14 Ch - 14 : Kali Ini Alya?

Semalaman Shin terus diabaikan oleh Shiina, membuatnya merasa bersalah sekaligus tidak nyaman dengan semua yang terjadi. Walaupun dia sudah berusaha menjelaskannya, Shiina masih tetap mengabaikannya seolah-olah dia adalah yang salah.

Memang begitu, Shin mengakuinya tetapi bukan sepenuhnya dia yang salah. Kemudian, Shiina telah mendapatkan Kunci Apartemennya kembali setelah berbicara dengan Pemiliknya, pada malam itu juga Shiina pindah, meninggalkan Shin yang masih merasa bersalah.

Shin berangkat ke Sekolah, sendirian karena dia tidak mau berangkat bersama siapapun pagi ini. Suasana hatinya buruk seperti kemarin. Sekarang masalah yang harus dipikirkan adalah menyelesaikan soal Alya si Ojou-sama yang selalu mencari masalah.

Dia marah kepadanya, tapi dia tak boleh menggunakan fisiknya untuk meluapkan amarahnya, terlebih lagi kepada seorang gadis. Ayahnya selalu memintanya untuk menahan diri jika berdebat dengan seorang Gadis. Meski mereka makhluk menjengkelkan, tapi mereka sangat indah.

Jika seorang gadis memang benar-benar menyebalkan, maka balas mereka dengan hal yang lebih menyebalkan pula. Itulah saran Ayahnya. Shin dan Ayahnya sama-sama punya sisi jahil, makanya Shin langsung mengerti apa yang dimaksud Ayahnya.

Sesampainya di Kelas, dia tak melihat Komi yang biasanya masih duduk seolah-olah menunggu kedatangannya. Mungkin saat ini Komi sedang bermain dengan Najimi untuk berteman lebih banyak orang, tentunya Shin merasa senang atas kemajuan itu.

Dia duduk dan mengistirahatkan tubuhnya. Shin biasanya selalu datang pagi-pagi sebelum Sekolah ramai dengan banyak Murid, tapi hari ini dia agak telat dari biasanya, semua gara-gara Shiina.

"Kamu .."

Seseorang menepuk mejanya, berbicara kepadanya. Kepala Shin menunduk, tapi tanpa melihat siapa lawan bicaranya saja dia sudah mengetahuinya. Sangat malas dan benar-benar tak mau berinteraksi dengan orang, namun ... dia tak punya pilihan lain.

"Panggil namaku."

"Kita diminta untuk ke Kantor Kepala Sekolah. Ini bukan saatnya untuk memperdebatkan panggilanmu."

"Ah, aku malas. Aku ingin namaku disebut oleh Ketua Kelas yang cantik."

"Kamu ..! Sud-"

"Malas, deh." Shin menidurkan kepalanya di atas meja dan berekspresi seperti seorang pemalas sejati.

Alya merasa kesal, tapi dia sudah tak punya pilihan lain, hanya bisa menuruti kemauan Shin saja. "Sasaki Shin, kamu dan aku diminta oleh Kepala Sekolah untuk datang ke Kantornya. Se-ka-ra-ng juga!" Ucap Alya sambil menahan kekesalannya.

"Oah, akhirnya namaku dipanggil juga. Baiklah, My Lady, ayo kita ke sana." Shin berdiri dan menatap Alya sambil menyeringai seolah-olah menyatakan perang.

Alya jelas tahu dan mengerti apa yang Shin maksud, jadi dia tidak akan membiarkan dirinya dipermainkan begitu saja. Alya membalas senyuman Shin dan melipat kedua tangannya seperti biasa.

Mereka berdua meninggalkan kelas, menuju Kantor Kepala Sekolah. Namun, ada seorang gadis memanggil nama Shin, membuat keduanya berhenti berjalan dan menoleh kebelakang, hanya melihat seorang gadis cantik berambut merah muda yang Shin kenal. Siapa lagi kalau bukan, Shikimori.

"Anu, Sasaki-san, apa kam-" Kata-kata Shikimori tersangkut di tenggorokan ketika menyadari Alya yang berada di sebelah Shin. Matanya menatap tajam seolah ada tantangan di depannya, saat ini sosoknya seperti Harimau.

Alya yang ditatap mereka bingung tetapi entah kenapa merasa sedikit paham. Hanya memberikan senyuman meremehkan yang bisa dia lakukan, ternyata berhasil memprovokasi Shikimori. Dia merasa bangga karena berhasil melakukannya.

