3 Paper Bag

Masa lalu, biarlah menjadi pelajaran untuk masa depan yang lebih baik. Mungkin?

•-----•

"Dijemput lagi Jun?" tanya Jaemin setelah mereka berdua sampai di parkiran sekolah.

Renjun mengangguk malas. Dari ekor matanya ia telah menangkap sosok sang kakak yang sedang bersender di mobil.

Lah si abang bawa mobil? Pasti mau tebar pesona deh. Batin Renjun.

"Eh itu siapa? Ganteng banget..."

"Aduh, abangnya lebih hot. Tapi adiknya juga nggak kalah sih."

Benar 'kan?

Renjun hanya bisa menghela napas panjang dengan bahu yang menurun.

"Woy Jun, kenalin gue ke abang lo dong." Tiba-tiba Lira; teman Naira menepuk pundak Renjun.

"Eh ada Lira," sapa Jaemin sambil senyam-senyum. Sedang, Lira menyunggingkan senyum mengejeknya.

Renjun diam tak menjawab ucapan Lira, ia sibuk memerhatikan gadis yang ada di samping Lira. "Lo kenapa?" tanyanya.

Ya, di samping Lira ada Naira dengan wajah yang sedikit pucat.

"Dia sakit. Ah, anterin Naira pulang sana Jun. Gue ada les tambahan," ujar Lira.

"Nggak perlu, makasih. Gue pulang duluan ya."

"Gue nggak bawa kendaraan. Kalau mau gue temenin naik bus. Ayo," sahut Renjun tepat sebelum Naira melangkahkan kakinya menjauh.

Bagaimana pun Renjun tidak tega melihat Naira pulang sendirian.

"Nggak ngerepotin?" tanya Naira.

"Kalau nggak mau yaudah nggak apa-apa."

"Nggak, gue mau!" jawab Naira cepat. Tapi dengan cepat ia menutup mulutnya sendiri dengan kedua tangannya.

Sedang, Jaemin dan Lira menyunggingkan senyum kecilnya. Mereka seperti sengaja merencanakan ini semua.

"Tunggu di sini sebentar," ucap Renjun, lalu ia melangkahkan kakinya menghampiri Daniel.

Naira mengangguk kecil.

"Cie Naira..." goda Lira.

"Apa sih, gue nggak enak sama Jun tau!"

"Enakin aja Nai, kayak sate taichan," sambar Jaemin.

"Lah apa hubungannya pinter?" ujar Lira.

Sedang di sisi lain. Daniel mengedarkan pandangannya dan mendapati Renjun tengah menghampirinya.

"Bang."

"Lama banget keluarnya."

"Lo pulang duluan aja, gue mau naik bus."

"Lah? Berasa supir gue," gerutu Daniel.

"Emang bener 'kan?" jawab Renjun.

Daniel menjitak kepala Renjun pelan. "Eh itu kenapa belom lo kasih ke Sejeong?"

"Dia nolak lagi bang. Nih," sahut Renjun dan memberikan paper bag tersebut.

"Serius?" Daniel meraihnya sambil mengernyitkan dahi.

Renjun menganggukkan kepalanya.

"Gue harus ngasih sendiri kalau gitu."

"Nah! Jadi laki-laki itu harus gantle. Jangan beraninya lewat gue. Udah ah, gue duluan bang." Renjun meninggalkan Daniel yang tengah memerhatikan paper bag yang ada di tangannya.

"Iya gue tau. Tapi 'kan-" Daniel mengalihkan pandangannya dan menemukan sosok Renjun yang sudah menjauh.

"Lah itu anak udah hilang aja," monolognya.

Entah keberuntungan dari mana, tiba-tiba Sejeong tiba di parkiran sekolah sambil berjalan terburu-buru. Bahkan tanpa sadar ia melewati Daniel.

"Sejeong!" seru Daniel.

Otomatis membuat Sejeong menghentikan langkahnya dan menoleh. "Daniel?" gumamnya pelan.

Baru saja ia ingin menghindar dengan melanjutkan langkahnya tapi Daniel lebih dulu mencegahnya.

"Tunggu!" Daniel mencekal tangan Sejeong.

