1 Pertemuan Pertama

Kalau ditanya saat kecil, "cita-citanya apa?" Yesha pasti akan menjawab dengan jawaban standar anak-anak seumurannya. Polisi, guru, atau dokter. Seperti tidak ada profesi lainnya saja. Tapi semakin besar, Yesha semakin kebingungan, kepastian semakin jauh darinya. Hingga berumur puluhan tahun sekalipun, ia masih kebingungan.

Mau jadi apa?

Setelah sekian lama mencari jawabnnya, Yesha memutuskan untuk jadi apapun yang ia inginkan.

Orang lain menyebutnya ketidakpastian, Yesha menyembutnya kebebasan.

Setelah lulus kuliah, Yesha bekerja serabutan di mana-mana. Ia menyalurkan passion-nya dengan bernyanyi di Cafe, hotel, dan pesta pernikahan, menulis di majalah dan koran, bahkan berbisnis online kecil-kecilan. Apapun itu, ia selalu berusaha sekeras untuk menghidupi dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain. Walaupun jauh dari kehidupan ideal orang banyak, Yesha merasa cukup bahagia.

Hari ini hari Sabtu.

Setelah semalaman suntuk menyanyi di pesta pernikahan, Yesha merasa sekujur tubuhnya terasa pegal. Terbaring lemas di tengah apartemen cilik miliknya di Kota A, Yesha menatap langit-langit dan memutuskan bahwa hari ini ia akan memberi hadiah bagi dirinya yang sudah bekerja keras. Ia segera menelpon pemilik Cafe untuk meminta ijin absen.

Dengan semangat, ia beranjak dari kasur untuk mandi. Setelah membasuh tubuh, Yesha memilih pakaian casual, lalu menghias wajahnya dengan make up tipis. Setelah berpose di depan kaca, Yesha merasa puas dengan tampilannya hari ini dan memesan kendaraan menuju ke mall A.

Setelah sampai. Yesha berjalan dengan kaki yang ringan dan bersenandung ria. Lokasi pertama yang akan ia kunjungi adalah toko buku. Karena budget-nya yang pas-pas an, Yesha jarang membeli buku fisik dan lebih memilih untuk mengunduh e-book, namun hari ini ia memutuskan untuk memanjakan dirinya sendiri dengan beberapa buku dan makanan yang sedikit menguras biaya.

Sesampainya di toko buku, Yesha berjalan ke sektor novel dan mencari genre kesukannya. Melihat cover buku dan membaca sinopsisnya satu persatu adalah salah satu kegiatan favorit Yesha. Saat berada di tengah-tengah buku, Yesha bisa kehilangan jejak waktu dan berada di dunianya sendiri.

Mungkin karena alasan ini, Yesha tidak menyadari seorang pria yang menatapnya lama.

Tinggi pria itu terlihat sangat kontras saat bersanding dengan Yesha. Yesha bertubuh mungil, tingginya hanya mencapai 152 cm. Sedangkan tinggi pria di sampingnya jelas melebihi 180 cm. Mata pria itu bersinar saat mengamati gerak-gerik dan raut wajah Yesha.

Saat melihat senyum Yesha yang tengah membaca sinopsis, bibir pria itu ikut terangkat, menampilkan lesung pipi yang memabukkan. Lagi-lgi, karena terlalu asik membaca, Yesha sama sekali tidak acuh dengan sekelilingnya.

Mata Yesha bersinar saat membaca sinopsis salah satu buku karena merasa bahwa cerita tersebut sangat menarik. Namun saat ia mengangkat wajahnya dan hendak berbalik menuju kasir, seseorang menyenggol tubuhnya.

"Maaf."

'Suara orang ini sangat merdu', Itu adalah pikiran pertama yang terlintas di benak Yesha saat mendengar permintaan maaf orang asing yang menabraknya. Yesha mengangkat wajahnya dan hendak menjawab, saat ia melihat wajah pemilik suara merdu di depannya. Tak ada yang mempersiapkan dirinya untuk berhadapan dengan wajah tampan bak adonis.

Sirine bahaya di kepala Yesha berbunyi kencang.

Di kamus Yesha, pria tampan dan kaya adalah bahaya besar. Dan pria di hadapannya, dengan wajah yang bisa dipastikan sudah membuat ratusan wanita patah hati ini mengenakan jas yang jelas-jelas terlihat mahal dan elegan. Pria ini, jelas masuk dalam kamus Yesha sebagai bahaya besar. Sangat besar.

Enggan bertingkah bodoh di hadapan pria tampan, Yesha hanya menganggukan kepala dengan kikuk dan bergegas pergi.

Namun saat berbalik, ia mendengar suara merdu itu berbunyi kembali.

"Tunggu!"

??!!?!?!!

avataravatar