'Apa mereka berdua pernah bertemu sebelumnya?' Sementara Shin tidak paham dan hanya menebak-nebak seperti sebelumnya, tapi kali ini tebakannya sangat-sangat salah.

"Sasaki-san, siapa ... gadis ini?" Shikimori bertanya sambil tersenyum seramah mungkin, menyembunyikan kemarahannya, tapi auranya benar-benar berkata sebaliknya.

"Ah, dia adalah Alya atau Alisa ... Alisa ... Siapa, ya? Pokoknya namanya Alya-san, gitu. Nah, Alya-san, gadis ini adalah Shikimori Micchon, anggota Klub Voli."

"A - Apa?! Kamu tidak ingat namaku? Dasar bodoh!" Kebanggaannya tadi langsung jatuh. Alya menyalahkan Shin, lalu melihat senyuman meremehkan datang dari Shikimori.

"Kenapa aku? Namamu yang kepanjangan. Kalau saja namamu cuma dua kata saja, aku masih ingat."

"Masa bodo! Aku membencimu!" Alya langsung berlari setelah berkata seperti itu.

"..." Shin membeku ditempatnya tanpa berkata-kata.

'Aku hanya lupa! Apa itu salah!?!' Shin terlalu meremehkan harga diri dari seorang Ojou-sama itu.

***

"Ekhm! Sepertinya ada masalah di antara kalian berdua, ya. Lebih baik selesaikan masalah kalian terlebih dahulu, barulah kalian ke sini."

"Tidak apa-apa, Pak! Abaikan saja laki-laki itu."

"..."

Shin hanya bisa diam ketika mendengar ucapan Alya, bahkan Kepala Sekolah juga terdiam. Shin mulai berpikir kalau seorang Ojou-sama yang memiliki sifat Tsundere dan Moe-moe-kyun sangat menyebalkan. Memang imut, tapi dia belum menemukan momen Alya yang imut itu, jadi ini benar-benar menyebalkan.

Shin sudah bermain lima Game Simulasi Kencan dengan tingkat kesulitannya yang bukan main-main, tapi sepertinya Pilihan yang ada di dalam Game tidak bisa diterapkan di Dunia Nyata. Wanita nyata lebih memusingkan ketimbang Wanita 2D.

"Ya, akan lebih baik menyelesaikan-" Kepala Sekolah menyadari tatapan tajam Shin, lalu dia dengan cepat mengubah arah pembicaraannya. "Oke. Kalau begitu aku akan mengatakan hal yang kubicarakan kepada kalian berdua."

Kepala Sekolah mengambil sebuah Surat dan memberikannya kepada Alya. Shin menjadi penasaran serta bertanya-tanya apa isi Surat itu. Alya membukanya, mengeluarkan isinya sebelum membaca tulisan yang tertulis di sana.

Alya mengangguk beberapa kali. "Begitu. Pasti sulit untuk Anggota OSIS." Ucapnya.

"Sulit?"

"Benar. Anggota OSIS yang bertugas untuk mengawasi dan mencatat Aktivitas Klub Olahraga masih sakit, agak parah tetapi sepertinya besok bisa dia sembuh." Kata Kepala Sekolah dengan wajah lelah.

Shin mulai mengerti dan menyela Alya yang ingin berbicara. "Pak, kemarin sudah Saya katakan kalau kami tidak bisa melakukan hal itu. Alya kurang berpengalaman dan juga-"

"Tapi tugas ini cuma mengawasi saja untuk melihat performa para Anggota Klub Olahraga yang akan ikut serta dalam Lomba Kejuaraan." Kepala Sekolah memotong perkataan Shin, lalu mengambil Surat lainnya dan memberikannya kepada Alya lagi. "Lagipula, bukan berarti kamu tidak memiliki Pengalaman, ya kan, Shin-kun."

Alya membuka dan membaca isi Surat itu, kali ini dia terkejut melihat isinya. "Ternyata kamu pernah ikut Klub Olahraga?! Bahkan sampai memenangkan Kejuaraan!" Fakta ini mengejutkannya. Shin yang seorang pemalas bisa melakukan itu! Tapi mengingat kembali kekuatan fisiknya, maka semuanya wajar saja.

Shin merasa tak terima dan ingin protes, namun Kepala Sekolah berkata kepadanya. "Untuk menjawab semua pertanyaanmu, aku akan mengatakannya empat mata denganmu. Kalau begitu, Kujou-san, bisakah kamu pergi ke Gedung Olahraga?"

