webnovel

Datang dari balik Kabut

Editor: Atlas Studios

Musuh hanya menahan dua serangan Brian sebelum akhirnya berhasil menjatuhkan senjata Brian.

[Mereka lebih seperti sekelompok penjahat daripada anggota regu patroli.] Pikir Brian dengan marah. [Selain memfitnah dan memeras, apa lagi yang sudah mereka lakukan? Greyhound dan aku dengan teliti melakukan tugas-tugas yang diberikan oleh Tuan, tetapi akhirnya kami menjadi orang yang dianggap aneh dalam tim.]

Tapi… itu hanya kebetulan, sekelompok bajingan ini, demi bergabung dengan Benteng Longsong, tidak peduli apa yang akan terjadi pada Kota Perbatasan, dan menggunakan cara yang keji untuk membunuh Greyhound.

Tak bisa dimaafkan!

Brian mengayunkan pedangnya, dan mengarahkan pedangnya ke leher musuhnya yang ketakutan…

Pada saat ini, sebuah bayangan muncul dari depan musuhnya, dan dengan cepat menikam dekat jantung Brian. Serangan ini tidak terlihat, jadi ketika Brian menyadarinya, itu sudah terlambat.

Dalam keputusasaan, Brian jatuh ke tanah, tubuhnya menggeliat, dan ia merasakan rasa sakit yang menusuk di dadanya.

Setelah berguling beberapa kali, Brian segera berdiri dan memasang kuda-kuda bertahan. Serangan pedang itu hanya menembus mantel dan kulitnya, dan tidak ada luka serius yang terjadi. Tetapi intinya adalah siapa yang melakukan serangan itu! Brian tidak kenal seorang pun di tim patroli dengan keterampilan pedang seperti itu.

"Hah? Kamu berhasil menghindari serangan itu." Pria itu mendorong rekannya dan melangkah ke depan.

Dalam cahaya obor, Brian menyadari bahwa ia tidak mengenal orang itu — pria itu tidak tinggi, namun tangannya sangat panjang, menggantung hampir ke lututnya. Wajahnya tidak ia kenal, dan Brian bersumpah ia belum pernah melihat wajah orang ini sebelumnya.

"Kamu bukan dari regu patroli… Siapa kamu sebenarnya?"

Meski memiliki beberapa urusan dengan lima orang di sebelah kamarnya, tapi setidaknya Brian bisa mengenali mereka. Orang ini jelas menggantikan salah satu anggota patrolinya, mengikuti tim dan menyusup ke dalam istana. Itu tidak mengherankan bahwa Brian tidak melihat orang itu di tengah malam, tetapi tidak mungkin Si Codet Bengis juga tidak memperhatikan ada orang asing juga. Karena mereka berdua tidak tampak terkejut, maka hanya ada satu penjelasan bahwa pria ini sengaja diselundupkan oleh Si Codet Bengis untuk ikut serta.

"Kamu sudah tahu jawabannya, jadi kenapa bertanya padaku?" Pria itu tersenyum tanpa ekspresi. "Bagaimanapun, kamu akan segera mati."

"Sial, Brian telah membuatku terluka!" Si Codet Bengis berteriak dengan nada penuh kebencian. "Viper, potong tangan dan kakinya, dan aku ingin membuatnya kehabisan darah perlahan-lahan!"

"Sayangnya, Tuan Kihls, aku harus menyelesaikan tugas dari Earl terlebih dahulu."

Tanpa banyak menunggu, pria yang bernama Viper terus menyerang Brian. Gerakannya cepat dan tidak bisa ditebak, ditambah lengannya yang sangat panjang, memaksa Brian untuk berjuang kewalahan. Brian dipaksa untuk menyerah, dan tidak bisa menemukan kesempatan untuk melakukan serangan balik.

[ Aku terlalu ceroboh!] Brian mulai merasa panik. [Kami sudah bertarung begitu lama di sini, tentunya orang-orang di atas akan segera menyadarinya, kan?]

Brian ingin membalas dendam atas kematian Greyhound dengan tangannya sendiri, tetapi sekarang ia hanya berharap agar bisa bertahan sedikit lebih lama, sampai para penjaga Yang Mulia datang untuk menyergap sekelompok penjahat ini.

"Sepertinya kamu sedang menanti sesuatu." Viper tiba-tiba berhenti menyerangnya. "Kurasa kamu sedang menunggu para penjaga Pangeran untuk menyelamatkanmu? Sayangnya, istana batu ini berbeda dari tempat minum dan hotel biasa. Di tempat berkayu itu, lantai akan berdecit ketika orang-orang sedang bersenang-senang. Tapi di sini, selama pintu tetap tertutup, kamu bisa berteriak sekuat-kuatnya, dan tidak ada yang akan mendengar teriakan apa pun di atas. "

Setelah pikiran Brian terbongkar, ia tidak bisa menahan keputusasaannya, dan Viper memang menunggu kesempatan seperti ini. Viper terus mengarahkan pedang kepada Brian sambil mengangkat tangannya yang lain untuk menarik sebuah busur panah.

Sebuah panah dengan panjang hanya satu jari ditembakkan dari busurnya, dan begitu Brian mendengar suara berdesing dari busur itu, panah itu sudah masuk menusuk paru-parunya.

Rasa sakit yang tak tertahankan tiba-tiba meledak di dadanya. Brian melemparkan pedang ke arah Viper, dan berbalik untuk melarikan diri. Tetapi darah dari paru-paru menyembur dengan cepat ke dalam trakea, membuatnya kesulitan untuk bernafas. Brian tidak bisa jauh berlari, sebelum ia melewati pintu, ia jatuh tersungkur ke tanah.

