2 ~

~Lanjut cerita sebelumnya,~

Aku mengenal Bima semenjak dia membantuku di perpustakaan, saat itu aku tak sengaja menyenggol buku yang berada di atas tumpukkan dus. Sebagai bentuk tanggung jawab ku, aku harus merapikan kembali pada keadaan semula.

Tentunya Bima adalah orang yang tampan, perawakannya juga proporsional. Kalau bukan karena kejadian itu, aku tak akan mengenal Bima sampai sekarang. Sifat baiknya melengkapi wajah tampannya. Dia menolongku sampai buku-buku ini tersusun rapi.

"terima kasih" ujar ku yang saat itu belum tahu nama nya.

Hari berikutnya, orang-orang berkumpul di lapangan basket dan itu dipenuhi oleh penonton wanita. Tak ayal, karena yang bertanding adalah jajaran 'cogan-cogan'. Bersyukur sekali kami para wanita yang sekolah disini karena terus terang, tak ada alasan untuk bolos karena tiap hari di kelilingi pria-pria tampan.

Pria yang pernah menolong ku turut andil dalam permainan, bahkan ia tampil melawan Haru.

Teriakkan para penonton tambah membawa suasana pertandingan menjadi seru, terlebih dua kubu itu memiliki jumlah penonton yang sebanding.

Seusai pertandingan berakhir, aku mendatangi pria itu dengan membawakan minuman kaleng. Setelah mencarinya ke beberapa ruangan, akhirnya aku menemukan dia duduk sendiri di bawah pohon rindang yang ada di sekolah.

"ini!!" mulai ku dengan memberikan minuman kaleng.

"apa ini??" tanya dia

"ambil"

"kamu sekarang sedang menggoda aku??" tanya nyelenehnya

"heuh? Enggak, aku memberikan ini sebagai bentuk terima kasih ku karena kamu sudah membantu ku kemarin"

"apa?? kapan??"

"kamu gak inget??" kecewa ku mendengarnya

"aaahhhhh"

"kalau gitu ambil ini!!" posisi tangan masih menjulur "kalau enggak mau ya udah" ucapku mengurungkan niat

Dan dia pun memilih mengambil pemberianku.

Aku pergi meninggalkan nya, kemudian aku sadar belum memberitahu dia "nama ku Aurora, kamu bisa memanggilku Aura" teriakku kepadanya yang berjarak sekitar 7 meter darinya.

Di jam istirahat, Haru mengajak ku makan siang bersama. Ketika makan berdua dengan nya, terlihat sekali dari wajah para gadis itu merasa iri kepada ku. di posisi ini aku merasa tak nyaman, tapi aku juga menikmati makan siang berdua bersama Haru.

"aku suka kamu, kamu mau gak jadi pacar aku??" ucap Haru yang tiba-tiba dan menggemparkan seluruh isi kantin

Tersedak langsung setelah mendengar kalimat itu. Semuanya di luar dugaan ku, karena sebelumnya aku pikir jika Haru menembakku pasti akan intim hanya berdua di tempat yang romantis, seperti di kafe yang mejanya dipenuhi lilin-lilin, kemudian memberikan buket bunga dan coklat. Pokoknya seperti yang ada di drama-drama korea dehh. Tapi apa ini? justru malah di kantin, banyak orang yang lihat pula.

Astagfirullah, ekspektasi ku keterlaluan sekali. Seharusnya aku bersyukur dengan apa yang tuhan berikan. Lagi pula Haru adalah orang yang terlalu sempurna untuk aku.

"aku gak bisa" jawab ku yang sontak kembali mengagetkan semua orang yang ada di sini.

"kamu, nolak aku??" tanya Haru kebingungan

"bukan, bukan nolak. Tapi,,, aku gak bisa jawab hari ini" jelasku

"kalau gitu, kapan??"

"satu minggu lagi" ucapku yang tak yakin

"oke, aku akan nunggu itu"

Sudah jelas kalau aku juga menyukai Haru, tapi ada apa dengan ku? Kenapa aku tak mengatakan iya saja? Kenapa harus membuat dia nunggu satu minggu? Apa karena dia mengatakan itu di luar ekspektasi ku? Ahh entahlah~

~ "mama" panggil si sayang Hanif kepadaku

"mama disini" ucapku sambil memeluk nya.

"ayah di mana??" tanya anak ku yang membuatku berkaca-kaca

Semuanya, sampai di sini dulu ya cerita kali ini~

avataravatar
Next chapter