"Baik! Saya permisi." Alya membungkuk sesaat sebelum pergi dari Kantor.

"Nah. Kita berduaan saja. Nih." Kepala Sekolah memberikan Surat yang berbeda dari yang tadi. Surat ini berlapis emas dan terlihat mewah.

Shin mengambilnya dan membukanya, membaca isi surat itu. "Jadi begitu. Orang tua itu ..." Shin merasa kesal dan mengutuk orang yang merencanakan ini.

"Hizze-sama menyuruhku untuk memintamu menjadi Pengawas semua Klub Olahraga. Kupikir itu bagus, karena pastinya semua Klub Olahraga bisa memenangkan Kejuaraan. Tawaran itu bagus bagiku."

"Dan merugikanku."

"Jika Anda ingin mengeluh, jangan di sini. Bagaimanapun juga semua ini atas perintah Hizze-sama."

"Untuk apa dia melakukan semua ini ..?" Pertanyaan itu tidak dapat dijawab oleh Shin, bahkan jika dia memutar otaknya sekalipun, tidak ada satupun jawaban yang masuk akal baginya untuk menjawab pertanyaannya.

"Aku juga tidak mengerti. Mengapa Hizze-sama melakukan itu. Tapi ... selama itu menguntungkan aku dan Sekolah ini untuk mendapatkan Prestasi lebih baik lagi, mengapa tidak?"

"Tch." Shin membuang dan menginjak-injak Surat itu, lalu berniat pergi tetapi langkahnya berhenti, dia menoleh kebelakang dan menunjuk Kepala Sekolah. "Katakan kepada orang itu kalau aku dan Aniki akan berurusan dengannya."

"Baiklah."

Shin keluar dan menutup pintu kantor dengan keras hingga menghasilkan denguman keras memekakkan telinga. Dia berjalan menuju Gedung Olahraga dengan perasaan kesal, karena Ayahnya mulai ikut campur ke dalam kehidupan pribadinya.

***

"Kau tidak mengerti apa-apa tentang Basket, sialan!"

"Aku ditugaskan untuk menjadi Pengawas. Jika Tim kalian tidak masuk ke Lomba akan merusak Reputasi dan nama baik Sekolah ini!"

"Aku tidak peduli! Permainan Basket tidak bisa diatur sendiri olehmu!

"Aku ke sini cuma ingin membantu!"

"Bantuanmu tidak dibutuhkan!" Kagami merasa marah dan tersenyum merendahkan Alya yang lebih pendek darinya. "Seperti yang dikatakan laki-laki kemarin, saranmu hanyalah pendapat pribadimu sendiri saja untuk merendahkan orang lain, dasar wanita tak tahu diri." Ucapnya dengan nada meremehkan.

"!!!" Kata-kata Kagami benar-benar mengejutkan semua orang yang ada di sana, sekaligus menyakiti Alya yang memiliki harga diri tinggi.

"O - Oi, Kagami, kau berlebihan." Teman-temannya mulai menenangkan Kagami yang marah.

"Benar, benar."

"Biarkan saja. Gadis ini memang tidak tahu malu. Apa-apaan dia? Seenaknya menyuruh seseorang." Kagami mendekati Alya, sebaliknya Alya mundur perlahan-lahan dan merasa ketakutan. "Kau tahu, mana ada laki-laki yang mau dengan gadis sepertimu? Kau memang cantik, tapi sangat menyebalkan, sialan."

Alya terus mundur kebelakang, merasa ketakutan. Sekarang dia baru saja sadar kalau ... semua yang dikatakan Kagami adalah kebenaran. Dia merasa takut melihat Kagami yang mendekatinya, terus-menerus mengejeknya di depan semua orang, mengingatnya kepada masa lalunya yang tak ingin dia ingat lagi.

*BAAMM*

Tubuh Kagami melayang jauh, jatuh di tengah-tengah lapangan dengan teriakan kesakitan dari mulutnya. Semua orang hampir tidak bisa melihat apa yang sebenarnya terjadi, tapi saat ini ... ada seorang laki-laki berdiri di samping Alya.

"Apa kau baik-baik saja, Alya-san?"

"Shin." Alya merasa lega melihat kalau yang menyelamatkannya adalah Shin.

"Sungguh kau ini .." Shin sekarang sudah puas setelah melihat wajah Alya yang ketakutan. 'Sangat imut. Sudah kuduga Ojou-sama ini memiliki wajah mematikan bagiku ketika dia tidak sedang sombong'.

