webnovel

Orang Ketiga

"Anda bisa makan ramen daging sapi seharga 20 ribu, dan sayuran seharga 200 ribu."

Meskipun Intan tidak pandai ekonomi, dia masih membuat perbedaan yang jelas antara 20 ribu sama 200 ribu?

"Senior ... aku telah membuatmu membeli makanan yang sangat mahal ..."

"Tidak apa-apa, sudah seharusnya begitu."

Kemal tersenyum sambil membelai kepala Intan.

Tindakan ini jelas terasa keintimannya. Semua itu terlihat langsung oleh kedua mata Irwan yang langsung ingin memotong tangan Kemal yang sulit diatur.

Intan merasakan tatapan dingin Irwan yang melihat bagaimana Kemal memerlakukan dirinya. Intan sama sekali tidak berpikir bahwa Kemal akan bersikap seperti itu, karena menurutnya Kemal itu tidak akan melakukan semua itu demi Intan seorang. Intan sering mendengar, kata orang dunia luar itu sangat dingin, memang semua orang bisa saja bersikap hangat tapi tidak ada yang benar-benar baik.

Ada begitu banyak kata yang rasanya tidak cocok untuk diucapkan kali ini.

"Senior, paman ketiga adalah orang tuaku juga, jadi jangan mengatakan sesuatu yang membuat orang lain salah paham. Kalau tidak, paman ketiga benar-benar mengira kita punya hubungan khusus. Jika dia memberi tahu orang tuaku, situasinya akan buruk"

Intan menekankan nada bicaranya. Dia benar-benar berharap Kemal akan mengurangi sikapnya yang berlebihan saat ini.

Mendengar itu, sorot mata Kemal menjadi lembut.

Sebenarnya, Kemal menyukai Intan sejak lama, tetapi Intan tidak pernah peka. Dia memang sangat lambat dalam hubungan antara pria dan wanita. Tidak peduli seberapa lama Kemal sering memberikan sinyal yang jelas kepadanya, Intan tetap tidak bisa merasakannya.

Kemal juga bukan orang yang dingin, siapa pun yang kemal bantu adalah orang-orang yang ada di dekat Intan. Kemal berteman baik dengan Salsa juga karena Intan.

Sejak Intan bergabung dalam rapat departemen, dia selalu memperhatikan gadis mungil dan cantik ini.

Intan sangat aktif di organisasi. Intan tidak pernah pamrih dalam membantu, sehingga dia sering diberikan semua pekerjaan yang tidak ingin dilakukan orang lain.

Kemal sering membantu Intan, ditambah lagi dengan hubungan baiknya dengan Salsa, hubungan Kemal dan Intan semakin baik.

Kemal sebenarnya ingin mengakui perasaanya kepada Intan begitu dia lulus, jadi dia punya kesempatan untuk langsung bertemu orang tuanya.

Tapi hari ini, secara kebetulan, Kemal benar-benar bertemu dengan salah satu "tetua" dari keluarga Wijaya, jadi dia merasa senang karenanya.

Kemal sangat ingin berita tentang perasaannya itu sampai ke orang tua Intan, sehingga mereka bisa bersiap sebelumnya.

"Saya percaya bahwa Paman Irwan adalah orang yang bijaksana, dia pasti akan mengerti apa yang saya maksud. Paman adalah seorang yang lebih tua, dia pasti mengharapkan hubungan yang sehat untuk para generasi yang lebih muda."

Oke. Irwan sekarang mengerti arti perkataan Kemal.

Apa yang dimaksud Kemal? Intan memang tidak mengerti tentang perasaan.

Intan tidak tahu apa itu suka atau apa itu cinta.

Intan bersikap baik kepada semua orang, dengan begitu dia berpikir bahwa orang lain juga akan baik padanya. Ini sesuatu yang normal menurutnya.

Intan sebenarnya tidak benar-benar tahu bagaimana mengambil tindakan.

Ketika Salsa bertanya apakah dia menyukai Irwan, Intan tidak tahu mengapa dan tidak bisa menemukan alasan yang tepat.

Intan hanya tahu bahwa dia menerima Irwan dan menganggapnya sebagai keluarganya.

Mengenai perasaan lainnya, Intan tidak terlalu memikirkannya.

Intan memandang Irwan tanpa daya, dia sama sekali tidak tahu apa yang dimaksud Kemal.

"Makanlah."

Suara Irwan semakin dingin, wajahnya datar tidak ada kegembiraan atau kesedihan. Sama sekali tidak ada emosi yang terlihat.

Di kedalaman mata elangnya, sorot mata hitamnya tidak bisa dipahami.

Seperti laut tak berujung dengan arus bawah yang bergolak, tapi juga seperti lubang hitam di langit berbintang. Ya, sorot matanya sedalam itu hingga rasanya bisa menyedot manusia.

Sedangkan Intan, jantungnya berdegup kencang karena sedikit takut dengan tatapan Irwan.

Makanan datang dengan cepat. Intan melirik makanan itu dan ternyata itu semua adalah makanan favoritnya.

Kakap asam manis, tumis sayap ayam, dua piring sayuran menyegarkan, dan sepanci sup segar yang hangat.

Kemal yang memesan semua makanan itu untuk Intan, karena dia tahu apa makanan kesukaannya.

Pada saat itu, ketika tahun ajaran baru saja dimulai, ada banyak hal yang terjadi di rapat perkumpulan siswa. Kemal yang merupakan ketua organisasi, sering memesan makanan dan mentraktir semua orang. Setelah sekian kali, Kemal secara alami bisa memahami selera makan masing-masing orang.

Intan juga masuk dalam pengamatan Kemal itu, jadi Kemal memang benar-benar sudah paham selera makanan Intan.

