia segera melihat kiriman Simon di Emailnya. Membaca dengan seksama informasi mengenai gadis itu. Tampak senyum tipis menghiasi wajah tampannya membuat siapapun yang melihatnya akan terpesona.

πŸƒπŸƒπŸƒ

Seorang dosen yang memiliki postur agak besar dengan kacamata yang menghiasi di wajahnya, mengakhiri jam mengajarnya. Terlihat cukup galak dari tampangnya.

Kinan menghela nafas setelah kepergian dosennya itu dan segera membereskan alat tulis dan buku yang ia gunakan tadi. Tanpa menggunakan waktu lama, Kinan segera meninggalkan kelasnya. Sudah kebiasaannya seperti itu tanpa harus berbasa-basi untuk menyapa teman sekelasnya. Dia harus kembali ke rutinitas selanjutnya, bekerja di kafe yang sudah bersedia menampungnya beberapa tahun ini.

πŸƒπŸƒπŸƒ

Dentingan bel di sebuah kafe menandakan seorang pelanggan baru saja masuk. Ternyata Rayhan dan Simon yang setia mengikutinya di belakangnya. Nampak ramai pengunjung kafe tersebut. Maklum, jam telah menunjukkan waktu makan siang. Rayhan mengarahkan pandangannya seperti mencari sesuatu. Seorang pelayan laki-laki menghampirinya membuat Rayhan mengalihkan pandangannya pada pelayan laki-laki tersebut.

"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?"tanya pelayan laki-laki itu -- Leo dengan sopan.

"Apa di sini bisa digunakan untuk melakukan rapat?"tanya Rayhan tanpa mengindahkan pertanyaan Leo.

"Anda sungguh beruntung, tuan. Private room kami sudah selesai direnovasi, jadi mari saya tunjukkan tempatnya."jawab Leo mempersilahkan Rayhan dan Simon berjalan duluan.

Tiba di ruangan privat itu, Leo segera membuka pintunya dan mempersilahkan masuk untuk kedua pengunjung kafe tempatnya bekerja. Saat Rayhan dan Simon duduk di kursi dalam ruangan itu, tiba-tiba kegaduhan mengganggu pendengarannya. Leo berpamitan meninggalkan Rayhan dan Simon untuk melihat keadaan di luar.

πŸƒπŸƒπŸƒ

Kinan yang sedang membawa nampan dengan minuman jus di atasnya, tak sengaja menabrak pengunjung membuat apa yang ada di nampan jatuh dan menimbulkan kegaduhan.

Seorang perempuan dengan tinggi yang semampai, memiliki lekuk tubuh yang seksi, dan memakai sebuah gaun yang begitu terbuka nampak terkejut dengan kejadian yang menimpanya.

"Apa-apaan ini? Bajukuuuu..."kata Hana yang mulai membersihkan bajunya.

Kinan yang merasa sangat bersalah segera menunduk hormat untuk meminta maaf. Ia melakukannya beberapa kali.

Tampak wajahnya yang memerah menandakan dirinya sedang marah,"Kamu pikir minta maafmu itu bisa aku terima?"tanya Hana.

"Maaf Nona saya tidak sengaja. Saya akan bertanggungjawab untuk membersihkan baju nona."kata Kinan yang masih dengan raut bersalahnya.

Leo menghampiri Kinan dan menanyakan keadaannya,"Kamu baik-baik saja?"tanya Leo dengan raut khawatir.

Kinan yang tidak mampu berkata-kata lagi hanya menganggukkan kepalanya menandakan dirinya baik-baik saja.

"Panggilkan manajer kafe ini, saya harus bicara agar pelayan ini dipecat dari kafe ini. Ia tidak becus kerja."gerutu Hana yang begitu kesal.

Sementara Kinan yang mendengar perkataan Hana terkejut dan segera memohon untuk tidak dipecat dari pekerjaannya ini,"Nona jangan biarkan saya dipecat dari pekerjaan saya. Saya butuh pekerjaan ini." Kinan mulai meraih lengan Hana dengan wajah yang mulai dibasahi dengan air matanya.

Tangan Hana yang dipegang oleh Kinan, Hana segera mendorong Kinan dan membuat Kinan jatuh ke lantai. Hana hanya memandangi Kinan dengan tatapan menjijikkan.

πŸƒπŸƒπŸƒ

Sementara lain, sosok pria memperhatikan kejadian itu. Tiba saat Kinan didorong kasar oleh Hana membuat tangannya mengepal hingga memutih dengan tatapan mata yang tajam. Terlihat di wajahnya, Rayhan marah.

"Batalkan kontrak kerjasama kita dengan perusahaan Wijaya sekarang juga!"kata Rayhan dengan nada suara yang tak ingin dibantah.

"Baik, Tuan!"jawab Simon yang hanya bisa mengikuti perintah atasannya.

πŸƒπŸƒπŸƒ

avataravatar
Next chapter