Dengan cepat Sejeong menghempaskannya. "Ada perlu apa?"

"Kamu masih aja kayak dulu Se, dingin sama aku."

"Tolong langsung keintinya aja. Apa maksudnya ngelakuin ini sama aku?" jawab Sejeong sambil mengalihkan pandangannya ke segala arah.

Daniel diam beberapa detik. Hingga akhirnya ia berkata," maafin aku."

"Untuk?" Sejeong mengernyitkan dahinya.

"Atas apa yang terjadi beberapa bulan lalu. Aku nggak bermaksud untuk-"

"Udah cukup. Nggak perlu dibahas, permisi," potong Sejeong.

Daniel tidak mencegahnya kali ini. Ia sebenarnya cukup malu untuk berhadapan dengan Sejeong.

"Kamu masih sama seperti dulu Se. Selain dingin sama aku, kamu juga nggak pernah natap mata aku pas lagi ngomong."

Tanpa Daniel sadari, dari seberang sekolah ada sebuah mobil dengan seseorang yang tengah memerhatikan mereka berdua.

Siapa lagi kalau bukan Vernon? Ya, pemuda itu ada kaitannya dengan Daniel dan Sejeong di masa lalu.

"Anyway, makasih udah nganterin gue pulang."

"Hm," jawab Renjun singkat.

"Ngomong-ngomong, tadi kak Daniel jemput? Tumben banget, biasanya cuma nganter."

"Ada urusan, dan lo nggak perlu tau Nai," sahut Renjun.

Naira mengangguk kecil dan menolehkan kepalanya ke arah jendela bus.

Ya, mereka berdua sudah berada di dalam bus.

"Sejak kapan lo suka sama gue?"

Deg!

Apa-apaan pertanyaan si Renjun? Batin Naira.

Gadis itu tak berani mengalihkan pandangannya dari jendela.

"Kata siapa gue suka sama lo?" jawabnya tanpa menoleh.

"Kata gue barusan."

"Ya gue tau. Tapi-" Naira menoleh dan berhenti bicara karena Renjun tengah mengalihkan pandangan ke arahnya.

Gadis itu seperti terperangkap dalam tatapan mengintimidasi dari Renjun. Tapi, lama kelamaan berubah menjadi sendu.

"Jangan suka sama gue. Karena gue nggak akan bisa bales perasaan lo Nai," ucap Renjun yang membuat Naira merasakan patah hati sebelum memulainya.

"Gue-" Naira tak sanggup melanjutkan kata-katanya.

Keheningan diantaranya pun terjadi cukup lama, hingga Naira mulai bicara lebih dulu.

"Gue ngerti kok Jun."

Karena di hati lo masih ada mendiang Gesya, dan nggak akan pernah tergantikan oleh siapa pun. Batin Naira.

Ya, Renjun selama ini selalu menutup diri bahkan hatinya. Siapa yang tidak tahu hubungannya dengan Gesya.

Namun, takdir berkata lain. Gesya; gadis cantik itu harus meninggalkan Renjun untuk selamanya karena suatu kejadian di masa lalu -satu tahun yang lalu.

"Gue... gue paham. Tapi, kita masih bisa temenan 'kan?"

Renjun menoleh kembali dan menganggukkan kepalanya. "Lo emang temen gue 'kan."

"Ah, iya," sahut Naira sambil tersenyum palsu.

Seenggaknya gue masih bisa deket sama lo Jun, itu cukup. Batin Naira.

Sedang di sisi lain, Vernon tengah duduk sendiri di sebuah Kafe yang tidak jauh dari sekolah.

"Maaf Vern, udah nunggu lama?" sapa seseorang.

Vernon berdiri dan tersenyum mendapati seseorang yang ditunggu telah tiba.

"Nggak kok."

"Ayo duduk, mau pesen minum atau langsung makan?"

"Minum aja dulu Vern."

Vernon mengangguk dan memanggil pelayan, lalu memesan dua jus stroberi.

"Gimana ngajar kamu hari ini, Se?"

Se?...

Ya, seseorang itu adalah Sejeong.

avataravatar
Next chapter