"Sekarang tenangkan dirimu." Alya mengangguk, menuruti ucapan Shin. Dia menghirup nafas dan membuangnya, melakukan itu beberapa kali sebelum pikiran dan hatinya tenang kembali.

"Nah, nah. Alya-san, soal melatih dan memberi saran. Kau tidak boleh menggunakan Egomu untuk memerintahkan seseorang. Aku lebih suka kalau kau mengerti perasaan mereka terlebih dahulu dan mempertimbangkan baik-baik apa yang ingin kau katakan atau menasihati mereka."

"Umm." Alya mengangguk kembali dan memikirkan kata-kata Shin.

"Bagus. Dan ..." Tatapan lembut Shin berganti menjadi tatapan dingin yang mengintimidasi semua orang ketika menatapnya. Matanya tertuju pada Kagami yang mulai bisa berdiri dengan normal setelah menerima tendangannya.

"Kau ... tarik kata-katamu kembali."

"Heh. Bukankah kau sudah paham kalau gadis itu sangat-sangat menyebalkan?! Kau seharusnya paham dan mengerti, kan! Lagipula mendebatkan soal gadis adalah hal yang konyol. Aku ingin menghentikan ini."

"Menghentikan? Kau pikir bisa?" Shin melangkahkan kakinya, mendekati Kagami. Tangannya menepuk-nepuk bahu Kagami. "Aku mengerti. Sangat mengerti, kok. Alya-san memang menyebalkan. Lalu apa?"

"Hah?"

"Aku adalah laki-laki yang selalu menghormati mereka. Bahkan dengan tingkah laku buruk mereka, kupikir wajar saja ... bagaimanapun mereka ada wanita. Dan seorang gadis tetaplah seorang gadis. Justru sebagai laki-laki yang akan menjadi Pemimpin mereka, kita harus membimbing mereka secara perlahan-lahan, bukan melawan mereka."

Ayahnya memang kuat, tapi kelemahannya adalah Ibunya. Shin pernah suatu hari bertanya kepadanya, mengapa Ayahnya sangat tunduk kepada Ibunya? Meski tidak sepenuhnya, tapi kenyataannya Ayahnya sangat menuruti kemauan Ibunya dan salah satunya adalah 'Wanita itu Mengerikan'.

Ayahnya menjawab kalau seorang gadis memang harus dituruti. Tapi terkadang kemauan mereka menjengkelkan dan salah, justru karena itulah laki-laki harus membimbing mereka, menegur mereka bukan melawan mereka. Bayarannya, kesetiaan dan kepercayaan akan selalu ada untuk laki-laki yang mereka cintai.

Seorang Pria ada untuk menjaga dan menuruti wanita. Sebaliknya, seorang Wanita ada untuk melayani Pria. Bukankah itu hal yang wajar?

Shin sedikit demi sedikit mulai memahaminya. Dulu dia pikir itu tidaklah keren, tapi setelah semua ini ... Kata-kata Ayahnya justru menjadi salah satu Motto hidupnya. Laki-laki sejati, begitulah yang dia inginkan.

"Omong kosong!"

"Oke." Shin mencengkram kepala Kagami dengan kuat, lalu membanting wajahnya ke lantai yang keras dan dingin. Benturan itu cukup kuat hingga menghasilkan suara 'Baamm' ke seluruh Gedung Olahraga.

Kagami ingin berdiri, tetapi ada kaki yang dengan kuat menahan kepalanya agar tak berdiri, wajahnya terus mencium lantai yang keras tanpa bisa menggerakkannya. Dia marah dan berjuang untuk berdiri, hanya untuk sia-sia karena kekuatan fisiknya tidak mampu bersaing melawan kekuatan fisik Shin.

"Minta maaf kepadanya. Mungkin Alya-san memang salah, tapi kalau kau sudah mengejeknya di depan banyak orang, kupikir itu salahmu."

Menasihati di tempat sepi mungkin cara yang terbaik, tapi kalau mengejek di depan banyak orang, sudah jelas itu adalah tindakan yang Shin benci. Jadi dia akan melakukan hal yang serupa pada Kagami.

"Mana mungkin!"

"Aku juga tak akan melepaskanmu sampai kapanpun sebelum kau meminta maaf kepadanya."

"Jangan bercanda!"

"Aku tidak bercanda. Ini sungguhan, loh."

