10 Senyum Hangat

Alice mendatangai Cyber Police dengan ditemani Viona, saat sampai di gedung itu Alice telah disambut dengan seseorang yang ternyata sudah menunggunya sedari tadi.

"Dokter Alice, apa Kabar?" sapa pria tersebut dengan lesung Pipitnya yang membuat pria itu semakin tampan.

"Hallo Ronald" sapa Alice sambil melambaikan tangan dan tersenyum bahagia.

"Dimana bosmu?" tanya Alice kemudian sambil melihat ke arah sudut gedung yang adalah ruangan kepala Cyber Police tersebut.

"Komandan lagi keluar. Tunggulah disini, sebentar lagi mungkin beliau akan kembali" kata Ronald.

"Oh ya, perkenalkan dia adalah sahabatku Viona, dan Viona perkenalkan ini Ronald" kata Alice kemudian memperkenalkan keduanya.

Disaat bersamaan, masuklah ke empat teman Ronald, yang adalah anggota Cyber Police. Ronald lalu memperkenalkan keempat temannya tersebut pada Alice dan Viona. Mereka adalah Ricky, Jhordy, Achmed dan George.

Devisi Cyber Police mempunyai beberapa kelompok yang sengaja dibagi untuk memecahkan kasus-kasus yang dimiliki, mereka berlima merupakan satu tim yang dibentuk Azka sekitar 2 tahun yang lalu dan diberi nama Cyber Five.

...

Alice dan Viona masih menunggu kedatangan kepala Cyber Police tersebut saat akhirnya ponsel Viona berdering, ada panggilan dari kepala ruangan rawat Zr. Ezra.

"Selamat siang dokter Alice, maaf mengganggu. Saya ingin memberitahu jika pasien atas nama Tn.Alfred sudah kami pulangkan. Namun beliau menitip sebuah pesan untuk anda". kata suara diseberang.

"Baiklah, saya akan ke RS sebentar lagi, kebetulan hari ini saya dinas siang." kata dokter Alice kemudian.

"Hhmp, dokter... Sebenarnya saya ingin mengatakan bahwa sebaiknya dokter tidak ke RS hari ini, karena begitu banyak wartawan di halaman RS yang sedang menunggu kedatangan anda dokter." suster Ezra berbicara sambil berbisik.

"Apa?? Wartawan??" Alice cukup kaget mendengar penjelasan suster Ezra, beliau mengatakan wartawan menginginkan klarifikasi dari dokter Alice tentang penyebab kematian Caroline Williams.

Alice menutup ponselnya, dari wajahnya tergambar jelas bahwa saat ini dia sedang panik dan gelisah. Ia tak tahu apa yang harus diperbuatnya. Saat kepanikan itu muncul, sekali lagi ponselnya berdering. Wajah Alice tampak sangat terkejut, kali ini yang menelponnya adalah direktur RS.Elinton. Disaat yang bersamaan tampak wajah yang tak asing bagi Alice telah berdiri dihadapannya, Azka tersenyum manis lalu dengan tenang mempersilahkan Alice untuk menjawab telepon itu dengan bahasa tubuhnya.

"Selamat pagi pak" kata Alice tenang

"Selamat pagi dokter Alice. Keributan apa lagi yang anda perbuat?? Halaman rumah sakit dipenuhi oleh para wartawan." terdengar suara diseberang.

"Bapak saya bisa menjelaskan semuanya, Pak" kata Alice dengan sedikit gugup.

"Sekarang!! Saya mau sekarang juga kamu menghadap keruangan saya" kata suara itu, lalu ponselnya dimatikan.

Alice bergantian memandang ke arah Viona dan Azka seperti memohon belas kasihan.

"Kita bisa keruangan saya sekarang!!" kata Azka kepada dua wanita tersebut.

Alice bukannya bangkit dari tempat duduk itu, dia malah seperti seseorang yang berharap belas kasihan.

"Apa yang harus saya perbuat?" kata Alice setengah memohon pada Azka.

"Kita ke ruangan saya dulu, anda bisa menjelaskan semuanya di dalam ruangan dan setiap pernyataan anda akan saya catat." kata Azka kemudian sambil berjalan ke ruangannya.

Alice dan Viona mengikuti lelaki itu, sesampainya di ruangan Alice menceritakan semuanya sesuai dengan cerita aslinya, mulai dari keadaan Caroline Williams saat datang di RS sampai hasil visumnya, wanita itu yakin jika Caroline Williams dibunuh, namun soal kehamilan gadis cantik itu, Alice meyakinkan bahwa gadis itu tidak dalam kondisi hamil.

"Saya yakin dia tidak hamil, saat saya visum ada bekas darah di vaginanya, itu bukan perdarahan melainkan itu adalah darah ketika seorang wanita baru pertama kali melakukan hubungan sex. Robekan pada selaput vaginanya itu yang membuat veginanya berdarah. Saya yakin sebelum dibunuh Caroline lebih dulu diperkosa." kata Alice dengan yakinnya.

"Baiklah, pernyataan anda telah saya catat. Untuk gugutan pencemaran baik ini, akan tetap kami proses. Jika itu bukan artikel tulisan anda, anda tidak perlu khawatir dokter Alice. Sebaiknya jika anda ada waktu, anda boleh menemui keluarga Caroline Williams untuk menjelaskan semuanya." kata Azka kemudian dengan senyum manisnya.

Alice dan Viona sama-sama merasakan kehangatan dari senyum manis pria tampan tersebut. Untuk sekian lama, akhirnya Viona kembali merasakan hal itu. Hanya dari kehangatan senyum manis seorang Azka Camerlo, akhirnya Viona Rahaya kembali jatuh cinta.

avataravatar
Next chapter