55 ALENA

Jessie melirik jam yang melingkar di tangannya yang menunjukan pukul 12.00, sudah tiba waktunya makan siang. Ia bergegas menuju rooftop karena satu jam yang lalu Kevin telah menghubunginya dan mengajaknya makan siang disana. Tidak lupa ia membawa makanan yang telah ia siapkan tadi pagi. Namun belum ia beranjak meninggalkan meja kerjanya, suara Pak Darwin menghentikan langkahnya.

"Jes, saya minta tolong kamu antarkan dokumen ini ke ruangan Pak Kevin. Kalau Pak Kevin tidak ada kamu titipkan sama sekretarisnya saja".

"Baik Pak". Jessi berlalu membawa dokumen yang dititipkan Pak Darwin.

Jessi melenggang menuju ruangan Kevin. Ia fikir kebetulan sekali karena mereka akan makan siang bersama, jadi sekalian saja ke rooftopnya. Sesampai di depan ruangan Kevin, ia mencari sekretarisnya, Tomy ataupun Fida, tapi tidak menemukannya. Ia sedikit ragu mendekat ke ruangan Kevin yang terlihat pintunya sedikit terbuka. Walaupun Ia dan Kevin merupakan pasangan kekasih tapi bukan berarti ia dengan seenaknya masuk ruangan kekasihnya itu. Di kantor Kevin tetap menjadi bosnya.

Jessie mengintip dibalik pintu yang sedikit terbuka, ingin memastikan apakah Kevin sedang ada tamu atau tidak. Jika tidak ada tamu, ia berencana langsung memberikan dokumen itu padanya. Tapi apa yang dilihatnya diluar dugaan dan tak pernah ia bayangkan sama sekali. Seketika hatinya seperti dihantam godam yang membuatnya pecah berkeping yang meninggalkan sakit yang teramat menusuk. Ia ingin segera berlari meninggalkan tempat itu namun tubuhnya memberikan respon yang berbeda, tubuhnya menjadi kaku selayaknya patung. Hingga pada akhirnya tepukan di pundaknya membuatnya kembali tersadar.

"Jessie", panggil Fida, sekretaris Kevin,  yang ternyata sudah berdiri di belakangnya.

"Iya Kak  Fida", jawab Jessie dengan buru-buru menyeka setitik air yang telah lolos di pelupuk matanya namun ia tetap berusaha menampakan senyum terpaksanya.

"Mau ketemu Kevin ya? Kenapa gak langsung masuk saja?".

"Ah, tidak Kak. Sepertinya Pak Kevin  sedang ada tamu. Saya nitip  dokumen ini saja dari Pak Darwin. Oh ya, ini ada makan siang untuk Kak Fida, sengaja aku buatkan untuk kakak, pasti belum makan kan?". Jessie mengulurkan dokumen dan kotak makanan ke Fida kemudian setengah berlari meninggalkan Fida.

Bayangan Kevin sedang berpelukan dengan seorang perempuan dan perempuan itu mencium pipi Kevin mesra membuat pandangannya menggelap. Air mata yang sejak tadi ditahannya deras meluncur di pipinya. Ia berlari tak tentu arah tujuan, yang pasti ia ingin segera mejauh meninggalkan tempat itu.

Fida hanya terpaku melihat Jessie dan tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Seingatnya kevin sedang tidak ada tamu, dan tidak ada janji dengan klien tapi mengapa Jessie bilang sedang ada tamu.

"Tok, tok, tok. Permisi Pak". Fida mengetuk pintu ruangan Kevin dan tanpa menunggu jawaban langsung di dorongnya pintu itu. Sekarang ia baru mengerti mengapa Jessie bersikap seperti tadi. Seorang perempuan dengan baju kurang bahan dan dandanan tebal terlihat bergelayut manja di pelukan Kevin. Dan ia tahu siapa perempuan, yang tak lain adalah Alena, adik dari almarhum istri Kevin.

Fida melirik sejenak ke arah Alena. Alena  sangat berbeda jauh dengan almarhum kakaknya yang selalu tampil sederhana dan santun, ia berbanding terbalik karena selalu bersikap agresif dan glamour karena ia berprofesi sebagai model. "Maaf Pak menganggu. Ini dokumen dari Pak Darwin". Fida menyerahkan dokumen itu ke Kevin.

"Terimakasih Fida. Oh kamu tidak istirahat dan makan siang di luar?", tanya Kevin yang melirik kotak makanan di tangan Fida.

"Oh rencananya tadi mau keluar makan siang Pak, tapi JESSIE  sudah memberikan makan siang untuk saya, jadi saya akan makan siang di kantor saja." Fida menekankan nama Jessie dengan sengaja agar Kevin tahu jika Jessie telah melihat adegan mereka berdua. Sejujurnya ia juga kurang suka dengan Alena yang terlihat manja dan centil dengan kevin.

"Jessie? Dia kesini? Kenapa tak memberitahuku? Sekarang dimana dia?". Kevin terperanjat dan melepaskan Alena dari pelukannya. Sebenarnya ia juga merasa risih dengan perilaku Alena seperti itu.

"Tidak tahu Pak. Jessie sudah pergi. Kalau begitu saya permisi dulu". Fida beranjak pergi meninggalkan Kevin.

Sedangkan Kevin tampak gusar menelpon Jessie yang tidak kunjung diangkat. Fikirannya sudah dipenuhi fikiran-fikiran negatif. Ia takut Jessie akan salah faham.

Alena mendekat ke arah Kevin dan melingkarkan tangannya ke lengan Kevin. "Bang, makan siang yuk. Aku sengaja datang kesini mau jemput Bang Kevin, mama dan papa sudah menunggu kita, ada juga ayah dan ibu Bang Kevin".

Kevin mengernyitkan keningnya. "Ayah dan Ibu?", ulang kevin untuk memastikan ia tak salah dengar.

"Iya. Tadi mama sudah menghubungi ayah dan ibu Bang Kevin untuk mengajak makan siang bareng. Mereka kangen ngumpul bersama Bang. Ayolah Bang..", rengek Alena sambil menarik tangan Kevin. Kevin hanya mengikuti Alena dengan pasrah karena tidak bisa menolak lagi, ayah dan ibunya sudah menunggu mereka.

***********************

Catatan penulis:

Maaf ya lama ndak up, karena kemarin sibuk sekali terus otak benar-benar lagi ngblank tak ada inspirasi. Semoga teman2 pembaca tidak kecewa😊

avataravatar