7 6. Siapa yang Tahu Isi Hatimu?

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh pembacaku yang setiaaa. Maaf author upnya tengah malam, soalnya tadi pagi sampai sore sibuk banget di kampus. Harus urus ini-itu. Maklum, mahasiswa tingkat akhir. Huhuhuu...

Untuk part ini, mungkin cuman upnya sedikit. Soalnya harus mikir bagaimana buat kalian semakin penasaran dengan kisah 'Penantian Kinanti' ini. Jadi pantengin terus update-an chapter story ini.

๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐Ÿƒ

- Author POV -

Sinar rembulan mulai digantikan dengan kehangatan pancaran mentari. Mengambil alih tugas dari sang rembulan. Menandakan pula hari telah berganti. Di pagi hari yang cerah ini, telah banyak orang berlalu lalang untuk memulai aktivitasnya di pagi hari. Kendaraan yang telah menghiasi jalan raya kota dan masyarakat yang sedang mengantri angkutan umum. Termasuk Kinan. Gadis itu menunggu bus yang akan mengantarkan dirinya ke tempat tujuannya.

Selang beberapa menit menunggu, akhirnya bus tujuannya tiba. Orang-orang saling berdesakan agar tidak ketinggalan. Kinan yang merasa sesak dan tidak kuat dengan keadaan tersebut akhirnya harus mengalah.

'Bangun kepagian untuk naik bus pertama, tapi ujung-ujungnya gak bisa naik juga.'batin Kinan mengeluh. Ia menghirup napas dalam-dalam dan membuangnya dengan cukup kasar.

Suara klakson membuyarkan lamunan Kinan. Menatap seseorang yang membunyikan klakson tersebut. Saat arah pandangnya mendapati seseorang itu, senyum lebar menghiasi wajah Kinan membuat matanya seperti bulan sabit. Sangat indah untuk dipandang.

"Hei, Febyyyy....."sapa Kinan begitu senang sambil menghampiri ke arah pengemudi tersebut.

"Ketinggalan bus lagi?"tanya Feby, sahabat Kinan yang satu SMA dengannya.

Kinan hanya mengangguk pasrah sebagai jawabannya sambil memasang wajah cemberutnya.

"Yaudah cepatan naik sebelum kita telat ke kampusnya."

Mendengar perkataan sahabatnya itu, Kinan tersenyum dan segera saja ia membuka pintu mobil Honda jazz merah yang akan membawanya ke kampus. Feby langsung saja meninggalkan halte bus tersebut tanpa harus berbasa-basi lagi.

๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐Ÿƒ

Di tengah perjalanan ke kampus yang cukup memakan waktu itu, Feby memecah keheningan di antara mereka berdua.

"Kemarin Eina nelfon, katanya sebulan lagi dia mau balik ke Indonesia."kata Feby yang masih fokus pada jalan di hadapannya.

Mendengar perkataan Feby, Kinan membulatkan matanya,"Serius? Kamu nggak bohong kann?"tanya Kinan untuk meyakinkan pendengarannya benar.

Feby menghela nafasnya secara pelan,"Yakinlah, Nan. Masa aku bohong sih."jawab Feby dengan sedikit melirik ke arah Kinan.

"Uhuyyy, akhirnya kita lengkap lagi deh!!! Nggak sabar banget untuk meetup bareng kalian. Pasti seru bangetttt!!!"Kata Kinan yang begitu excited mendengar kabar sahabatnya yang akan pulang ke Indonesia.

Melihat tingkah Kinan yang begitu bahagia, Feby hanya dapat tersenyum dan geleng-geleng kepala.

'Selalu seperti itu. Tapi siapa yang tahu isi hatimu sobat?'batin Feby berbicara sambil melirik ke arah Kinan yang begitu bahagia.

Setelah perbincangan singkat itu, keheningan melanda mereka. Tak lama pula mereka akan sampai di tujuan mereka.

๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐Ÿƒ

Tiba di kampus tempat perkuliahan mereka, mereka berpisah dengan tujuan masing-masing. Feby yang menuju ke arah Fakultas Ekonomi dan Bisnis, sedangkan Kinan menuju ke arah Fakultas Pendidikan dan Keguruan.

Yah, Kinan mengambil jurusan Pendidikan matematika. Itu dikarenakan karena dia sangat menyukai pelajaran itu dan juga ia ingin mengubah pendapat anak-anak di luar sana bahwa pelajaran matematika itu tidak sulit tetapi sangat menyenangkan. Apalagi, ketika kita harus mengerjakan soal matematika dan mendapatkan jawabannya seperti ada kebanggaan tersendiri dalam diri kita. Ilmu matematika pula adalah ilmu pasti dan di setiap pelajaran apapun akan sedikit berhubungan dengan matematika bukan?

Tiba di ruang kelas Kinan, ia segera mengambil tempat yang kosong. Kinan tidak memiliki teman di sejurusannya. Maklum, Kinan tidak ingin bersusah payah untuk beradaptasi. Apalagi melihat respon teman sekelasnya yang mengetahui dirinya hanyalah anak panti asuhan mengurungkan niatnya untuk bersosialisasi di dalam kelas. Membahas masalah tugas pun ia jarang melakukan diskusi. Jika ada tugas yang harus berdiskusi, ia pasti tidak akan diajak dalam kelompok tersebut.

"Maklumlah, jika mereka seperti itu. Mereka semua berada di kalangan atas"kata Kinan dalam hatinya mengomentari perlakuan teman-temannya kepada dirinya.

๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐Ÿƒ

Berbeda halnya dengan Kinan, pria yang bermata hitam bulat dengan setelan formal memasuki gedung pencakar langit dengan begitu gagahnya. Semua pandangan takjub mengarah padanya. Para pegawai wanita saling berbisik memuji ketampanan dan kharisma yang dimilikinya. Tetapi pria itu tidak perduli, dia hanya memandang lurus menuju ke arah lift.

Tiba di depan lift khusus petinggi, Rayhan segera memencet tombol atas untuk membuka pintu besi yang akan membawanya ke singgah sananya. Rayhan segera masuk diikuti oleh Simon yang setia mendampingi mulai dari ia menginjakkan kakinya masuk ke dalam perusahaan yang dipimpinnya.

Rayhan berdehem sejenak sebelum membuka perbincangan di antara mereka,"Bagaimana? Kamu sudah mengerjakan pekerjaan yang aku berikan, Simon?"tanya Rayhan dengan nada datarnya.

"Belum ada informasi apapun yang saya terima dari anak buah yang saya perintahkan untuk mengerjakan tugas yang tuan berikan kepada saya. Tapi saya sudah memberitahukan anak buah saya untuk menyelesaikan pekerjaan ini sebelum makan siang tiba tuan."jawab Simon begitu sopan dengan satu tangan yang menenteng sebuah tas kantor.

"Kalau kamu sudah dapat kabar, kamu segera kirim ke email saya. Saya tunggu!". Bersamaan dengan perkataan Rayhan, pintu lift terbuka menandakan mereka telah sampai di tujuannya. Lantai 29, ruangan pribadinya.

๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐Ÿƒ

avataravatar
Next chapter