37 Review Past II

"Sayang kamu baik-baik saja?" tanya Ronald pada Alice di akhir dari cerita sang kekasih.

"Aku baik" jawab Alice sambil berusaha memberikan sebuah senyum yang tampak dipaksakan. Wajahnya terlihat kusut dan berantakan, matanya sembab karena saat bercerita tadi dia sempat menangis.

Ronald menghembuskan napasnya kasar, mengingat penderitaan yang selama ini dijalani kekasihnya itu.

"Apa sampai saat ini Angel belum tau jika kau adalah ibunya?" tanya Ronald kemudian.

Alice mengangguk mengiyakan pertanyaan Ronald "Aku belum siap, aku juga takut jika Angel akan kecewa dengan kenyataan ini. Aku akan menunggu sampai nanti dia menjadi seorang gadis dewasa yang siap dengan kenyataan pahit ini." kata Alice kemudian.

"Sudah larut malam, aku akan mengantarkanmu pulang" Ronald memperhatikan jam tangannya yang telah menunjukan pukul 10.20 malam.

Ronald akan beranjak dari duduknya ketika Alice menahan tangan kekar milik lelaki itu dan berkata "Apakah sekarang kau masih akan tetap mempertahankanku sebagai kekasihmu? ataukah kau akan mengakhiri hubungan kita sekarang?" tanya Alice kemudian pada sang kekasih, ia tampak pasrah dengan jawaban yang akan diucapkan Ronald.

"Alice Valencia, apapun itu yang terjadi dimasa lalu dan yang akan terjadi dimasa mendatang, tidak akan ada satu hal pun yang bisa merubah kenyataan bahwa aku mencintaimu. Dengan tulus, aku mencintaimu sepenuh hatiku." jawab Ronald kemudian dengan sebuah keyakinan sambil menggenggam kedua tangan wanita yang dicintainya itu, lalu diakhir kalimatnya, ia mengecup lembut kening kekasihnya itu.

...

Setelah mengantarkan Alice pulang kerumahnya, Ronald pun kembali ke hotel tempatnya menginap. Sesampainya disana Ronald yang tampak kelelahan itu, segera membaringkan tubuhnya diatas ranjang, ia berusaha untuk memejamkan matanya lalu kemudian tidur, namun pikirannya penuh dengan cerita yang baru saja Alice sampaikan padanya. Hatinya menjadi geram dengan apa yang diperbuat lelaki itu pada wanita sebaik Alice, ia tak menyangka jika karir dan jabatan bisa membutakan mata seseorang yang sudah saling mencintai selama 10 tahun itu.

"Lalu apakah kau akhirnya melaporkan Biadap itu pada komite etik kepolisian?" Ronald mengingat kembali percakapannya dengan Alice tadi.

"Awalnya aku sangat ingin melakukannya, namun setelah memikirkan berulang kali ternyata rasa cintaku lebih besar dari rasa benciku. Aku membayangkan susahnya ia memperoleh semua itu, bagaimana jika hanya dalam waktu sekejap aku membuatnya menjadi seseorang yang tak bernilai apupun dimata orang lain. Perasaan seperti itu membuatku tak sanggup untuk melihatnya menjadi seorang gembel nantinya. Aku tidak melaporkannya dan aku memutuskan untuk tidak menghubunginya lagi, setelah mengiriminya sebuah surat untuk mengakhiri hubungan kami." jelas Alice.

"Seharusnya kau melaporkannya!!" sarkas Ronald penuh kekesalan. "Lalu, selanjutnya apa yang terjadi?"tanyanya lagi.

"Aku memutuskan untuk tetap mempertahankan kandunganku, dengan mengurus sendiri diriku dan melakukan beberapa pemeriksaan kandungan dengan dokter kandungan di klinik swasta dengan merahasiakan identitasku yang sebenarnya." Alice melanjutkan ceritanya dengan terus berkata-kata tanpa mampu melihat ke arah Ronald, ia menatap hamparan pemandangan kota Valencia yang berada di hadapannya itu, sedangkan Ronald dengan serius ia menyimak setiap perkataan Alice.

"Tak ada kabar sama sekali dari Edward, syukurnya saat aku hamil trimester pertama aku tidak mengalami mual, muntah ataupun pusing, aku bisa menjalani hari dan pekerjaanku dengan baik. Aku mulai frustasi ketika kandunganku menginjak bulan kelima, bentuk perut yang semakin membesar membuatku takut jika ada yang mengetahuinya. Akhirnya aku melilit perutku dan mengencangkannya dengan stagen dan ini sangat membuat diriku tidak nyaman" Alice menghela napas panjang, ada rasa sesak tersendiri bagi dirinya ketika mengingat masa itu.

"Apa yang terjadi selanjutnya?" tanya Ronald lagi.

"Akhirnya Viona tahu akan kehamilanku, ia lalu menghujatku sejadi-jadinya saking kesalnya karena aku merahasiakan ini darinya. Ia kemudian pergi menemui Edward untuk melayangkan ultimatumnya agar segera menikahiku jika ia ingin tetap menjadi seorang perwira polisi. Namun, sekali lagi aku harus terpuruk bahkan aku ingin mengakhiri hidupku sendiri, tatkala Viona kembali bukan dengan kabar bahagia tapi dengan kabar yang sangat menyakitkan untukku, Edward mengalami sebuah kecelakaan dan dalam kondisi koma saat itu. Bukan kecelakaan itu yang membuatku sakit hati, tapi disisi Edward ada seorang wanita yang mendampinginya dan kata Viona wanita itu adalah calon istrinya, anak seorang jendral tempat Edward ditugaskan. Kau tahu bagaimana perasaanku saat itu Ronald?" tanya Alice pada Ronald diujung ceritanya itu.