Kemal tahu makanan apa yang Intan suka makan, dia tahu Intan tidak suka makan yang terlalu berminyak. Dia juga tahu bahwa kelas profesi Intan hari ini akan diadakan.

Intan membatin, mengapa Kemal harus susah-susah mengingat apa yang menjadi preferensi orang lain? Intan, yang sering tidak peka, tiba-tiba merasa sedikit bingung.

Dia sekarang ingin mencari seseorang untuk membantunya menjawab pertanyaan di kepalanya. Dia melihat Irwan, mencari bantuan darinya.

Irwan juga melihat Intan saat ini, tapi tatapan kesepian jatuh padanya sejenak, tatapan yang terasa dingin dan ...

Marah.

Irwan marah.

Tapi Intan merasa dirinya tidak melakukan sesuatu yang berlebihan.

Kemal menyajikan semangkuk sup dan menaruhnya di depan Intan sambil berkata, "Makanlah selagi panas untuk mengisi kembali tubuhmu. Kamu terlalu kurus. Aku sangat khawatir angin kencang akan menerbangkanmu."

"Aku ... aku tidak ingin makan lagi, tiba-tiba aku merasa sedikit tidak enak badan. Aku kembali dulu."

Intan bingung, dia tidak tahu bagaimana menghadapi Kemal yang bersikap baik padanya lalu dengan cepat pergi.

"Ini masih hangat!"

Kemal buru-buru bangun tapi tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun karena Intan keburu pergi, tapi Kemal tidak mengejarnya.

Kemal harus bersikap baik, jadi dia tidak bisa meninggalkan Irwan sendirian di sini.

Kemal duduk lagi lalu mengirim pesan ke Intan. "Jika sudah tiba di kampus, balas pesanku".

Setelah mengirim pesan tersebut kepada Intan, Kemal melihat ke Irwan lagi. "Saya sudah mendengar tentang nama Paman Irwan Wijaya dulu, ini merupakan suatu kehormatan bagi orang yang lebih muda yang beruntung melihatmu hari ini."

"Oh? Benarkah? Aku khawatir kamu tidak ingin melihatku lagi."

Irwan berkata dengan tenang. Meskipun kata-katanya ringan, tapi tidak ada yang berani mengabaikan aura kuatnya.

Irwan selalu rendah hati, dan hanya ada sedikit laporan di ibukota kekaisaran, tetapi ayahnya berkata bahwa orang ini tidak boleh diremehkan.

Dengan persaingan internal yang sangat sengit dalam keluarga Wijaya, Irwan dapat hidup dengan baik selama bertahun-tahun yang menunjukkan bahwa dia bukanlah orang pemalas.

Selain itu, banyak hal buruk yang telah terjadi hingga meninggalkan bekas luka di separuh wajah itu, serta aura yang tenang tapi mengerikan di dalam diri Irwan.

Melihat sosok Irwan seperti sarung pedang, tanpa menunjukkan ujungnya yang tajam, semua orang akan takut untuk menghadapinya. Mata itu ... dalam dan suram, seperti ada sesuatu yang disembunyikan.

Kemal tersenyum dan berkata, "Saya akan mewarisi properti ayah saya di masa depan, jadi berurusan dengan pengusaha tidak dapat dihindari. Saya khawatir saya akan bergantung pada paman ketiga nanti. Saya dapat melihat bahwa paman ketiga saya juga memperlakukan Intan dengan sangat hangat. Dia adalah gadis yang membuat orang ingin bersikap baik padanya. Meskipun paman ketiga belum menjadi anggota keluarganya secara resmi, saya tidak dekat dengan keluarga Surya tapi saya bisa menjaga keramahan. Saya juga bersyukur bisa bertemu paman. "

"Aku yang menjaganya. Ini urusan antara aku dan Intan. Intan memang harus berterima kasih padaku karena aku yang menjaganya selama ini. Tapi untuk apa kamu berterima kasih padaku? Selain itu, menurut silsilah, dia memang memanggilku Paman. Tapi aku dan Intan bukanlah kerabat maupun teman. Aku tidak bisa menjadi paman ketiganya. Ada yang harusaku lakukan, jadi aku akan pergi dulu. "

Irwan tidak peduli dan dengan lembut meletakkan sumpitnya.

Sumpit bertumpu pada mangkuk porselen dengan suara yang tajam, sedikit mengagetkan Kemal.

Untuk beberapa alasan, sikap Irwan menjadi semakin tidak ramah. Apakah karena Kemal melakukan sesuatu yang salah?

Irwan pergi dan Kemal tidak berniat makan, jadi dia bergegas kembali ke kampus.

Intan kembali ke asrama, tetapi dia tidak menyangka teman sekamarnya memberi tahu bahwa Kemal menunggu di bawah dan mengatakan bahwa dia punya sesuatu untuk diberikan.

Teman sekamar Intan menggodanya. "Melihat kamu begitu dekat dengan senior dua hari terakhir ini, kamu seharusnya tidak ..."

"Tidak!"

Intan melambaikan tangannya lagi dan lagi, karena takut dengan tebakan ngawur mereka.

"Tidak? Saya pikir senior Kemal sangat dekat denganmu! Jujur saja, apakah kamu memiliki ..."

"Tidak, aku tidak suka membuat hubungan dengan senior, selain itu ... aku sudah punya pacar."

Intan menatap telepon tanpa sadar, tapi Irwan belum menghubunginya sejak dia melarikan diri.

Apakah Irwan masih marah padanya?

Intan sedikit gelisah.

Intan tidak enak hati membiarkan Kemal menunggu terlalu lama, jadi dia turun.

"Ayo pergi."

"Ya." Intan menjawab tanpa berani menatap mata Kemal.

Next chapter