"Aku tidak tahu!"
Luna merasakan telinganya berdengung karena Aodan berteriak tepat di depan telinganya, buru-buru ia mengusapnya dengan pelan.
"Sepertinya kau terlalu dimanjakan sampai berpikir menjadi manusia seutuhnya."
Larson memamerkan giginya, tampaknya sangat senang melihat wajah Aodan yang tegang.
"Berisik, kau tidak tahu apa-apa." Aodan menginjak kaki Larson dan Naga berduri itu lagsung mengaduh.
"Uh, memangnya kenapa?" tanya Luna pada Istvan, ia satu-satunya manusia di sini, tentu saja ia tidak tahu apa-apa.
Wajah Istvan saat melihat Luna dan melihat Aodan tentu saja berbeda, dari datar menjad jijik.
Aodan beringsut, hampir membuat Luna terdesak ke pinggir sofa.
Ini tidak benar, firasatnya mengatakan Istvan benar-benar akan menamparnya.
"Ayo ikut aku."
"Tidak."
Istvan terdiam, melotot.
"Oke," kata Aodan dengan suara tertahan, buru-buru meralat ucapannya. Istvan berdiri dan berjalan lurus ke samping rumah diikuti oleh Larson.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com