Ronald hanya terdiam menatap wanita dihadapannya itu, sambil mengelus lembut rambut wanita itu. Sedangkan Alice kembali terisak lalu kemudian melanjutkan ceritanya lagi. "Aku tetap menjalani hidupku dan pekerjaanku dengan baik, aku yang pintar bersandiwara dan pintar bermake-up akhirnya mampu mengelabui semua orang tentang kehamilanku, namun saat menginjak usia 7 bulan, aku mulai mengalami beberapa kesusahan sampai akhirnya aku harus mengambil cuti untuk itu. Aku memakai alasan kalau ayahku sedang sakit keras, jadi aku harus pulang menemuinya. Karena direktur RS Elinton adalah teman ayahku, akhirnya aku mendapatkan cuti sesuai keinginanku, namun selama cuti jasaku tidak dibayarkan. Aku akhirnya pulang ke Valencia dengan diantarkan Viona dalam keadaan perut yang sudah membuncit." Viona menarik napas dalam...

"Lalu, apa kata Om dan Tante?" tanya Ronald penuh penasaran.

"Papa awalnya marah besar, ia tak menyangka jika putri satu-satunya yang sangat ia percaya harus mencoreng nama baiknya seperti ini. Kau tahu Ronald, papa sampai ingin membunuhku dan mencoretku dari daftar keluarga, mama juga tak kalah kecewanya padaku, beliau menangis semalaman karena apa yang terjadi padaku. Tapi mereka orangtua terhebat yang ada di bumi ini, dengan lapang dada akhirnya mereka menerima keadaanku dan tetap berusaha menyembunyikan kondisiku dari lingkungan kami berada. Semua upaya mereka lakukan sampai akhirnya aku melahirkan Angel setelah 9bulan aku mengandungnya." Alice masih bercerita dengan air mata masih mengaliri pipinya.

"Papa dan mama akhirnya luluh setelah melihat Angel kecil lahir, dia bagaikan malaikat yang dikirimkan Tuhan untuk keluarga kami. Setelah banyak perundingan diantara kami, akhirnya papa meminta agar Angel masuk dalam daftar keluarga kami sebagai anak bungsunya dan aku kembali ke kota Grazia sebagai seseorang yang tanpa beban sama sekali." Alice menutup ceritanya.

"Apa semua berakhir seperti itu saja?"tanya Ronald kembali "Apakah tidak ada seorangpun disini yang curiga dengan kehadiran Angel yang secara tiba-tiba?"lanjutnya lagi.

Alice menghela napasnya kembali dengan berat, seakan ia kembali ke masa itu. "Banyak orang yang bergunjing dibelakang keluarga kami, banyak cerita yang beredar yang mengatakan jika Angel adalah anak haram papaku dengan wanita lain, ada pula yang mengatakan jika Angel anak yang mereka ambil di Panti Asuhan, namun ada beberapa juga yang mengatakan kebenaran bahwa Angel adalah anakku, namun semua cerita itu tidak kami pedulikan. Papa dan mama sudah bahagia dengan kehadiran Angel, bahkan mereka lupa dengan luka yang aku berikan pada mereka beberapa waktu lalu. Dengan bantuan Bibi Raya dan Paman Exel, mereka akhirnya mampu membesarkan Angel dengan baik. Sampai akhirnya 2 tahun yang lalu kami akhirnya tahu jika Angel mengidap kelainan genetik, Angel mengidap thalasemia."

"Thalasemia?" tanya Ronald penuh keterkejutan.

"Iya, Angel sejak berusia 2 tahun hidup dengan transfusi darah dari orang lain. Dia tidak boleh bermain terlalu lelah, tidak bisa berlarian terlalu lama, dia mudah lelah, sesak dan pusing. Untuk itu papa dan mama sangat menjaga kesehatan Angel." kataku kemudian.

"Lalu mengapa kau masih tidak mempedulikannya?" tanya Ronald frustasi, ia tak mengerti mengapa kekasihnya itu lebih memilih menetap di kota Grazia dan membiarkan Angel disini dalam kondisi yang sangat memprihatikan.

"Aku belum siap untuk menjadi ibu yang baik. Biarlah semua berjalan seperti ini, sampai waktunya tepat aku akan kembali menetap di kota ini." jawab Alice datar.

"Hahh... Aku tak mengerti apa yang kau pikirkan, sayang." ujar Ronald seperti putus asa.

"Tetaplah disini, kau bisa menjaganya dan membahagiakannya" Ujar Ronald selanjutnya sambil menatap dalam mata Alice.

"Biarlah semua berjalan sesuai kehendak-Nya, Ronald. Aku hanya mengikuti alur yang Dia berikan" jawab Alice kemudian sambil menatap hampa kearah langit.

...

.

.

Catatan Penulis:

Haii dear... 😉

Chapter ini masih bercerita tentang masa lalu Alice ya...

Semoga kalian semua suka dengan alurnya...

Kali ini seperti biasa penulis minta komentar, review, bintang n PS nya ya... 🙏🙏

Yang sudah buat ulasan, boleh buat lagi ya, yang belum ayolah bantu penulis untuk buat ulasannya...

Terimakasih... Kalian yg terbaik 🥰🤗

avataravatar
Next chapter