1 Bab 1

Namaku Aristela, di sore hari diriku merasa begitu lelah, karena bekerja di toko roti yang sudah besar dan pelanggannya sangatlah banyak, bahkan aku disuruh untuk lembur karena toko roti kini bukanya sampai tengah malam. 

Namun, aku berpura-pura menunjukkan kelesuan atau ketidaksehatan sehingga bos mengizinkanku untuk pulang cepat dari karyawan lainnya, tentu mereka iri karena tidak seberuntung diriku.

Aku pun pulang ke rumah dan di garasi sudah terparkir mobil ayah di sana, tentu aku senang karena tumben sekali ayah pulang di sore hari, biasanya ... dia selalu nongkrong di warkop dulu sampai malam karena sedang berbincang dengan teman-temannya di sana.

Saat masuk, aku pun disambut olehnya dan dengan bahagia aku menghamburkan badan atau memeluk sang ayah.

"Ayah, kok tumben sekali pulangnya cepat?"

"Ayah pulang cepet karena mau ngasih kabar gembira buat kamu, Nak."

Mendengar kabar gembira, tentu semangatku langsung membara, perasaan lelah karena bekerja di toko roti tadi, lenyap begitu saja.

"Ayah mau nikah lagi."

Bagai tersambar petir mendengarnya, padahal diriku sangat berharap bahwa ayah ingin membawaku liburan bersamanya, tetapi, berita yang kudengar malah ayah ingin menikah lagi.

"Ayah, aku enggak salah denger, kan?"

"Enggak, Nak. Memangnya kenapa?"

Sedikit tapi pasti, air mataku menetes. "Maaf, tapi Aristela enggak setuju kalau Ayah menikah lagi, apakah Ayah merasa kurang kasih sayang dari seorang istri atau merasa kurang belaian? Itu tidak perlu, karena Aristela bisa mengurus Ayah kok, kecuali untuk anu," ujarku menggantung.

"Anu?" tanya Ayah dengan alis yang naik sebelah.

"Untuk belaian Aristela enggak bisa, kecuali cuman mijitin pundak Ayah karena capek."

"Nak, Ayah harus menikah, bukan karena kurang belaian, coba kamu ingat, umur kamu berapa sekarang ini?"

"Baru 20 tahun."

"Usiamu tidak akan terasa dan akan terus bertambah, dan semakin dewasanya dirimu, maka kamu akan berpikiran untuk menikah. Nah, ketika dirimu menikah tentu kamu mengikut pada suamimu dan yang ngurus ayah siapa?"

Aku berpikir keras, benar juga yang dikatakan ayah, tetapi ... ini terlalu berat, nanti kasih sayang ayah harus terbagi kepada istrinya, belum lagi kalau istrinya itu baik, kalau jahat layaknya di sinetron? Ah ... tak dapat kubayangkan jika harus seperti itu. Aku merutuki diri karena menjadi anak tunggal, kenapa ayah tidak mencetak anak banyak-banyak? Jadi halangan untuk menikah itu semakin besar, akan tetapi ... semuanya sudah menjadi nasib dan aku harus membuat ayah gagal menikah.

"Ayah, pikirin berkali-kali dulu, memangnya siapa sih yang mau jadi istri dari duda anak satu?"

Posisi ayah langsung berubah dengan gaya yang sedikit cool.

"Banyak, apalagi Ayah ini kaya dan ganteng, siapa yang berani menolak? Bahkan gadis-gadis seumuranmu tentu membutuhkan sugar daddy seperti Ayah ini."

"Menjijikkan, palingan mereka dekat karena cuman mau iphone doang," balasku dan ayah langsung melototkan mata.

"Kok kamu tahu, Nak?"

"Eh, Ayah sering gituan yah?"

"Enggaklah, Ayah tuh selalu waras, itu terlalu beresiko dilakukan, selain itu ... Ayah punya anak gadis yaitu kamu, jika Ayah ingin melakukan maksiat, Ayah selalu berpikir berkali-kali, karena jika kamu menjadi korban gila iphone terus melakukan hal-hal yang begitu menjijikkan, pasti Ayah marah besar dan kecewa."

"Ayah sejak kapan pandai bertaubat seperti ini?" tanyaku dengan nada terharu.

"Kamu ingin Ayah jadi Bapak yang durhaka terus nebar benih di mana-mana agar kamu punya adik yang banyak?"

"Jangan sampai, Aristela pasti malu, dong."

"Cih, kamu sampai malu punya Ayah ganteng seperti Bapak?"

"Kadang malu karena Ayah selalu narsis sama tebar pesona."

"Haish ... sudahlah, jadi kesimpulannya, Ayah akan menikah nanti, untuk calon ibu tiri, kamu enggak usah khawatir, Nak. Dia baik, tentu Ayah tidak sembarang memilih janda."

"Aristela enggak rela. Pokoknya Ayah jangan nikah dulu, aku belum siap."

<~_~>

Gimana nih untuk awalannya? Semoga kalian suka dengan cerita ini, maka dari itu jangan lupa like dan berkomentar.

Terima kasih, see you next part.

avataravatar