Viper menyusulnya, dan ingin segera menghabisi Brian, tapi segera dihentikan oleh Si Codet Bengis.

"Biar aku yang melakukannya," katanya sambil menggertakan giginya. "Aku ingin orang ini tahu apa yang terjadi pada mereka yang telah melukaiku!"

Sebuah seringai muncul sekilas di wajah Viper, tetapi ia akhirnya bergerak ke samping. "Lakukanlah dengan cepat, dan jangan lupa tujuan utama kita."

Si Codet Bengis menarik rambut Brian dan berteriak padanya, "Percayalah, kamu akan mati dengan sangat kesakitan."

Brian ingin meludah ke wajahnya, tetapi seluruh tenaganya sudah terkuras, dan Brian tahu ia tidak punya waktu lama untuk hidup. Penyesalan di masa lalu memasuki hatinya, seperti istrinya yang belum sempat ia temui, dan impian untuk menjadi seorang kesatria. Tapi yang paling Brian sesalkan adalah… ia tidak bisa membalas dendam atas kematian Greyhound.

Tunggu, apa itu?

Brian berkedip, dan ada seorang wanita duduk di atas sebuah kotak. Meskipun di bawah cahaya remang-remang, penampilannya tidak terlihat dengan jelas, bentuk tubuh yang sempurna itu membuktikan dengan pasti bahwa orang itu adalah seorang wanita.

Sialan, apakah ini hanya ilusi… Ketika Brian jatuh ke dalam ruangan ini, ia tidak melihat ada siapa pun di dalam. Apakah para dewa di surga mendengar keluh kesahnya, dan dengan sengaja menciptakan ilusi untuk menenangkannya?

"Hei, kalian tidak hanya bertarung di wilayah orang lain, dan bahkan berniat membunuh orang tepat di depanku. Bukankah hal itu tidak sopan?"

Brian bisa merasakan tangan Si Codet Bengis menjadi gemetar, dan membiarkan rambut Brian terlepas dari tangannya. Brian bisa mendengar suara-suara senjata yang dikeluarkan dari sarungnya, dan terdengar beberapa teriakan. "Siapa kamu!?"

[Reaksi mereka terlalu… Tunggu!] Brian berpikir dengan tidak tenang. [Bukankah ini hanya ilusiku saja?]

"Tentu saja aku berasal dari sini." Wanita itu melompat dari sebuah tong, dan menepis debu dari jubahnya. Dalam cahaya lilin yang redup, Brian melihat gaunnya bersulamkan sebuah corak aneh — tiga segitiga berjajar, dan sebuah mata besar di tengah segitiganya. Siluet mata itu bersinar berwarna keemasan di bawah cahaya lilin.

"Bagaimana dengan kalian? Apakah kalian para tikus yang berasal dari selokan?" Suaranya terdengar renyah dan manis, namun dingin. Ini tidak masuk akal… Siapa pun yang melihat kejadian pembunuhan tidak akan bersikap sangat tenang.

Viper juga menyadari hal ini. Ia tampak marah, ia mengendap perlahan di sisi lain, dan tiba-tiba menikam wanita itu.

Wanita itu bahkan tidak menoleh, tetapi dengan santai ia mengibaskan tangannya. Viper bahkan tidak melihat senjata wanita itu, tetapi ia merasakan hembusan angin dingin yang bertiup melewati tubuhnya.

Ada sebuah teriakan. Si Codet Bengis melihat dengan rasa tidak percaya, dan ia melihat Viper bergerak maju dan mundur dengan cepat. Tapi tangan yang tadinya memegang pedang itu sekarang sudah tidak ada.

Tangan Viper jatuh ke tanah, begitu juga dengan pedangnya.

Si Codet Bengis tercekat dalam ketakutan. Orang lain mungkin tidak tahu, tetapi ia sangat tahu tentang Viper — kejam, berbahaya, dan licik dalam menyerang seseorang. Ini adalah penilaian dari Sang Earl untuk orang seperti Viper. Seseorang yang dipilih dan direkrut oleh Earl, berarti kekuatannya tidak bisa diremehkan. Bahkan Brian mengalami kesulitan dalam menahan serangannya selama lebih dari lima belas menit. Tapi sekarang, Viper diserang oleh seorang wanita, dan seluruh lengannya telah terputus.

"Apalagi yang kalian tunggu, cepat bunuh dia!" Viper berteriak, sambil memegang lukanya.

Karena kehilangan banyak darah, penglihatan Brian mulai kabur. Brian mendengar suara langkah kaki yang kalut, suara senjata-senjata, suara bertabrakan, dan suara berdebum ketika tubuh-tubuh jatuh ke tanah. Apa yang sedang terjadi sebenarnya? Brian mencoba membuka matanya, melihat ke depan…

Dan kemudian sang pemimpin patroli melihat sesuatu yang tidak bisa ia mengerti.

Perawakan wanita itu seperti hantu, dan ia berjalan di antara orang-orang itu, menghilang dan muncul lagi berkali-kali. Setiap serangan wanita itu akan menembus titik vital musuh. pertarungan ini tidak tampak seperti perkelahian, dan lebih terlihat seperti sebuah tarian. Brian belum pernah melihat orang menggunakan senjata dengan gerakan seperti itu. Pedang terpental ke atas dan ke bawah, dan pertarungan itu terlihat luar biasa. Orang-orang di sekeliling wanita itu tampak seperti badut yang kikuk, dibandingkan dengan wanita itu. Mereka berusaha menyerang balik tapi sia-sia, dan kemudian mereka semua jatuh berserakan… Pada akhirnya, wanita itu adalah satu-satunya orang yang masih berdiri.

Itu adalah pemandangan terakhir yang Brian lihat sebelum ia kehilangan kesadaran.