Kagami mencengkram dengan kuat kaki Shin, berusaha menyingkirkan kaki Shin dari kepalanya sambil berusaha menggerakkan kepalanya. Namun, semua yang dia lakukan sia-sia karena kaki Shin tidak bisa dipindahkan atau bahkan kepalanya tidak bisa digerakkan sedikitpun seolah menempel pada lantai.

"H - Hei, bisakah kau melepaskannya?"

"Hah?"

"HII!! MENAKUTKAN!" Teman-temannya berusaha membujuk Shin, tapi yang mereka dapatkan hanyalah tatapan marah dari Shin. Tentunya membuat mereka ketakutan setengah mati.

"Shin-kaichou, bisakah kau memaafkannya?" Tanya Kuroko yang datang entah dari mana.

"Jika ingin dilepaskan, harus dia sendiri yang meminta maaf kepada Alya-san."

Kuroko berjongkok dan menatap Kagami yang sedang berusaha keras memindahkan kaki Shin, lalu dia berkata kepadanya. "Kagami, sebaiknya kau turuti apa yang Shin-kaichou katakan."

"Mana mungkin!"

"Tapi jika kau tidak mau meminta maaf, kau akan terus dalam posisi itu seharian. Shin-kaichou akan benar-benar serius ketika dia mengatakannya kalau sudah marah-marah."

"D - Dia?" Wajah Kagami agak pucat, membayangkan dirinya tidur di sini.

"Ya."

Kagami sekali lagi berusaha keras, namun hasilnya tetap sama, membuatnya putus asa dan menyerah. "Baik, baik! Aku akan meminta maaf kepadanya!"

Shin melepaskan Kagami, dan Kagami langsung berdiri untuk merenggangkan otot-ototnya yang pegal atau kesakitan. Namun, tatapan tajam Shin membuatnya tersadar, segera dia mendekati Alya.

"Maafkan aku!" Kagami membungkuk 90° sempurna.

"A - Ah, tidak apa-apa. Aku juga minta maaf soal tadi." Ucap Alya yang masih agak takut dan waspada terhadap Kagami.

Kata-kata Alya memang mengejutkan mengingat kepribadiannya tadi, tapi terlihat lebih baik dan membuat semua orang sadar kalau ... gadis cantik ini tidak seburuk yang mereka kira. Dia cantik!

Seolah-olah sudah melupakan hal tadi, Klub Basket memulai Latihan mereka. Alya masih berada ditempat untuk mengawasi Klub Basket, karena itu adalah Tugasnya. Ada telapak tangan yang menyentuh kepalanya, membuatnya melirik ke samping.

"Syukurlah kau bisa menghilangkan Ego dan Harga dirimu untuk hal tadi."

"Itu ... untuk tadi, terima kasih." Ucap Alya yang malu-malu.

"Sama-sama." Shin hanya tersenyum saja.

"Hmph! Tapi sayang sekali, aku cuma akan melakukannya sekali saja. Itu saja!" Alya kembali ke kepribadian biasanya, melipat tangannya di depan dan berekspresi sombong, tapi agak berbeda.

Shin tidak kesal seperti sebelumnya ketika melihat Alya yang seperti ini. Dia puas setelah melihat wajah Alya yang malu-malu dan berbeda dari Alya yang sombong. Itulah momen langka ... Tsundere! Sebenarnya Shin ingin sekali memfotonya, tapi kalau dia melakukannya mungkin Alya akan benar-benar membencinya.

"{Mungkin, sekarang aku mulai menyukaimu.}" Ucap Alya dalam bahasa Rusia sambil menatap Shin.

"Hah?" Shin membuat wajah bodoh yang menimbulkan tawaan dari Alya.

"Fufufu ... Kamu pasti tidak mengerti. Biar kujelaskan, tadi aku baru saja mengejekmu dalam bahasa Rusia, dasar bodoh."

"Mengejek."

'Apanya yang mengejek?!!'

Mungkin Alya mengira kalau Shin tidak memahami atau belajar tentang bahasa Rusia, tapi kenyataannya Shin sudah memahami puluhan bahasa secara sempurna! Dan yang baru saja Alya katakan kepadanya adalah ...

'Tunggu, tunggu, tunggu! Apa dia baru saja mengatakan "Mungkin, sekarang aku menyukaimu"? Begitu? Tidak, tidak, tidak! Pasti tidak mungkin. Apa gadis ini tidak pernah berpikir kalau aku bisa berbahasa Rusia? Kalau aku mengatakannya, dia pasti membenciku.'

'Apa-apaan dengan Perkembangan Romansa ini!?!!'

avataravatar
Next chapter